Malam, temans❤
Rasanya tuh kangen nulis ini. Alhamdulillah kesehatan saia membaik. Makasih doa teman² semua.🥰🥰"Makhluk Tuhan paling kepo sedang apa?"
Tawaku meledak setelah membaca pesan Mas Candra. Seminggu terakhir, kami memang sering bertukar pesan di sela-sela kesibukan masing-masing. Pesan itu tidak kubalas. Nanti saja, karena aku masih ada satu pekerjaan lagi yang harus diselesaikan. Yang ini tidak ada hubungannya dengan kunjungan.
Akhir bulan memang selalu begini. Sibuk menyelesaikan laporan dan menyerahkannya ke manajer. Telat sedikit saja, bisa menghanguskan insentif. Sebenarnya tidak hangus begitu saja, tetapi pending jadi bulan depan. Tentu itu kabar buruk untuk kemakmuran dompetku, 'kan? Mungkin Mas Candra sudah menyelesaikan laporannya. Tak heran jika dia mengirimiku pesan lebih dulu.
Setelah sibuk selama satu jam, laporanku selesai dan aku mengirimkannya pada atasanku melalui e-mail. Kumatikan laptopku, berniat untuk membersihkan tubuh. Tiba-tiba aku ingat kalau belum membalas pesan Mas Candra. Segera kuraih ponselku dan mengetikkan pesan di sana. Tanpa sengaja aku melihat ada deretan nomor telepon ketika secara tak sengaja aku menekan profilnya.
"Baru selesai bikin laporan. Btw kok aku melihat nomor ponsel, ya?"
Kuletakkan kembali ponselku setelah mengirim pesan untuk Mas Candra. Aku mengambil handuk dari jemuran dan melangkah ke kamar mandi. Belum juga masuk kamar mandi, ponselku berbunyi. Pilihanku adalah berbalik dan kembali menghampiri ponselku. Pesan dari Mas Candra. Entah mengapa, aku selalu senang saat mengetahui kalau dia mengirim pesan. Meskipun tidak ada yang istimewa, ngobrol dengannya lewat chat terasa begitu menyenangkan. Aku jadi punya sesuatu yang ditunggu. Setiap malam, selepas jam sembilan, kami selalu melakukan obrolan kecil, ngalor ngidul tidak jelas, yang penting kami menyukainya.
Mas Candra mengatakan kalau aku adalah perempuan kepo yang gila. Gila dalam artian terlalu easy going dan tidak memikirkan segala sesuatu secara rumit. Memang, kalau kita bisa berpikir simpel, kenapa juga harus rumit dan membuat beban di pikiran. Menurutku, Mas Candra itu asyik, banyak sekali hal yang dikatakannya dan bisa membuatku tertawa.
Semua yang kutahu tentang Mas Candra beberapa waktu terakhir berbanding terbalik dengan dirinya di kenyataan. Jika bertemu Mas Candra tetap pendiam seperti kesanku sebelumnya, tetapi di chat ... jangan tanya. Mas Candra berubah menjadi pribadi yang lain. Kesannya seperti itu.
"Mandi sana! Baumu sampai sini. Mengganggu sekali. Kamu sudah boleh simpan nomor teleponku. Setting-nya sudah kuubah begitu. Ternyata kamu nggak rese."
Aku tahu kalau Mas Candra mulai memercayaiku. Memangnya apa yang dia pikir akan kulakukan saat aku tahu nomor teleponnya? Hmm ... mungkin dia sering menerima pesan tak mengenakkan. Aku tidak menyalahkan Mas Candra, kuanggap dia hanya terlalu berhati-hati dan merasa wajib menutup privasinya dari orang-orang yang tidak dia kehendaki untuk dekat.
"Ngeresein kamu apa untungnya, Mas? Kamu juga, mandi sana! Asap rokokmu sampai sini."
Biarkan saja Mas Candra tertawa. Kadang-kadang aku berpikir, mengapa kebanyakan pria begitu menikmati yang namanya rokok. Itu semacam ... membakar uang, kalau menurutku, sih. Papa dan kakekku begitu, juga om dan beberapa sepupuku. Aku tahu kalau beberapa orang menganggap itu keren, tetapi aku berpendapat lain. Kupikir banyak cara untuk keren selain dengan benda itu, 'kan?
Pikiranku memang mengatakan itu, tetapi dikembalikan lagi pada masing-masing orang. Bisa jadi rokok adalah salah satu cara untuk melepaskan beban. Ada juga yang tanpa rokok jadi lama berpikir. Bisa juga hanya karena kesenangan. Apa pun itu, aku tidak menghakimi mereka yang mempunyai kebiasaan merokok. Biarkan saja, itu uang mereka sendiri dan tidak merugikan aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Yang (tak) Pernah Dimulai
RomanceCover by @DedyMR Lava menolak pria mapan yang berniat membina hubungan serius dengannya. Dia memilih Candra, pria biasa yang justru berhasil menarik perhatiannya. Candra yang diharapkan Lava nyatanya hanya memberinya air mata. Tak ada kedamaian lagi...