𝐓𝐨𝐅 xvi. Orc and The Gossip

990 248 23
                                    

Pegunungan batu begitu dingin di malam hari. Namun sedikit pun tak mengusik perempuan yang menunggangi kuda membelahnya. Angin berembus membawa butiran-butiran pasir. Dengan diterangi cahaya rembulan, tubuh Valencia bergerak seiring dengan tapak kaki kudanya. Suara lari hewan putih itu teredam desiran pasir kuning.

Valencia menilik bulan di atas kepalanya tatkala ia menemukan sungai yang mengalir ke arah hutan mati. Ia tak punya banyak waktu, maka ia pacu kudanya untuk berlari mengikuti arah aliran sungai. Berkelok-kelok di antara pepohonan tanpa daun. Mencari-cari gubuk yang berdiri di sampingnya.

Valencia menyalakan api ungu di tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya memegang tali. Kudanya telah ia mantrai untuk dapat melihat di malam hari layaknya kelelawar. Beruntung Valencia mengingatnya, sebab jika tidak ia tak akan mendapatkan kesempatan untuk bertemu Orc, makhluk yang hanya keluar pada tengah malam. Valencia mengamati hutan di kanan dan kirinya. Gemericik air sungai yang jernih memantulkan cahaya bulan. Tak ada daun satu pun di hutan itu, hanya ada batang pohon yang beranting dan kering. Meski begitu, selalu ada kehidupan di setiap sudut Álfheimr. Valencia melihat beberapa peri air di sungai yang berenang, serta peri cahaya yang bersembunyi di balik pepohonan.

Nyaris dua jam Valencia berkuda. Tudung hitam beludrunya melambai menutupi gaun putih gading yang mencumbu tubuh pucatnya. Mata keperakan Sang Penyihir berpendar memantulkan api ungu, keindahan nan kesempurnaan yang diciptakan oleh Sang Dewa dengan begitu rupawan membuat makhluk di dalam hutan mati menatap Valencia.

Valencia berkuda dan terus berkuda, semakin dalam menuju jantung hutan mati. Hingga akhirnya ia menemukan sebuah gubuk di tepi sungai. Gubuk itu tak begitu besar, namun tinggi. Nyala obor menerangi dari dalamnya, mengintip dari lubang-lubang anyaman kayu. Di tengah hutan yang begitu sunyi, dalam sekali lihat Valencia tahu bahwa itu adalah gubuk Orc.

Valencia turun dari kudanya setelah berhenti tak jauh dari gubuk itu. Ia mengikat kudanya di batang pohon yang agak jauh. Kaki berbalut sepatu bot hitam melangkah dengan pasti mendekati gubuk. Keberadaan gubuk itu dipayungi satu pohon yang begitu besar. Sehingga keberadaannya tak terlalu menarik mata. Tatkala Valencia tiba di salah satu batu yang berada di depan gubuk itu, Valencia menaruh daging yang ia bawa. Perempuan itu bersembunyi tak jauh dari batu tempatnya menaruh daging, di balik semak-semak tanpa daun dan hanya ranting.

Valencia tak menunggu terlalu lama manakala bulan berada tepat di atas kepalanya, pertanda bahwa waktu telah menunjukkan tengah malam. Keadaan begitu gulita, Valencia hanya mendapatkan penerangan dari sinar cahaya rembulan. Hingga tiba ketika pintu gubuk itu terbuka. Valencia waspada, ia menarik belati dari pahanya. Setitik rasa takut menghinggapi dirinya tatkala sesosok makhluk berbadan besar yang memiliki tinggi di atas rata-rata seorang peri keluar dari sana. Badannya berwarna hijau penuh dengan otot, kepalanya botak namun ditutupi oleh topi baja yang memiliki dua tanduk. Gigi taring atas dan bawahnya begitu panjang hingga mencuat keluar dari mulutnya. Orc itu hanya mengenakan celana yang mencapai lutut. Hidung lebarnya mengendus-ngendus seiring dengan kakinya yang melangkah mendekati daging yang dibawakan Valencia.

Matanya berpendar tatkala ia menemukan seonggok daging besar di atas batu yang berada dekat dengan rumahnya. Orc itu mendekati, bersiap mengambilnya. Lalu Valencia muncul dari balik semak-semak, tangan kanannya menyalakan api ungu. Orc itu menoleh, mendapati Valencia yang berjalan mendekat ke arahnya. Namun di luar dugaan, Orc itu berlutut manakala Valencia melangkah. Makhluk itu menunduk. Valencia membuka tudungnya, mengamati makhluk besar yang tengah berlutut di hadapannya.

"Sebuah keberuntungan bisa bertemu denganmu, Nona Penyihir," Orc itu masih berlutut. Makhluk yang besarnya jauh lebih besar dari Valencia memberikan penghormatan kepada penyihir kecil di hadapannya.

"Maaf aku mengganggu malammu, "Valencia berkata dengan begitu hati-hati. "Bangkitlah, aku membawakan daging itu untukmu."

Orc itu bangkit, mengambil daging yang berada di atas batu lantas mendekapnya, "apa yang kau butuhkan?"

Throne of Flames (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang