Prompt Hari Keenam
[ Buat cerita dengan setting tahun 2301 ]-------
Lampu yang terpasang di dada Zetta berkedip cepat dan mengeluarkan bunyi ritmis layaknya alarm pertanda bahaya. Gadis itu buru-buru mengusap gelang transparan yang terpasang di tangan kirinya untuk mengaktifkan mode senyap. Meski suara melengking itu telah hilang, layar jamnya masih memunculkan notifikasi peringatan bahwa detak jantung Zetta melebihi ambang batas normal dan suhu tubuhnya terlalu rendah. Tidak sampai semenit kemudian, seseorang dari unit layanan medis menghubunginya.
"Terima panggilan," ucap Zetta
Gelang itu kemudian memunculkan layar hologram yang menampilkan wajah robot medis seri terbaru. Mata si robot dibuat sangat mirip manusia, tapi tetap saja terlihat kosong dan tanpa kehidupan.
"Apakah Anda baik-baik saja? Kami menerima laporan adanya sedikit anomali di fungsi tubuh Anda." Robot itu bertanya dengan suara simpatik.
"Aku baik-baik saja," kata Zetta sambil melepaskan kacamata yang dikenakannya. "Tadi, aku hanya sedikit terbawa emosi saat menjalankan tugas."
"Kami menyarankan Anda datang ke laboratorium untuk melakukan pemeriksaan."
"Aku akan mampir sepulang kerja."
"Baik, akan kami jadwalkan janji temu dengan Dokter Bastian pada pukul delapan malam."
Layar hologram itu pun menyusut dan hilang dalam sekejap. Semakin menipisnya populasi manusia membuat petinggi koloni mewajibkan semua orang untuk mengenakan gawai pemantau kondisi tubuh yang tersambung ke unit-unit layanan kesehatan. Setiap kali ada tanda-tanda tidak normal, unit terdekat akan langsung menghubungi dan menjadwalkan pemeriksaan.
Zetta menatap kacamata yang dia letakkan di meja, lalu beralih memeriksa gelangnya. Gelang itu menampilkan kalender yang telah dia tandai. 2 Februari 2301. Kontraknya akan berakhir dua puluh hari lagi. Jika ingin kontraknya diperpanjang, Zetta hanya memiliki waktu selama sembilan belas hari untuk membuat pasangan yang menjadi tanggung jawabnya memahami tugas.
Tenggat waktu yang terus menipis membuat Zetta gegabah. Dia memutuskan untuk sedikit ikut campur, supaya ingatan gadis itu cepat kembali. Berdasarkan data yang dia baca, proyek sebelumnya gagal total karena gadis itu dan pasangannya bertindak di luar perencanaan. Para petinggi pun memutuskan untuk membatalkan misi dan memulai dari awal. Zetta tidak ingin hal itu terjadi pada proyek yang sedang ditanganinya.
"Hubungkan aku dengan Lee," perintah Zetta. Layar hologram kembali muncul dari gelangnya.
"Apa yang terjadi? Aku baru saja menerima laporan bahwa kau harus menemui layanan medis malam ini," kata Lee saat wajahnya muncul di layar. Meski terlihat kesal, matanya menyiratkan rasa khawatir.
"A-aku hanya sedikit kaget saja tadi."
Alis Lee sedikit terangkat. Dia menunggu Zetta melanjutkan penjelasannya.
Zetta menelan ludah. Dia masih mengingat bagaimana gadis itu pingsan beberapa saat setelah Zetta coba mengirimkan data sebagai petunjuk tambahan.
"Se-sepertinya aku melakukan kesalahan, Lee."
"Apa maksudmu?"
"Aku terlalu banyak mengintervensi. Gadis dari proyek A-2025 pingsan saat aku mengirimkan beberapa data ke memorinya."
"Pingsan?" Lee terlihat gusar. "Sebentar ... kau mengirimkan data saat dia terjaga?"
Zetta mengangguk pelan sambil menggigit bagian bawah bibirnya.
Dengan gerakan kasar, Lee menyugar rambutnya. Dapat Zetta lihat lampu di dada Lee berkedip samar. Sebentar lagi, pria itu mungkin juga akan mendapat panggilan dari unit layanan medis seperti dirinya.
"Sudah kubilang kau harus memperlakukan gadis itu dengan hati-hati. Mungkin saja memori dari proyek sebelumnya masih mempengaruhinya." Lee mengesah. "Sekarang, kau lanjutkan pemantauanmu. Ingat, jangan lakukan intervensi apa pun lagi sebelum aku memerintahkanmu."
-----
Entah kenapa saya masih berusaha membuat proyek ini jadi cerita bersambung.
Bisa ditebak kan siapa gadis dari proyek A-2025?
Yap, itu Moneta.
Ternyata ada campur tangan seseorang (atau banyak orang) dari masa depan dalam hidup Moneta.Mari kita lihat, ke mana cerita ini akan bermuara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stories That She Will Never Forget
Ficção GeralHidup Moneta begitu tenang, setenang kota kecil yang ditinggalinya. Moneta tidak pernah bosan dengan rutinitas yang dijalaninya. Berbeda dengan remaja sebayanya yang menanti-nantikan masa di mana mereka bisa meninggalkan kota, Moneta tidak masalah j...