13

25 9 0
                                    

Prompt hari ketiga belas

[ Buat cerita dengan tema, "Mitos Angka 13" ]

- - - -

Saat keluar dari rumah Moneta, Hannah melihat Jovis datang dari arah utara. "Oh, hai Jovis. Kau baru pulang?" sapa gadis itu setengah berteriak.

Jovis balas melambai. Hanya anggukan kepala yang dia berikan sebagai jawaban. Tatapannya tertuju pada Moneta yang berdiri di belakang Hannah.

Karena Jovis tidak terlihat antusias, Hannah pun kembali memusatkan perhatian kepasa Moneta. "Sampai jumpa besok, Mou."

"Hati-hati di jalan, Hannah. Kirim pesan kalau kau sudah sampai di rumah."

Ketika Hannah sudah tidak tampak lagi, barulah Jovis menyeberang ke rumah Moneta.

"Apa kabarmu hari ini?" Jovis bertanya. Bibirnya membentuk bulan sabit saat bicara kepada Moneta 

Meski mereka telah sering mengobrol berdua, Moneta tetap saja merasa canggung. Dia sudah bisa menerima kehadiran Jovis, tidak lagi merasa terganggu setiap kali pemuda itu menunjukkan perasaannya secara terang-terangan. Hanya saja, Moneta masih belum terbiasa dengan debaran yang merangsek di dadanya setiap kalo Jovis menatapnya. 

"Baik. Kau dari mana?"

Alih-alih menjawab, Jovis justru mengeluarkan sekuntum bunga aster dari saku bajunya dan meletakkannya di atas telapak tangan Moneta.

Kening Moneta berkerut. Ditatapnya Jovis dengan raut bingung. "Buat apa ini?"

"Sekarang tanggal tiga belas," sahut Jovis.

"Lalu?"

"Aku baru saja dapat ingatan baru."

"Tentang Armis dan Cora, kan?"

Jovis mengangguk. "Pada zaman mereka, angka tiga belas dianggap angka keberuntungan. Orang-orang saling memberi hadiah setiap tanggal tiga belas. Aku ingin melipatgandakan keberuntungan kita di kehidupan ini, jadi aku berusaha mencari beda berunsur angka tiga belas lainnya."

"Maksudmu?" tanya Moneta masih dengan tampang polosnya.

"Coba hitung kelopaknya."

Moneta menuruti perintah Jovis. Mulut gadis itu terbuja lebar saat menyadari bahwa bunga aster yang dia pegang memiliki tiga belas kelopak.

"Mencarinya hampir sesulit mencari daun semanggi berhelai empat."

"Harusnya kau tidak perlu repot-repot."

"Tapi, aku membutuhkan semua keberuntungan itu, Mou. Aku tidak mau gagal dan mengecewakanmu seperti Carlos."

Moneta tidak tahu harus menjawab apa. Setiap kali nama Carlos disebut, dia masih merasa tidak nyaman. Mungkin ketakutan Valerie masih tersisa di benaknya, seperti jelaga yang menempel di pantat panci dan tidak mau hilang.

"Tapi, aku tidak menyiapkan hadiah untukmu."

Jovis menarik kedua sudut bibirnya dan membentuk sebuah senyuman. "Bagaimana kalau aku menentukan sendiri hadiah yang kuinginkan?"

"Memangnya kau mau apa?"

"Kencan denganmu Sabtu nanti. Kurasa sudah saatnya kita meningkatkan sedikit level pertemanan kita."

"Aku tidak yakin," ujar Moneta. "Bagaimana kalau aku menghitung kelopak bunga untuk menentukan jawabannya."

Tanpa menunggu tanggapan Jovis, Moneta mulai berhitung. Gadis itu memulai dengan 'ya', dan tentu saja hasilnya pun adalah 'ya'.

Stories That She Will Never ForgetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang