Waktu bergulir begitu lambat ketika mereka menghabiskan waktu untuk bernostalgia. Menceritakan pengalaman hebat sampai yang paling memalukan kepada Valencia. Perempuan itu menyadari saat ini adalah pertama kalinya Alexander bertemu kembali dengan teman-temannya setelah lima belas tahun. Ia dapat melihat cahaya bintang-bintang berpendar di iris mata pria itu. Jauh lebih terang dari pada ketika ia menyadarinya ketika mereka bertemu di Vallahan. Kehangatan yang Valencia ketika berada di tengah-tengah mereka serupa dengan suasana ketika ia bersama keluarganya.
Mereka memutuskan pulang ke rumah masing-masing ketika Eric sudah sangat mabuk. Fakta baru yang Valencia ketahui adalah Eric dan Azester tinggal satu rumah. Avery memilih tinggal di istana bersama dengan Jenn. Alexander mempercayai mereka untuk mengatur pejabat-pejabat istana. Sedangkan Raven memiliki rumah pribadi di ujung jalan perkotaan karena wanita itu senang sekali berbelanja.
Alexander membawa Valencia pulang dengan cara yang sama ketika mereka datang; terbang. Valencia berada dalam pelukan Alexander merasakan semilir angin malam mencumbu tubuh dan rambutnya. Pria itu tidak terlihat kesulitan membawa Valencia terbang dengan gaunnya yang melambai-lambai.
Valencia menyadari bahwa ia mulai menyukai terbang. Terang gelap Agarta berada di bawah kakinya. Aroma hutan dan sitrus yang menguar dari tubuh Alexander bercampur menjadi satu dengan baunya.
"Kau tidak tinggal di istana?" Valencia bertanya pada Alexander. Pria itu mengeratkan rengkuhan pada tubuh perempuan yang ada dalam dekapannya. Erat namun lembut, seakan-akan Valencia adalah porselen berharga berusi ribuan tahun.
"Istana berada di Centauri, ibu kota Negeri Kegelapan," Alexander mengarahkan dagunya ke kota besar sebelah Agarta namun dibatasi oleh gunung-gunung besar. Berkelip kecil seiring dengan Alexander membawanya terbang semakin tinggi menembus awan malam. "Sebelum pergi ke Vallahan aku pergi ke sana seminggu sekali dan akan terus kulakukan seperti itu. Kami semua bekerja dengan santai namun serius. Sebagian besar pejabat istanaku lebih senang mengirimkan persetujuan dan hal-hal yang perlu kuurus ke rumah. Selain itu, kami memiliki istana kecil di Agarta. Mereka lebih senang rapat dan melakukan pertemuan kenegaraan di istana itu."
"Aku tahu kau santai, namun tidak tahu kau sesantai itu," Valencia bergumam.
"Kami semua santai. Namun, lihat keadaan negeriku. Aku tidak melihat rakyatku kelaparan, kami mengurus Negeri Kegelapan dengan baik. Selain itu aku tidak terlalu senang menjalin hubungan yang begitu canggung dengan bawahanku. Dari pada raja mereka, aku lebih senang mereka mengganggapku sebagai rekan kerja. Hal itulah yang membuat mereka nyaman denganku."
"Kau begitu longgar dengan tradisi."
Alexander tersenyum ke arah Valencia, "aku bersyukur akan hal itu. Sebab dengan begitu para pejabat istana tak memaksaku mengangkat ratu karena mereka juga tak terlalu memusingkan tradisi dan merasa cukup hanya denganku."
Valencia merasakan beberapa rambutnya yang telah dijalin oleh Zoya terlepas, "tapi tidakkah kau ingin menikah? Yang kutahu, setiap peri memiliki pasangan yang sudah ditakdirkan oleh Sang Dewa untuknya."
"Setengah jiwanya? Tidak. Maksudku, tidak semua peri memilikinya. Pasangan setengah jiwa yang ditakdirkan oleh Sang Dewa begitu langka. Apabila dua orang peri tidak memiliki ikatan itu namun saling jatuh cinta, maka mereka menikah."
"Kau belum menemuinya? Teman-temanmu juga?"
"Raven adalah seorang murni, ia bukan peri jadi tidak akan memilikinya di Álfheimr. Lalu, Jenn dan Avery sejauh yang kutahu belum menemuinya. Eric, manusia serigala itu belum menemukan matenya dan ia dibuat khawatir karena mausia serigala perempuan begitu langka. Azester, temanku yang satu itu—" Alexander menjeda penjelasannya, "ia bertemu dengan seorang peri yang memiliki ikatan itu ketika usianya masih sangat muda. Tepatnya ia merasakannya di medan perang enam ratus tahun yang lalu. Namun, wanita itu mati karena ia adalah pejuang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Throne of Flames (Tamat)
ФэнтезиValencia adalah seorang penyihir yang mengabiskan hidupnya dengan bersembunyi. Pada suatu pagi Ia terbangun dengan keadaan seluruh keluarganya mati karena dibunuh oleh Artemis; Ratu Negeri Vallahan yang berambisi menguasai seluruh pulau di Álfheimr...