Prompt:
[ Buka https://blog.reedsy.com/book-title-generator/ dan klik All. Klik "I'm just starting to write!". Lalu, klik generate title satu kali. Buat cerita dengan judul yang didapat ]
Dan hasil gacha yang saya peroleh adalah:
----
Angin berembus sepoi-sepoi meniup anak-anak rambut Moneta yang terlepas dari kuciran. Dia sengaja membuka jendela mobil agar dapat menghirup udara segar sepuasnya. Hamparan padang rumput di sisi kanan dan kiri jalan membuat hati Moneta terasa semakin lapang.
Jovis yang duduk di belakang kemudi sekali-kali melirik, merasa gemas dengan tingkah Moneta. Meski telah tiga tahun tinggal bersama, dia tidak pernah bosan jatuh cinta kepada gadis itu.
"Apa tempatnya masih jauh?" Moneta menoleh kepada Jovis. Tangannya sibuk memutar tutup botol.
Jovis mengusap layar GPS untuk memastikan. "Seharusnya tidak sampai lima belas menit lagi."
Dua belas menit kemudian, mereka tiba di pondok kayu yang mereka sewa untuk satu minggu ke depan. Mereka berdua sengaja mengambil cuti untuk berlibur ke Selandia Baru. Tidak ada hal khusus untuk dirayakan, tapi keduanya sepakat untuk memberikan sedikit reward setelah bekerja keras sepanjang tahun.
"Kau pintar memilih tempat, Mou," puji Jovis begitu melihat interior pondok yang bernuansa eklektik. Walaupun sebagian besar furnitur pondok terbuat dari kayu, terdapat juga alat-alat elektronik modern seperti microwave, kulkas kecil, mesin kopi. Kamar mandinya pun dilengkapi dengan air panas.
"Dan aku juga berhasil mendapat potongan harga." Moneta menyimpul senyum puas.
Sebenarnya, Moneta tidak sengaja menemukan iklan terkait pondok itu di internet. Seolah ada yang menuntun jarinya untuk mengklik tautan yang menghubungkannya dengan pemilik pondok itu, juga membuat orang yang lebih dulu menyewa pondok tiba-tiba membatalkan pesanan.
Selama tujuh terakhir, Moneta telah berulang kali berpapasan dengan berbagai macam kebetulan. Membuatnya percaya bahwa telah ada yang mengatur segala sesuatu yang terjadi.
----
Usai makan malam, Moneta dan Jovis tidak kesulitan untuk terlelap. Perjalanan jauh yang ditempuh, juga jalan kaki di sekitar danau sepanjang sore membuat keduanya kelelahan.
Seperti biasa, Moneta bermimpi tentang masa lalunya. Kali ini, tentang hidup bahagia Hiroshi dan Kiyoko yang baru saja menjadi orang tua baru. Rasa bahagia membuncah dalam dada Moneta. Dapat dia rasakan betapa besar cinta Kiyoko kepada putranya. Melalui jari-jemari Kiyoko, Moneta membelai rambut bayi dalam pangkuannya, sebelum kemudian suara yang lebih nyata memanggil-manggil dan membuatnya terbangun.
"Jovis." Moneta menepuk lengan Jovis sembari berbisik, "Apa kau dengar itu?"
Kedua tangan kekar itu terentang saat Jovis menggeliat. "Dengar apa, Mou?" Dia justru balik bertanya.
"Seperti ada yang sedang berbicara di luar." Moneta tidak yakin, tapi rasa-rasanya suara itu bukan sekadar desau angin.
"Mungkin hanya mimpimu, Mou. Tidurlah lagi."
Moneta berusaha memejam, tapi suara itu terdengar lagi. Kali ini lebih lantang, meski dia tidak berhasil menangkap kata-kata yang dapat dimengerti. Lirih tapi berirama, seperti ada yang berbisik-bisik di luar sana.
Sadar tidak akan bisa tertidur lagi, Moneta menggeser tangan Jovis dari atas perutnya. Dia kemudian bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju jendela. Diamatinya pepohonan di luar sana, tidak ada gerakan sama sekali pada ranting maupun daun pohon-pohon itu. Artinya, angin sedang tidak bertiup.
Saatnya sudah tiba ….
Moneta terkesiap. Kini, bisikan itu makin jelas. Tidak mungkin dia hanya sekadar berkhayal. Namun, siapa yang sedang berbicara dengannya?
Kau harus menjaganya baik-baik. Misi kali ini tidak boleh sampai gagal. Masa depan banyak orang sangat bergantung kepada kalian berdua.
Suara itu mengalun di udara, seakan dinding-dinding pondok yang berbicara. Moneta menoleh kepada Jovis. Kekasihnya itu masih tertidur pulas.
Banyak orang akan berusaha menggagalkan misi kalian, tapi kau harus bertahan. Kita tidak dapat membatalkan misi seperti sebelumnya
"Si-siapa kau?" tanya Moneta dengan suara bergetar. Kepalanya menoleh ke kanan dan kiri, berusaha mencari sumber suara. Nihil.
Aku bukan siapa-siapa. Aku hanya bertugas mengawasimu. Seharusnya aku tidak ikut campur secara langsung. Tapi, aku merasa perlu memberimu petunjuk. Misimu kali ini lebih sulit dari sebelum-sebelumnya.
Seperti datangnya, suara itu menghilang dalam sekejap. Hening kembali mendekap Moneta. Andaikan hidupnya selama ini tidak terlalu aneh, mungkin dia akan beranggapan dirinya sedang berhalusinasi. Namun, apa yang terjadi kepadanya dan Jovis adalah hal yang di luar nalar. Mendengar bisikan-bisikan gaib dalam pondok yang terletak di antah-berantah ini terasa jauh lebih masuk akal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stories That She Will Never Forget
Fiction généraleHidup Moneta begitu tenang, setenang kota kecil yang ditinggalinya. Moneta tidak pernah bosan dengan rutinitas yang dijalaninya. Berbeda dengan remaja sebayanya yang menanti-nantikan masa di mana mereka bisa meninggalkan kota, Moneta tidak masalah j...