Siang hari di bukit naga begitu terik. Sebab di sana begitu tandus, hanya ada pasir yang bebatuan. Valencia menggulung dalam pusaran angin milik Raven, wanita murni itu membawa mereka ke puncak bukit naga tepat di tempat ketika beberapa hari lalu ia melihat naga beterbangan tatkala pergi ke gua naga untuk menemui Sang Pemantik. Tadi pagi setelah mengatakan bahwa mereka akan pergi berlatih, Eric tidak main-main ketika ia berkata tidak akan meninggalkan rumah peristirahatan satu langkah pun dan memilih menjaga kedua wanita itu dari jauh.
Valencia dan Raven menggunakan baju kulit Negeri Kegelapan. Begitu ringan dan mudah untuk dipakai bergerak sebab modelnya diciptakan untuk kelincahan. Rambut sebahu miliknya dibiarkan tergerai, sedangkan milik Valencia diikat tinggi-tinggi. Manakala pusaran angin yang menyelubungi mereka perlahan menghilang, Valencia memicingkan matanya untuk menyesuaikan dengan cahaya matahari. Lantas ia melihat dengan jelas naga-naga berwarna hitam terbang di atasnya. Ia memutar tubuh, melihat sarang yang naga di bawah mereka. Sarang itu seperti rumah dengan pintu-pintu yang begitu lebar yang dipahat di gunung batu. Di gunung itu menempel pilar-pilar tinggi yang begitu mewah, seperti bangunan yang diukir dengan begitu jeli berwarna pasir kekuningan gunung. Tak berlebihan jika bangunan itu lebih cocok disebut istana dalam gunung. Naga-naga beterbangan di luar, beberapa memasuki sarangnya. Ketika menginjakkan kaki di sarang yang semacam istana, naga-naga itu berubah wujud. Pemandangan yang membuat Valencia menyadari bahwa naga bukanlah hewan biasa, melainkan juga dapat berubah wujud seperti peri dan mendirikan peradaban untuk hidup normal.
"Naga itu sama seperti manusia serigala. Mereka adalah makhluk setengah manusia dan setengah hewan. Kau lihat di sana," Raven menunjuk bangunan utama jika dilihat dari pilar yang begitu besar, menonjol dibandingkan bangunan yang berdiri berjajar di sepanjang pegunungan batu, "itu adalah istana utamanya. Mereka sebenarnya tidak benar-benar menjadi bagian dari Negeri Kegelapan, tapi peradaban naga dan Negeri Kegelapan begitu dekat sehingga mereka membantu satu sama lain. Negeri Kegelapan menyediakan tempat lalu mereka memberikan kesetiaan dan pasukan sebagai imbalan. "
Valencia menyapukan pandangannya ke ratusan naga yang beterbangan di atas mereka, "jika dilihat dari jumlahnya mereka jauh dari kepunahan. Tidak seperti manusia serigala yang begitu langka."
Raven mengangguk, "ya. Sebab naga itu tidak seperti manusia serigala yang berada dalam naungan suatu kerajaan, mereka bebas berkembang biak dan bebas dari peperangan kecuali jika hal itu begitu mendesak."
Valencia tak lagi menjawab pernyataan Raven. Wanita murni itu mengajak Valencia bergulung dalam pusaran angin sekali lagi dan mendaratkan mereka di bangunan utama. Manakala Valencia menapakkan kaki di dalamnya, ia melihat sebuah peradaban yang begitu maju, dibangun dan dipahat di dalam rongga gunung. Pasar, pemukiman, dan air terjun, semua fasilitas dibangun bagai mahakarya hang begitu hebat. Benar-benar layak jika disebut sebagai peradaban di dalam gunung. Manusia naga berlalu lalang. Beberapa laki-laki, perempuan, dan anak-anak bersayap menatap Valencia dan Raven karena mereka tahu dua wanita itu tampak berbeda dengan baju kulit yang dikenakab, namun tak begitu lama sebab mereka kembali melanjutkan kegiatannya. Mayoritas dari mereka berambut perak dan kemerahan. Iris matanya kebiruan dan menggunakan pakaian khas Negeri Kegelapan.
Raven mengajak Valencia ke salah satu bangunan di ujung jalan yang begitu besar. Mereka menaiki undakan tangga dan melihat seorang pria paruh baya dengan rambut panjang keperakan, tangan kanannya berpegangan pada tongkat putih. Jubah marunnya melambai-lambai tatkala tersenyum ke arah Valencia dan Raven.
"Cukup lama tidak bertemu denganmu, Raven," pria itu memandang ke arah Valencia lalu membungkukkan badannya, "selamat datang di rumah kami, Nona Penyihir."
Valencia menerima penghormatan pria itu, tersenyum dengan menawan, "terima kasih, Tuan. Senang bisa bertemu denganmu. Namaku Valencia, aku di sini untuk meminta bantuanmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Throne of Flames (Tamat)
FantastikValencia adalah seorang penyihir yang mengabiskan hidupnya dengan bersembunyi. Pada suatu pagi Ia terbangun dengan keadaan seluruh keluarganya mati karena dibunuh oleh Artemis; Ratu Negeri Vallahan yang berambisi menguasai seluruh pulau di Álfheimr...