29. Him

15.3K 698 158
                                    


votes nya masih 149 tapi gpp lah yaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

votes nya masih 149 tapi gpp lah yaa. Makasi udah ngevote, koment, sama nungguin.

Enjoy :)

Nathan lebih memilih untuk merebahkan diri di kasur ketimbang menerima ajakan Beni

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nathan lebih memilih untuk merebahkan diri di kasur ketimbang menerima ajakan Beni. Namun panggilan telepon dan spam pesan yang datang dari Tania membuatnya kembali berpikir ulang. Rasanya ingin melempar ponselnya ke lantai saat ini juga mendengar info yang disampaikan Tania.

Ia memijit keningnya. Kepalanya terasa sakit. Setelah menghela napas, ia memutuskan untuk mengambil kunci mobil dan melajukan mobilnya menuju salah satu club yang sering ia dan teman-temannya datangi.

Tidak butuh lama bagi Nathan untuk menemukan keberadaan Beni dan Fero. Cowok itu selalu mereservasi table di tempat yang sama seperti biasa.

"Lah katanya ga jadi ikut," ujar Beni melihat kedatangan Nathan. Ia tertawa. Seharusnya Nathan datang lebih awal untuk menyaksikan tontonan tadi. Nathan benar-benar ketinggalan momen seru. Dan tentunya bagi Beni, dirinya sendiri akan ketinggalan melihat ekspresi cemburu luar biasa dari Nathan.

"Natasha mana?" tanya Nathan. Ia bahkan tidak repot-repot untuk duduk.

Beni tertawa. Menganggap lucu sikap Nathan yang kini benar-benar tidak menyembunyikan lagi perasaannya atau bersikap denial terhadap kepeduliannya yang berlebihan. Ini dia yang Beni tunggu.

"Hmm... dimana ya," Beni belagak berpikir. Ia berhenti memainkan dada cewek yang duduk di sampingnya. "Sewa kamar kali sama Tian?" ujarnya sambil tersenyum lebar.

Rahang Nathan mengeras. Memang bukan tidak mungkin jika Tian melakukan hal itu. Apalagi melihat Sasha yang berada di bawah kendali cowok itu dan terlihat begitu mempercayai Tian. Namun jawaban asal-asalan dari Beni membuatnya kesal setengah mati. Ia meraih kerah baju Beni.

"Lo tau," desis Nathan. "Ada ratusan cara yang bisa gue lakuin buat misahin lo sama Tania,"

Mata Beni langsung menyipit tajam. Kini giliran dirinya yang merasa geram. Ia menepis tangan Nathan. Kemudian ia menyandarkan punggung kembali ke sofa, berusaha bersikap tenang, meskipun Nathan sudah terlanjur melihat raut marah dari wajahnya.

ADEQUATE [21+] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang