Sore, temans. Lava menyapamu lagi.
Hubunganku dengan Mas Candra memang terasa manis. Setiap bangun pagi, semangat kerjaku menjadi luar biasa. Meskipun jam kerja kami terkesan kapan saja dan semaunya, nyatanya itu tak menghalangi hubungan kami yang bagiku sangat menyenangkan.
Sebelum pergi berolahraga, aku mandi terlebih dulu. Selama menyiapkan diri, aku berbalas pesan dengan Mas Candra. Dia punya jadwal pagi, tetapi tak terlalu sibuk. Sebelum aku pergi, kukirimkan sebuah foto yang kuambil setelah penampilanku rapi. Kupikir-pikir pasti menyenangkan kalau sedikit menggodanya.
"Seger banget pagi-pagi. Aku suka lihat perempuan yang seger begitu."
Senyumku mengembang. Mas Candra selalu tahu cara membuatku senang. Kubalas pesan itu dengan mengatakan "nanti kalau capek jemput" dan langsung diiyakan olehnya. Dari sini saja sudah bisa membuatku tersenyum lagi. Entahlah, aku tidak tahu mengapa senyumku gampang sekali memgembang sejak kami menjadi dekat. Kekonyolan yang kusadari adalah bagaimana bisa jemput kalau dia saja sibuk, sedangkan aku membawa kendaraan sendiri.
Hal-hal seperti itu yang terkadang membuat semangatku naik. Tidak ada hubungannya memang, tetapi itulah yang terjadi. Mungkin terlihat aneh bagi orang lain, tetapi apa peduliku? Yang penting aku nyaman dan hariku berlalu dengan menyenangkan.
Waktu berlangsung seceria itu. Tidak ada kendala yang berhasil memusingkan kepalaku atau hanya sekadar untuk dipikirkan. Semuanya berlalu dengan baik, termasuk pekerjaanku dan kebiasaan nongkrong dengan Rosa ketika kami sudah beberapa hari tidak bertemu. Entahlah, kami sama-sama tidak merasa lega jika belum bertemu. Minimal sekali seminggu kami harus nongkrong hanya untuk ngopi atau makan mi instan. Mengobrolkan sesuatu yang kadang tak jelas arahnya. Membicarakan gosip terkini meski kami juga tidak terlalu dalam menguliknya.
Seperti kali ini, sore datang dengan matahari yang masih cerah meski sudah condong ke barat. Sinarnya tidak panas, tetapi masih silau kurasa. Sejuknya angin membuat segalanya baik-baik saja. Tidak panas, tidak juga dingin. Sebaliknya, aku merasa udara sore ini benar-benar sempurna.
"Va, dengar-dengar Rania mau pindah ke Indo Farma." Rosa memulai gosipnya.
"Nggak mungkin." Aku tersenyum dan merasa yakin dengan jawabanku. "Hal itu nggak akan terjadi kecuali ...."
"Kecuali apa?" Kebiasaan sekali Rosa ini. Kalau rasa ingin tahunya sudah bergejolak, dia pasti akan memotong pembicaraan tanpa merasa bersalah.
"Kecuali Pak Bagas keluar dari perusahaannya. Lagi pula di tempatku tak ada lowongan untuk detailer. Kecuali dia mau jadi sales OTC karena hanya di sana yang sedang ada lowongan kerja."
Rosa tertawa. Aku tidak tahu apa yang dia tertawakan. Kuingat lagi kalimat yang kuucapkan. Tidak ada yang lucu, justru semuanya kenyataan. Bukan fitnah atau pun gosip murahan yang tidak bertanggung jawab dan kudengar dari orang lain.
"Kamu apal banget sama kebiasaan Rania."
Tak ingin membahas Rania lebih lanjut, aku memilih untuk meminum milkshake yang menjadi teman ngobrol untuk menghabiskan sore. Meski Rania teman yang keras dan berbicara sekenanya serta cenderung tanpa dipikir lebih dulu, tetap saja ada rasa enggan di hatiku untuk menjelekkannya. Biarkan saja dia dan kemauannya, kalaupun ada pelajaran yang akan dia dapat dari kebiasaan buruknya, aku hanya berharap itu bukan dariku.
"Ngomong-ngomong, ke mana Mas Candra? Biasanya selalu ada kebetulan yang membuat kita bertemu dia." Mengganti topik sudah pasti lebih aman, selain untuk mengobati rasa ingin tahuku yang mulai memuncak mengingat dia yang belum membalas pesanku sejak tadi siang.
"Nggak tahu juga. Mungkin sibuk, tapi Candra memang nggak terbuka, sih, orangnya. Angin-anginan kalau kubilang."
Angin-anginan? Apakah maksudnya tergantung suasana hati? "Apa itu maksudnya?" Tak mengerti maksud Rosa, aku memutuskan untuk bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Yang (tak) Pernah Dimulai
RomanceCover by @DedyMR Lava menolak pria mapan yang berniat membina hubungan serius dengannya. Dia memilih Candra, pria biasa yang justru berhasil menarik perhatiannya. Candra yang diharapkan Lava nyatanya hanya memberinya air mata. Tak ada kedamaian lagi...