𝐓𝐨𝐅 i. Craigh Na Dun

2.4K 342 11
                                    

𝐀𝐫𝐞𝐚 𝐏𝐞𝐠𝐮𝐧𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐒𝐮𝐜𝐢, 𝐂𝐫𝐞𝐬𝐛𝐞𝐥.

Peluh membasahi leher dan punggung Valencia. Membasahi gaun putih sepanjang mata kakinya. Rambut hitam menyatu dengan mahkota bunga yang melingkar di kepala. Iris peraknya berpendar memantulkan cahaya. Ia menari dengan kelima belas saudaranya. Berputar anggun mengikuti arah jarum jam. Kaki tak beralas bertemu langsung dengan rerumputan. Tangan kanannya melingkupi lilin yang diikat pada batang kayu, dibungkus oleh daun. Tangan kirinya yang lentik bebas menari-nari mengikuti sapuan gaun panjangnya.

Valencia merapalkan lagu-lagu, saudara-saudaranya bernyanyi dengan merdu. Mereka membentuk formasi melingkar mengelilingi tujuh batu balok tinggi. Di tengah-tengah batu balok, Taman dan Anna saling berhadapan, bersimpuh menghadap bulan merah yang hampir tertutup sepenuhnya oleh bayangan matahari. Keduanya merentangkan tangan ke atas. Mulutnya merapalkan mantra-mantra, sedangkan anak-anaknya menari dan bernyanyi dengan khidmat.

Valencia dan saudaranya bergerak mengikuti belaian lagu alam. Mengikuti simfoni di dataran yang mereka pijak. Tak terlalu keras dan tak terlalu gemulai; berada di antaranya. Mantra dinyanyikan semerdu suara daun yang bergesekan, lebih khidmat dari doa-doa yang pernah dipanjatkan. Seindah pendar cahaya peri yang terbang menari mengikuti alunan lagu siri di edarannya.

Sudah menjadi ritual turun temurun sejak berabad-abad silam, Craigh Na Dun¹ adalah ritual suci bangsa penyihir. Ritual bertujuan menghormati serta menerima berkat melimpah yang diberikan Sang Dewa. Pada malam ketika Álfheimr, matahari, dan bulan berada dalam satu garis lurus yang terjadi seratus sembilan puluh lima tahun sekali, para penyihir menari, menyanyi, serta merapalkan mantra-mantra penangkal kekuatan negatif yang terpancar dari kegelapan.

Sudah berkali-kali mereka melakukan ritual suci semenjak pertama kali mengasingkan diri ke Cresbel. Bukan tanpa alasan penyihir bersembunyi di pegunungan suci. Sebagai makhluk abadi yang langka, keturunan langsung dari pelindung negeri dewa berusaha melindungi kemurniannya. Bagi penyihir Cresbel, kelahiran adalah berkat yang tak terkira, sebab anak-anak penyihir adalah hal yang langka. Mereka hanya lahir seratus tahun sekali. Valencia adalah kelahiran terakhir pada tiga puluh lima tahun silam.

Hanya ada sepasang penyihir tertua, Taman dan Anna. Mereka adalah pasangan penyihir terakhir yang ada semenjak ratusan tahun yang lalu. Keduanya telah berdiam di Cresbel bahkan semenjak Álfheimr belum dibagi menjadi beberapa wilayah kerajaan. Secara teknis, Valencia dan lima belas saudaranya adalah anak-anaknya, sedangkan keberadaan penyihir-penyihir lain, entahlah, Valencia tak pernah menanyakan dimana keberadaannya. Hanya saja yang pernah diceritakan oleh Anna bahwa tak ada lagi penyihir di Álfheimr selain mereka. Oleh sebab itu, mereka memilih terasing tanpa terikat dengan kerajaan-kerajaan. Tak pernah ada raja dan ratu manapun yang berani melanggar area pegunungan suci Cresbel, sebab mereka tahu bahwa mengganggu penyihir sama artinya dengan mengganggu Sang Dewa.

Bulan tertutup sepenuhnya oleh bayangan matahari. Valencia dan saudara-saudaranya menari dan terus menari. Gaun putihnya melambai-lambai. Di tengah batu suci, Taman dan Anna menerima sihir tak kasat mata. Tubuhnya melengkung, sedangkan mantra-mantra dinyanyikan semakin bergelora. Pertanda bahwa ritual Craigh Na Dun telah berada pada klimaksnya.

Setelah Taman dan Anna menurukan kedua tangannya, Valencia berhenti menari. Mereka bersimpuh, meniup lilin yang dibungkus oleh mahkota daun. Begitu pula saudara-saudaranya.

"Aku bersyukur pada Sang Dewa, tapi aku juga membenci ini. Menari selama satu jam lebih? Aku bersumpah suaraku mungkin akan habis setelah ini." Enami, saudara Valencia yang ketiga belas mengambil satu persatu tongkat lilin dari tangan mereka. Menggerutu di hadapan Valencia yang mengusap keringat di keningnya.

Perempuan itu mengamit lengan Enami, "hanya seratus sembilan puluh lima tahun sekali."

Wanita bersurai gelap memandang adik bungsunya. Seluruh keluarga penyihir dianugerahi rambut gelap dan kulit pucat. Paras-paras yang rupawan, jauh lebih menawan jika dibandingkan dengan para peri. "Tentu saja kau senang, Vale. Ini Craigh Na Dun pertamamu. Umurku tiga ratus tahun, membayangkan saja rasanya seperti sudah mau muntah."

Throne of Flames (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang