29

56.7K 3.8K 477
                                    

Katanya, orang yang membenci kita biasanya akan jadi orang yang paling memperhatikan kita.

Rosa tidak tahu sejauh mana kebenaran ungkapan tersebut, tapi yang jelas pukul dua siang itu, sepulangnya Rosa dan teman temannya makan siang di Semarang, dia melihat mobil Panca terparkir di bahu jalan.

Rosa dapat mengenali Land Cruiser milik Panca bahkan dari kejauhan.

Ketika itu, Rosa saat itu duduk di bangku penumpang depan. Setengah bercanda dia berkata pada teman-teman semobilnya, "Eh, eh, mau lihat mobil orang gila, nggak?"

Teman teman semobil Rosa tertawa. Mereka sudah paham tabiat Rosa yang selalu menunjukkan sikap bermusuhan terhadap Panca, tak ada takut-takutnya meski Abdi, suaminya banyak berbisnis dengan Rezeki Pandansari. Dua dari enam orang teman Rosa di mobil itu malah suaminya bekerja sebagai petinggi di Rezeki Pandansari.

Lagi pula, sebenarnya makan siang mereka tadinya diagendakan untuk diadakan di restoran Mbah Jengket. Tapi karena Mbah Jengket sedang dalam proses renovasi, kini mereka harus jauh-jauh pergi ke Semarang.

Jadi, seperti kebanyakan orang di Pandanlegi belakangan ini, semua orang sedikit banyak merasa salah tingkah. Mereka tak punya masalah dengan Panca, tapi mereka merasa Panca terlalu menutup mata akan tindak-tanduk Hellraisers. Okelah, tadinya tidak ada yang peduli karena menurut rumor Hellraisers hanya menyatroni orang yang dulu dekat dengan mantan majikan Panca, atau orang-orang yang menghalangi 'kemajuan' Rezeki Pandansari.

Tapi pembakaran restoran mengubah pendapat orang-orang tentang Hellraisers. Kini mereka peduli.

Karena kalau hari ini restoran yang terbakar... Jangan-jangan, besok rumah mereka?

Ketika mobil yang ditumpanginya melewati mobil Panca, Rosa memutar bola mata. Bodo amat, pikir Rosa dalam hati.

Tapi lima menit setelah melewati mobil Panca, salah satu teman Rosa melemparkan celetukan.

"Tapi aneh nggak sih, Pak Panca lagi apa di tempat terpencil gini? Cuma ada kebun tebu di kanan dan kiri jalan? Jarang ada orang lewat kecuali abis dari Semarang banget?"

Rosa menelan ludah, dalam hati juga punya pertanyaan yang sama. Rosa menambahkan, "Iya sih, mana mesin mobilnya belum mati..."

Teman Rosa yang mengemudi seketika menekan remnya halus. Bahkan meski halus, inersia menyebabkan semua penumpang bersamaan maju ke depan lalu terempas ke belakang.

"Yang bener?!"

Rosa mengangguk. "Gimana kalau kita putar balik?"

***

Pemadam kebakaran dan ambulan keluar bersamaan dari Pandanlegi, masing-masing menyalakan lampu sirenenya. Lima belas menit yang lalu, mereka mendapat telepon dari seorang perempuan dengan suara melengking penuh histeria; ada yang jatuh di saluran irigasi di ladang tebu. Tidak mungkin kami mengangkatnya! Kami hanya bisa memastikan jalan napasnya terbuka dan dia tidak tenggelam.

Sesampainya mereka ke tempat yang dituju penelepon, hampir semua kru pemadam dan petugas medis dari ambulans memucat saat mereka berada di tepi saluran, memandang ke bawah.

Tiga orang, yang refleksnya paling bagus dan tidak lumpuh oleh keterkejutan, langsung melompat ke dalam saluran. 

"Apa aku tidak salah lihat? Apa itu Panca Rahman?" desis salah satu petugas penyelamat. "Siapa begitu menaruh dendam padanya sampai memperlakukannya seburuk itu?"

***

Bertahun-tahun datang ke rumah sakit sebagai donatur di pesta amal, minggu lalu datang sebagai pengantar, siang itu, Panca Rahman terikat brangkar, dengan busa keras dipasang di leher untuk mencegah cidera lanjutan. didorong setengah berlari memasuki ruang tes MRI.

Bulan Terbelah DendamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang