016 - Behind The Word You Say

2K 339 94
                                    

Here we go~

Jinwoo menatap jarum jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul 10.20, tapi Cale belum juga muncul barang satu helai pun. Hal membuat Jinwoo mendengus kelas. Dia kemudian mengeluarkan ponsel cerdasnya dan mulai menelpon Cale.

[Nomor yang anda tuju sedang sibuk. Silakan coba lagi beberapa saat lagi]

Sebuah jawaban dari operator yang tentunya membuat Jinwoo semakin kesal. Memangnya sesibuk apa seorang Cale Henituse? Jinwoo tidak habis pikir. Dia pun mencoba untuk menelepon sekali lagi.

**

Di tempat lain, Cale sedang terdiam menatap semangkuk mie yang ada di hadapannya. Dia enggan untuk memakannya, tapi dia pun tidak ingin menyinggung orang yang ada di hadapannya.

"Kenapa, dek? Kok engga dimakan?" tanya Alberu sambil mengelap tangannya dengan lap tangan.

"Umm." Cale hanya berdehem. Dia tidak habis pikir, kenapa Alberu memasak mie instan kuah, tapi tidak ada air sama sekali di dalam mangkuk. Apa dia lupa? Apa dia terlalu lama memasaknya hingga airnya menguap? Entahlah. Cale hanya bisa mengira-ngira.

"Ini enak lho. Abang diajarin bikin ini pas lagi liburan di Bali. Mie kuah, tapi kuahnya ditunggu sampai nyerap semua ke mie." Alberu berceloteh sambil tersenyum. Dia kemudian duduk di kursi dan menyuapkan mie miliknya seperti tidak ada masalah sedikit pun.

Sudut bibir kiri Cale terangkat 2cm. Persetan baginya dengan mie instan. Dari semua oleh-oleh yang ada di Bali, kenapa Alberu malah membawa kebiasaan aneh? Sekurang kerjaan apa sih?

"Oh, Cale. Ada yang nelepon tuh." Alberu menunjuk ponsel Cale yang ada di atas meja. Ponselnya hanya menyala tanpa ada getaran atau bunyi sedikit pun. Cale sengaja melakukannya agar Alberu tidak tersinggung.

"Biarin ajalah. Paling juga dari tukang parkir," ujar Cale yang kemudian memakan mie di hadapannya tanpa ragu-ragu lagi.

"Hah, tukang parkir?" Alberu menatap Cale tidak percaya, tapi nomor pemanggil yang tertera memang tidak ada namanya.

Cale tidak merespon Alberu lagi. Dia hanya bergegas menghabiskan mie instan aneh ala chef Alberu dan meminum segelas air putih sampai habis.

"Gimana rasanya?" tanya Alberu dengan nada suara yang ceria.

"Rahasia. Biarkan saja pembaca mengira-ngira sendiri," jawab Cale sambil tersenyum.

"Ada-ada saja kau ini." Alberu tertawa ringan.

"..." Cale tidak beranjak dari kursinya. Dia juga tidak kunjung meraih ponselnya.

Cale tahu Jinwoo yang meneleponnya, tapi saat ini ada hal lain yang lebih ingin Cale lakukan. Minta uang jajan.

Novel ini hanya terbit di WP dan MT, kalau kalian baca di selain ini bisa dipastikan itu adalah malware webmirror. Silakan dukung penulis di sini http://w.tt/3Ijg6yx terima kasih.

"Abang..." panggil Cale sambil menatap Alberu dengan bola mata berkedip-kedip.

"Ada apa? Adek cacingan kah?" tanya Alberu yang seketika saja membuat Cale refleks menggebrak meja makan.

"Mana ada! Bukan itu."

"Lah, terus kenapa?" Alberu masih menikmati mie instan miliknya.

"Itu..." Cale mempertemukan kedua jari telunjuknya sambil menunduk karena sedikit malu.

"Kenapa?" Alberu tersenyum dengan tanda tanya di keningnya. "Punya pacar baru kah?"

"Hah?" Cale merasa tertohok mendengar pertanyaan Alberu.

"Nggak apa, kalau Cale suka kejar aja. Nggak ada salahnya kok buat menikmati masa muda. Abang juga dulu punya pacar 45," ungkap Alberu.

"Mon maaf bang, itu pacar apa kemerdekaan Indonesia?" Cale menatap Alberu dengan tatapan datar. Orang yang ditatap malah tertawa.

"Abang enggak ada oleh-oleh yang lain gitu? Kayak uang atau apalah?" tanya Cale. Kali ini dia langsung bertanya tanpa memberi kode lagi.

"Hmm." Alberu berdehem. Dia tampak sedang berpikir.

Cale menepuk keningnya. Mengapa orang yang selalu dipuji-puji banyak orang justru bertingkat seperti siput di hadapannya? Ingin sekali Cale menjambak rambut kuning Alberu, tapi sayangnya sekarang Alberu sudah mencat rambutnya dengan warna hitam.

"Ah, iya!" Alberu teringat sesuatu.

"Apa bang?" tanya Cale bersemangat. Tinggal sedikit lagi mencapai tujuannya.

"Abang masih punya cat rambut. Mau coba? Ada warna pink juga lho," jawab Alberu dengan senyum yang merekah sempurna.

"..." Cale kehabisan kata-kata. Dia kemudian meraih ponselnya. Panggilan dari Jinwoo sudah selesai, tapi Cale langsung menelepon balik.

"Halo." Jinwoo menyapa di ujung telepon.

"Bagaimana Cale?" tanya Alberu yang masih menawari pewarna rambut.

"Halo sayang, aku juga kangen sama kamu. Jangan marah, nanti aku belikan boneka bebek buat nemenin mandi," ujar Cale yang seketika saja membuat Jinwoo terhenyak. Alberu pun hanya terdiam.

"Jemput depan tukang cilok ya, sekarang! Awas aja kalau engga," tandas Cale sambil mematikan sambungan teleponnya.

"Cale mau pergi sekarang?" tanya Alberu sedikit kecewa.

"Iya bang, maaf ya. Udah ditungguin dari tadi," kata Cale sambil bangkit dari kursinya.

"Oh gitu. Titip salam kalau gitu buat doinya." Alberu mengaduk-aduk mie miliknya sambil menatap kepergian Cale.

"Engga mau, ntar abang jadi pelakor," jawab Cale tanpa menoleh sedikit pun. Dia terus melangkah menuju kamar mandi.

**

Di tempat lain Jinwoo terbengong menatap ponselnya. Dia masih tidak percaya dengan apa yang Cale katakan di telepon. Apa dia terbentur sesuatu? Jinwoo hanya bisa menduga.

"Yasudahlah, sekalian aja." Jinwoo pun bangkit dari kursinya. Dia memasukan beberapa dokumen ke dalam tas selempangnya sebelum kemudian pergi keluar dari ruangannya.

BERSAMBUNG

The Hottest FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang