17

30 8 0
                                    

Prompt:

[ Buat cerita dengan setting Dinasti Yuan ]

----

Dalam tubuh Ming memang tidak mengalir darah para pengembara. Dia hanya lelaki yatim piatu yang dipungut sebuah rombongan pedagang dari dataran tinggi Yunan. Kabarnya, Sang Khan sendiri yang mengutus mereka. Bertahun-tahun dia ikut membuka jalan ke pemukiman-pemukiman terpencil di sepanjang aliran Sungai Kuning, sekaligus mewartakan bahwa seluruh daratan telah berada di bawah kuasa Klan Borjigin.

"Izinkan saya tinggal di sini." Kepala Ming tertunduk begitu dalam penuh kerendahan hati.

Di hadapannya, tengah duduk Ayachi, pemimpin kabilah dagang mereka sekaligus pria yang menyelamatkan Ming dari maut.

"Apa yang kauharapkan dari tempat ini? Penduduknya miskin, tidak ada yang bisa mereka tawarkan untuk ditukar dengan barang-barang kita." Wajah Ayachi terlihat gusar. 

Ming memang hanya salah satu dari sekian banyak anggota rombongannya, tetapi dia berharap dapat terus mendidik Ming menjadi penerusnya. Tidak ada seorang pemuda pun yang lebih cerdas, lebih gigih, dan lebih giat dari putra angkatnya itu. Diam-diam, Ayachi berharap dapat menjodohkan Ming dengan salah satu putri Khan, supaya dapat menjadi keberlangsungan hidupnya sampai tua.

Ming terdiam. Dia sama sekali tidak tahu apa yang membuatnya ingin tinggal. Hampir seluruh hidupnya dihabiskan mengiringi Ayachi. Namun tiba-tiba saja Ming mendengar suara yang memintanya tinggal. Seakan-akan desa tanpa nama itu adalah rumahnya. Atau lebih tepatnya, dia telah menemukan rumah saat matanya bertemu dengan mata Li Jiali.

"Apa kau tidak mendengar pertanyaanku, Ming?" bentak Ayachi hilang kesabaran.

"Saya mendengar, tapi saya juga tidak tahu jawabannya. Saya hanya tahu, bahwa saya harus tinggal."

"Jangan main-main denganku! Apa kau lupa bahwa aku yang menyelamatkanmu dari kematian. Maka hidupmu telah menjadi milikku."

Ming tahu. Dia sangat-sangat tahu utang budinya kepada Ayachi tidak akan pernah terbayarkan. Hanya saja, ada suatu hal yang terus-menerus mendesak Ming untuk tinggal, seperti memang telah ditakdirkan untuk menua di situ.

"Saya tahu. Dan saya berjanji akan tetap berguna bagi Tuan meski saya terus tinggal di sini."

"Bagaimana caranya?"

Lagi-lagi Ming terdiam. Pemuda itu berusaha menemukan jawaban yang dapat memuaskan Ayachi.

"Saya akan membangun rumah di sini. Desa ini sebenarnya sangat subur, hanya saja penduduknya tidak paham cara bercocok-tanam. Saya akan membantu mereka. Dengan begitu, ketika rombongan Tuan kembali ke sini, mereka sudah punya harta benda yang dapat ditukar dengan barang dagangan Tuan."

"Bagaimana aku dapat percaya denganmu? Apa yang menjamin kau tidak akan kabur?"

"Saya hanya punya kata-kata saya, tapi Tuan telah mengenal saya. Sekali pun, saya tidak pernah berbohong."

Ayachi memilin-milin janggutnya. Dia cukup terkesan dengan keberanian Ming.

"Tapi, aku punya syarat."

Kepala Ming tertunduk makin dalam, sebagai tanda bahwa dia siap mendengarkan.

"Kau harus menikah dengan anak kepala suku. Dengan begitu, kau tidak mungkin kabur. Penduduk desa akan mengejarmu jika sampai mempermalukan mereka." Ayachi bahkan terkejut pada ide yang tiba-tiba melintas di kepalanya.

"Maksud Tuan … dengan Li Jiali?"

Ayachi terkekeh sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Tapi … apa keluarganya akan merestui?" Ming menyuarakan keraguannya. Sebenarnya, dia tidak terlalu keberatan. Ada sesuatu yang magis dalam kedua mata bocah perempuan itu. Sesuatu yang mengikat Ming pada tempat ini. Semenjak bertandang ke rumah Li Jiali, dia kerap bermimpi aneh tentang orang-orang berwajah asing yang tidak pernah dia temui.

"Itu bukan masalah. Aku akan mengatur supaya kedua orang tuanya setuju."

"Terima kasih atas kemurahan hati, Tuan." Ming menyentuhkan dahi ke lantai. Dia pun undur diri dan meninggalkan tenda Ayachi.

Ming tidak tahu, apakah dia harus bersyukur atau justru khawatir. Seperti ada tangan-tangan tak kasat mata yang mendorongnya melalui jalan hidup yang telah dipilihkan untuknya.

Stories That She Will Never ForgetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang