part 9, (Dimana senyum itu?)

2 1 0
                                    

Kalau kamu gak bisa seperti dia jangan merasa rendah, karna kamu indah dengan versi kamu sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kalau kamu gak bisa seperti dia jangan merasa rendah, karna kamu indah dengan versi kamu sendiri

Valencia bersama ibunya sedang jalan-jalan berdua, memang mereka selalu membuat jadwal untuk menghabiskan waktu bersama

"Ibu bahagia gak?" Tanya Valencia

Ibu hanya tersenyum menanggapinya

"Kalau ibu bahagia aku pasti juga bahagia" ucapnya lagi

Ibu berhenti dan menatap Valencia dalam, "Kamu gak boleh berpikiran seperti itu, ibu bahagia kamu bahagia tapi kalau ibu sedih dan menderita apakah kamu akan mengalaminya juga? Ibu gak suka itu nak" ucap ibu

"Maka dari itu ibu harus selalu bahagia" ucap Valencia sembari memeluk ibunya, "Ibu harus selalu senyum, karna ibu adalah ibu terhebat yang Allah kirimkan buat aku, kalau kata orang, ibu itu anugerah istimewa dan harta yang paling berharga yang aku punya" ucapnya lagi

Ibu tersenyum mendengar perkataan Valencia, menurut ibunya Valencia terlalu dewasa diumurnya yang baru menginjak remaja itu, dan disisi lain ibu merasa kasian ketika melihat Valencia selalu tersenyum, padahal gadis remaja itu sedang terluka

Dikuatkan oleh keadaan dan di dewasakan oleh takdir.

"Udah gak apa-apa, anak ibu kuat kok" ucap Valencia ketika ia menyadari senyuman penuh arti oleh ibunya itu

"Iya anak ibu kuat, tapi kalau kamu mau nangis, nangis ajah nak, emang terkadang hidup penuh dengan kepura-puraan, tapi disisi lain kamu juga harus sadar bahwa hidup gak harus selalu tentang ekspetasi orang" ucap ibunya itu

Valencia tersenyum mendengar perkataan ibunya itu

🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓

Valencia POV :

Penderitaan apasih yang belum pernah aku rasain? Dari dihina, dibully, difitnah? Di jelek-jelekin dan dianggap sampah sama semua orang? Apalagi yang belum?

Kata orang terkadang dunia emang gak baik untuk beberapa orang dan apakah itu berlaku untuk aku juga?

Aku duduk dikursi sendirian, apalagi yang harus aku rasakan selain difitnah sana sini?

Seseorang duduk dibelakang ku, teman sekelas ku yang bisa dikatakan julid

"Eh kalian gak ada yang mau temenan sama dia? Ajak temenan dong" ucap nya sembari menyindirku

"Itulah jangan mau ngusik orang" ucapnya lagi sembari menyindirku lagi

Aku diam dan hanya bisa tersenyum sebab aku hanya sendiri, dan tidak ada teman disekelilingku

"Jangan nangis yah soalnya kita cuman bercanda" ucapnya lagi

Aku hanya mengangguk dan tersenyum sebab hanya itu yang bisa aku lakukan, "Iya gak apa-apa"

Disebelah tempat duduk ku terdapat rombongan geng yang dulu memfitnah ku, dan disebelah ku terdapat rombongan geng yang sedang menyindirku, jadi aku benar-benar sendiri.

Sangat sendiri

'Udah gak apa-apa, nanti juga mereka bakalan dapet karmanya' bathin ku berucap sedemikian rupa hanya untuk menyemangati diri sendiri, sebab siapa lagi yang mau menyemangati kalau bukan diri sendiri?

Berjuang sendirian, dihina sana-sini, difitnah sana-sini semuanya harus aku hadapi sendirian, sebab untuk menguji kekuatan hati kan? Maka dari itu aku harus kuat

Dan aku akan lebih menjadi lebih kuat lagi.

