26: The Untold Story (End Season 1)

12.8K 554 22
                                    


"Kamu harus bercinta dengan pasanganmu, jika ingin selamat di pulau ini."

"Pilihlah dengan bijak, merajah lidahmu agar bisa menjadi bagian dari pulau ini atau membiarkan pasanganmu menjadi santapan penduduk pulau ini."

"Kamu akan menyesal."

"Mas Rimba, apa yang harus aku lakukan sekarang?"

Tiba-tiba saja suara-suara misterius memasuki kepalanya, dan bagaikan komando Rimba seperti kehilangan kendali akan tubuhnya.

Bagaikan terhipnotis, Rimba memiringkan tubuh Violetta dengan sedikit kasar, kemudian memosisikan diri di belakang.

Pria itu mendesis, sementara yang lebih mungil menjerit.

"Mas tunggu..." Seru Violetta panik. Dia tidak menyangka akan sesakit ini.

Rimba tak menggubris, fokusnya sudah sepenuhnya teralih.

Dengan setengah sadar, Rimba masih mencoba menjaga kewarasannya dengan tidak menghentak terlalu kencang. Namun, suara-suara di dalam pikirannya semakin keras bersahutan.

Violetta sendiri mulai dibayangi dengan potongan-potongan mimpi yang selama ini mendatangi setiap tidurnya. Pulau, gua, sungai, rumah pohon, dan senyuman Rimba, semuanya tergambar dengan lebih detail di dalam kepalanya, bagaikan sebuah film dokumenter yang terlihat tak masuk akal.

Bersamaan dengan mereka meraih kenikmatan, ingatan mereka pun kembali. Tidak sepenuhnya, tetapi mereka tahu bahwa mereka telah menikah untuk yang ke dua kali.

Simbol aneh itu pun kembali muncul di pergelangan tangan mereka.

(Untuk lebih detailnya, bisa baca secret part before 26 di KaryaKarsa ya.. ☺️)

***
Semenjak ingatanku kembali, aku merasa rindu dengan kehidupan sederhana di pulau itu.

Tidak ada tetangga yang membicarakan keburukanmu dengan terang-terangan, tatapan sinis orang yang tidak kau kenal ataupun ketidakpedulian dari orang-orang terdekatmu.

Penduduk pulau itu benar-benar ramah dan saling menolong dengan sesama penduduk. Tidak ada deskriminasi dan orang yang mencaci, seaneh apapun dirimu. Meski aku juga tahu syarat menjadi bagian dari mereka bukanlah sesuatu yang bisa diterima dengan mudah.

Mendadak hatiku jadi mellow mengingat orang tuaku yang belum juga kembali ke Indonesia.

Terakhir kali aku video call dengan mereka adalah saat aku demam tinggi hingga mengigau, dan Mas Rimba yang menghubungi keluargaku untuk meminta solusi.

Dan itu sudah 2 bulan yang lalu!

Saat aku mencoba menghubungi mereka lebih dulu, mereka akan mengatakan sedang sibuk ini dan  itu dan langsung menutup panggilanku. Bahkan Vidi sekalipun, bocah itu sedang mempersiapkan diri untuk lomba Robotic International.

Aku menghela nafas panjang, mencoba memaklumi mereka semua.

"Lagi ngapain, bun?" Aurora menyenggol lenganku pelan. Gadis itu tampak lelah baru pulang dari sekolah.

"Nggak ngapa-ngapain sih, cuma melamun."

"Tahu nggak sih, Bun. Di sekolah tadi ada pengumuman study tour lagi. Nggak kapok apa sama yang kemaren." Aurora berdecak sambil memijat betisku yang sedang selonjoran di sofa.

"Memangnya ke mana?" Tanyaku penasaran. Setelah aku putus sekolah, Aurora selalu menceritakan pengalaman-pengalamannya di sekolah untukku.

"Ke Malang doang sih... Tapi kan, tetep aja. Males banget, mana denger-denger di Malang sering hujan lagi."

Terdampar (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang