part 18 (Terlalu rapuh)

1 1 0
                                    

Sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekolah. 08.00 WIB

Fahri bersama Reno berjalan menuju perpustakaan sekolah, mereka ditugaskan untuk mengambil buku diperpustakan.

"Fahri, menurut kamu cewek yang sering bully Valencia, masih ngebully dia gak?" Tanya Reno

"Gak tau, tapi semoga ajah enggak!"

Reno mengangguk, namun perasaan nya menjadi tidak enak ketika ia tidak sengaja melihat Mawar dan teman-teman nya berjalan menuju taman belakang sekolah

"Kamu kenapa?" Tanya Fahri

Reno menggelengkan kepalanya, "Perasaan aku gak enak ajah, aku takut Valencia kembali dibully sama anak-anak yang gak tau diri itu" ucap Reno

"Kalau mereka ngebully lagi, aku gak bakalan tinggal diem, aku bakalan bilang sama guru BK tentang ini, kalau perlu langsung aku aduin sama orang tua mereka satu-persatu, emang anak kayak gitu gak pantes sih disebut manusia!" Ucap Fahri dengan nada yang menggebu

"Kamu sesuka itu sama Valencia?"  Tanya Reno sembari menumpuk beberapa buku menjadi satu

Fahri mengangguk, namun sebenarnya ia juga bingung dengan perasaannya sendiri, tapi sebagai seorang laki-laki ia harus bisa memilih sebuah keputusan, dan keputusan untuk mencintai Valencia adalah keputusan yang tepat menurutnya.

Reno terdiam, apakah ia salah jika menyimpan perasaan yang sama terhadap Valencia? Apakah ia termasuk jahat? Sebab disini yang duluan menyukai Valencia adalah Fahri, teman nya sendiri.

"Tapi, aku gak maksa Valencia buat suka juga sama aku, karna itu hak dia" ucap Fahri

Reno mengangguk, benar, dan ia juga memiliki hak untuk mencintai seseorang bukan? Rasa itu datang dengan sendirinya, dan tidak ada yang bakalan tau takdir kedepannya bagaimana, mungkin Fahri bisa menerima jika suatu saat Valencia tidak menerima cintanya, namun Reno tidak, Reno ingin cintanya terbalaskan, walaupun itu harus menyakitinya atau orang lain, cinta itu memerlukan keegoisan, cinta terbaik adalah bukan yang merelakan seseorang yang kita cintai bersama orang lain, namun cinta terbaik adalah disaat kamu bisa bersama dengan orang yang kamu cintai. Untuk selama-lamanya.

"Udah belom? Cepetan, nanti kita ditungguin guru dikelas!" Ucap Fahri ketika menyadari Reno sedang termenung

Reno mengangguk dan berjalan keluar dari perpustakaan dengan tangan membawa buku yang banyak, diikuti oleh Fahri dari belakang.

🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓

Valencia berjalan menuju ruang guru, sebab ia ada urusan dan juga penting, sesampainya diruang guru Valencia langsung disambut oleh seorang guru perempuan dengan mata menatap Valencia tajam

"Maaf Bu, ada apa yah?" Tanya Valencia bingung

"Duduk kamu, saya ingin bertanya beberapa hal dan saya minta kamu jujur!" Ucap guru itu dengan nada tegasnya

Valencia duduk dikursi depan yang sudah disiapkan, mungkin untuk dirinya.

Ibu guru itu menatap Valencia lama, "Apakah benar, kamu mem-bully Mawar dan teman-teman nya?" Tanya guru itu

Valencia terkejut mendengarnya, ia mem-bully? Yang benar saja, apakah ia terlihat seperti seorang pengecut?, "Tidak!" Ucapnya

"Saya tanya sekali lagi, apakah kamu mem-bully Mawar? Kenapa kamu jahat sekali?"

Valencia tergagap mendengarnya, siapa lagi yang memfitnah dirinya? Apakah ia sebegitu buruknya sekarang?. "Tidak Bu, saya berani bersumpah kalau saya tidak sama sekali mem-bully mereka, mereka yang mem-bully saya Bu! Itu semuanya fitnah dan tidak benar bu!, Ibu tolong percaya sama saya!" Ucap Valencia

Ibu itu menggelengkan kepalanya, "Kenapa kamu jahat sekali? Kamu jangan berbohong, siapapun tau bahkan guru-guru semuanya sudah tau, kalau kamu itu siswi yang nakal dan selalu melawan! Kamu pikir kamu siapa? Seharusnya kamu mengaca! Kalau saya jadi wali kelas kamu saya berjanji untuk tidak menaikkan kamu! Kamu itu siswi yang tidak tau diri!"