Mereka berbicara sesama teman mereka dan aku sendiri, benar-benar sendirian, dan itu tidak enak, tapi aku harus kuat dan menjadi lebih kuat lagi

Aku bangkit dari kursi yang aku duduki, tanpa menoleh kebelakang aku keluar kelas sembari berjalan tak tau arah

Menjauh lebih baik, setidaknya aku tidak akan tau apalagi yang akan mereka bicarakan di belakangku, lebih baik tidak tau dan tak pernah tau.

🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓

Abdi menatap keluar jendela kereta api yang ia tumpangi, sembari menggenggam erat gelang yang berada ditangannya, gelang itu terukir nama 'VALENCIA' nama yang sangat indah baginya

"Kak, gelangnya cantik banget, pasti untuk orang yang istimewa yah?" Ucap seorang gadis kecil berumur kisaran 8-9 tahun yang duduk disampingnya itu

Abdi tersenyum "Iya dek, orangnya lebih dari kata istimewa" ucapnya sembari membayangkan wajah terkejut Valencia ketika ia datang tanpa berkata apapun dan tanpa mengabari siapapun

"Pasti beruntung banget perempuan yang dijadiin istimewa oleh kakak" ucap gadis kecil itu lagi

"Emmz, kakak lebih beruntung dipertemukan oleh perempuan itu" ucap Abdi

Anak kecil itu mengangguk, lalu ia bertanya sesuatu yang membuat Abdi tak punya kata-kata untuk menjawab pertanyaan anak kecil itu, "Dia siapa kakak? Pacar? Atau tunangan?" Tanya gadis kecil itu

Abdi diam sebab dia dan Valencia tak memiliki ikatan istimewa apapun, jadi apa yang harus ia katakan pada gadis kecil ini, "Intinya dia istimewa banget untuk kakak" ucap Abdi

"Kakak jalan kereta buat temuin perempuan istimewa itu? Kakak LDR-an sama perempuan itu?" Tanya gadis kecil itu

Abdi tertawa kecil mendengar perkataan gadis kecil itu, anak jaman sekarang hebat-hebat banget bisa mengerti kata-kata LDR sedangkan orang dewasa sekalipun banyak yang tak mengerti dan paham akan kata-kata itu, "Adek tau darimana? Kata-kata LDR-an itu?" Tanyanya

Gadis kecil itu tersenyum dan menatap Abdi dengan tatapan polosnya, "Dari bunda, katanya aku sama ayah lagi LDR-an, tapi aku iri sama kakak, kakak bisa jalan kereta buat ketemu sama perempuan itu tapi aku gak bisa" ucap gadis itu diakhiri raut wajah sedih

"Kenapa gak bisa? Mungkin nanti kalau Adek udah besar baru bisa ketemu sama ayah" ucap Abdi

Gadis kecil itu menggelengkan kepalanya sembari memilin baju yang ia pakai, "Ayah jauh banget kak, kata bunda sampai kapanpun aku gak bisa ketemu ayah, soalnya ayah jauh, walaupun nanti aku udah besar tetep gak bisa soalnya ayah jauh" ucapnya

"Emang ayahnya Adek dimana?" Tanya Abdi

Gadis itu tersenyum, "Ayah ada di surga kak" ucap gadis kecil itu sembari menatap Abdi polos

Abdi terdiam untuk beberapa saat, tangannya mengelus kepala gadis kecil itu, Abdi menoleh kebelakang dimana seorang wanita dewasa yang menatapnya sembari mengendong balita sedang tersenyum kearahnya dan dibalas juga oleh Abdi

Memang terkadang dunia tidak adil, tega sekali semesta mengambil sosok ayah untuk gadis kecil ini.

Lalu Abdi kembali menatap lurus kedepan, sembari menggenggam erat gelang yang berada ditangannya itu.

Benar takdir tak ada yang tau, apakah kita akan berakhir hari ini, besok, ataupun bisa detik ini.

Benar takdir tak ada yang tau, apakah kita akan berakhir hari ini, besok, ataupun bisa detik ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku Baik-baik SajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang