Sohyun memasuki sebuah kafe. Ia tersenyum mendapati Hyunjin telah menunggunya di sana, tersenyum sembari mengangkat cangkir kopinya yang asapnya masih mengepul ke atas.
"Hai…" sapanya kemudian menarik kursi berbahan kayu yang telah di cat berwarna putih.
Hyunjin mengurungkan niatnya menikmati kopinya. Memandang Sohyun sepertinya lebih baik daripada kopi.
Sudah lama sekali sejak hari itu mereka berdua sudah tidak bertemu. Setelah mereka berpisah, Hyunjin langsung lari ke luar negeri untuk melanjutkan sekolah nya sambil bekerja. Kemarahannya terhadap keluarganya menolak sepersen pun uang yang diberikan untuk menanggung hidup di negeri orang.
Terlebih Hyunjin sangat membenci kakeknya, sebab karena keegoisan pria itu ia harus melepaskan wanita yang hingga saat ini ia cintai. Ah mengingat masa lalu membuat Hyunjin menyesali mereka berpisah saat itu, jika saja mereka berdua berjuang sedikit lagi mungkin hari ini mereka sudah memiliki anak berumur 5 tahun.
"Kau kenapa?" Tanya Sohyun memperhatikan ekspresi mantan kekasihnya. Hyunjin diam-diam menahan senyum membayangkan dirinya dipanggil papa oleh anaknya, juga Sohyun memanggilnya dengan nama anak ditambah papa di belakang nya.
Hyunjin segera menggeleng. Malu rasanya memberitahukan bayangan masa depannya dengan Sohyun jika mereka tidak berpisah hari itu.
"Tidak apa-apa." Jawab Hyunjin, pria bermata hazel itu menggeser buku menu di hadapan mantan kekasihnya. "Mau pesan apa?" Tanyanya menatap lekat wajah rupawan Sohyun.
"Ice americano sama pie susu." Sohyun menyengir kuda. "Belum makan."
"Kalau belum makan kenapa pesan americano? Yang lain saja."
"Lagi pengen yang pahit. Lagipula ada pie susu kan."
Hyunjin menggeleng ribut. Pria itu tidak setuju dengan pesanan mantan kekasihnya, menurutnya itu cukup mencari mati saat mengetahui Sohyun belum makan. Hyunjin beranjak dari kursinya membawa buku menu dan berjalan ke arah meja pantry.
Pria bermata hazel itu terlihat sibuk berbicara pada pelayan kafe. Sohyun juga melihat ibu jari panjang Hyunjin seolah menunjuk sesuatu di buku menu tersebut.
Sohyun menggeleng tak percaya. Setelah enam tahun berlalu, sikap pria itu tetap sama kepadanya. Hyunjin selalu sigap dengan hal yang menyangkut padanya, tak sedikitpun pria itu membiarkan Sohyun terluka.
Sangat berbeda dengan kakaknya yang baru beberapa hari bersamanya telah membuat sayatan kecil di dalam hatinya.
Hyunjin datang dengan nampan bersisi milkshake strawberry dan roti berisi daging dan sayuran di dalamnya.
Meletakkan secara perlahan di atas meja, dagunya bergerak seolah mengisyaratkan Sohyun untuk memakan makanan yang dia pesan.
"Untukku?" Tanya Sohyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast
Fanfiction❝Everything it's still a dream when we meet until you say you love me.❞ Lee Taehyung tak pernah menyangka jika sang kakek telah menjodohkannya dengan seorang pelukis bernama Jung Sohyun, disaat dirinya telah memiliki Ha Yoora sebagai kekasihnya. Se...