Valencia terdiam, "Ibu, saya gak pernah melakukan hal itu Bu!" Ucapnya

"Kalau maling semuanya ngaku, penjara sudah penuh!!!, Jadi kamu masih berharap saya percaya sama kamu? Tidak akan!"

"Ibu, saya bersum-" belum selesai Valencia berbicara, guru tersebut sudah melemparkan buku keberbagai arah!

Brukkk!!

"Jangan pernah bersumpah! Kamu tau? Ibu Mawar itu sepupu ibu! Dan kamu berani sekali mem-bully keluarga kami!! Kamu itu siapa? Ngaca! Kamu gak sekaya kami dan juga kasta kalian itu rendah disini!"

Valencia menangis sesenggukan mendengar semua itu, ia menatap guru itu dan ia sempat berfikir apakah benar yang berada dihadapannya ini seorang guru?, "Saya gak pernah mem-bully Mawar, justru dia dan teman-temannya yang sudah mem-bully saya, ibu harusnya percaya sama saya, saya gak sejahat itu ibu, saya gak pernah melakukan hal itu!"

"Saya gak percaya, saya akan melaporkan kamu ke BK, kamu sudah melakukan kekerasan disekolah dan saya bisa pastikan kamu, diskors kalau perlu langsung dikeluarkan! Saya sudah muak mendengar Mawar yang selalu menangis mengadukan bahwa kamu mem-bully dia!!"

"Enggak Bu!"

Tangan Valencia bergetar, ia mengalami panik attack, ia bingung ingin menjawab apa, yang pasti dia benar-benar kecewa sama semuanya, apa yang masih ia harapkan? Siapa yang harus ia percaya sekarang?

"Silahkan kamu keluar!" Ucap guru itu Tampa memperdulikan keadaan Valencia

Valencia keluar dari ruang guru dengan muka sembab, ia tidak langsung kekelas ia malah berjalan menuju WC siswi, sesampainya di WC Valencia langsung menutup pintu dan menguncinya

"Kenapa semuanya jahat sama aku!! Apa salah aku?" Ucapnya sembari menangis

"Kamu kenapa hidup sih!!"
"Kenapa aku kayak gini!!!"
"Kenapa semuanya jahat banget sama aku!!!"
"Apa semuanya bakalan berubah kalau aku mati?!!!"
"Aku gak mau kayak gini!!!!"
"Gak mauuuuuu!!!"

Tangisnya terus terdengar, benar-benar menyakitkan, untung saja suasana WC sedang sepi, jadi Valencia bisa melampiaskan seluruh rasa sakit dan kecewanya.

"Kenapa harus kecewa lagi? Kenapa harus aku lagi yang ngerasainnya?" Ucap Valencia dengan nada tertahan

Apalagi yang harus ia lakukan untuk melampiaskan seluruh kekecewaan yang sedang melekat pada dirinya? Apakah ia harus teriak layaknya orang gila? Ataukah ia harus bunuh diri saja? Supaya semua orang sadar bahwa selama ini dia tak pernah baik-baik saja? Tapi apakah itu sudah sangat terlambat?

Valencia memegang dadanya dengan perasaan yang sangat sakit, ia sangat kesakitan, bukan fisik namun bathinnya, tak ada yang mengerti dirinya, dan tak ada yang benar-benar mengerti

Valencia menatap cermin yang berada didinding WC sekolahnya, ia tersenyum dengan air mata yang terus mengalir, "Kamu, kenapa sok kuat banget sih? Kamu pengen mati? Kalau kamu mati, sama ajah kamu gak pernah ngerasain bahagia? Kenapa? Pengen banget bahagia yah? Tapi kayaknya dunia gak ngasi izin kamu untuk bahagia!" Ucapnya pada kaca, pada dirinya sendiri

Valencia menatap cermin yang berada didinding WC sekolahnya, ia tersenyum dengan air mata yang terus mengalir, "Kamu, kenapa sok kuat banget sih? Kamu pengen mati? Kalau kamu mati, sama ajah kamu gak pernah ngerasain bahagia? Kenapa? Pengen banget...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku Baik-baik SajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang