Kepulan asap terlihat di atas martabak. Aroma manisnya mampu membuat semua orang meneteskan air liurnya karena ingin.
"Mau pake toping apa lagi?" tanya Jaeha menyadarkan Dokja dari aktifitas ngilernya.
"Ah, eh... U-udah cukup." Dokja terbata sambil mengusap ilernya dengan punggung tangan kanannya.
"Udah laper lagi? Mau dimakan di sini?" tanya Jaeha sambil tersenyum.
"E-enggak kok." Dokja memalingkan pandangannya. Dia merasa malu sendiri.
"Aku beli ini untuk ketua komplek," lanjut Dokja masih tidak melihat pada Jaeha.
"Oh, aku kira kau ingin memakannya."
"Engga, aku cuman ngerasa gimana gitu kalau nggak bawa apa-apa."
"Begitu ya?" Jaeha mengangguk-angguk faham. "Kalau gitu, mau coba makan punyaku?"
"Boleh kah?" Dokja melirik ke arah Jaeha dengan mata berbinar.
Jaeha terkekeh melihat ekspresi polos Dokja. "Iya, ini makan pelan-pelan." Jaeha menyodorkan kotak martabak miliknya.
"Kuterima dengan senang hati." Dokja tersenyum lebar menerima pemberian Jaeha.
"Uhh, bismillah." Dokja mulai memakan sepotong martabak milik Jaeha. "Enaknyaaaa."
"Abisin aja."
"Eh." Dokja tersadar sesuatu. "Kau juga harus coba."
Jaeha menggeleng. "Nggak usah, aku masih kenyang."
"Mau aku suapin?" tanya Dokja sambil menyodorkan sepotong martabak yang ada di tangannya.
"Nggak."
"Kenapa?"
"Tanganmu bekas iler."
"Haaaah?!" Dokja merasa sangat tersindir dengan apa yang dikatakan oleh Jaeha.
"Lumayan eh, vitamin."
"Ngadi-ngadi, haha." Jaeha tertawa. Hanya anak kecil yang akan percaya dengan perkataan Dokja.
"Yasudah kalau begitu." Dokja tidak bisa menyembunyikan rona merah karena malu di wajahnya. Meski begitu, Dokja masih berani untuk melanjutkan makan martabak.
"Oh iya, fotoin dong."
"Foto?"
"Iya, ponselku ada di saku kiri jas, coba ambil," terang Dokja.
"Yakin?"
"Iya." Dokja melirik pada saku jasnya. Dia pun baru sadar kalau ponselnya tidak ada.
"Eh, kok engga ada sih?"
"HP? Kayaknya ketinggalan di mobil, kalau engga ya di kantor."
"Kayaknya iya." Dokja setuju dengan perkataan Jaeha. Kemungkinan paling besar ponselnya tertinggal. Dan memang kenyataannya iya.
"Kalau gitu fotoin aku pake hp kamu," pinta Dokja sambil tersenyum.
"Hmm." Jaeha berdehem beberapa saat.
"Pleaaseeee." Dokja mengedipkan matanya beberapa kali dengan tatapan memelas.
"Iyaa, yuk kita selfie." Jaeha pun mulai berpose bersama Dokja.
Alih-alih tersimpan di gallery, foto selfie Jaeha justru terkirim ke story wa.
"Aduh salah pake kamera," ujar Jaeha terkejut.
"Terusin aja fotonya ke aku. Bisa kok."
"Oh iya juga ya." Jaeha pun melakukan apa yang dikatakan oleh Dokja.
"Udah, sekarang mau foto kayak gimana?"
"Fotoin yang bagus pokoknya. Kayak brand ambassador."
"Huh?"
"Jangan cuman huh aja. Fotoiiiiin."
"Iya-iya."
Dokja pun beberapa kali berfoto dengan Jaeha hingga martabak yang dipesannya sudah siap semua.
Novel ini hanya terbit di WP dan MT, kalau kalian baca di selain ini bisa dipastikan itu adalah malware webmirror. Silakan dukung penulis di sini http://w.tt/3Ijg6yx terima kasih.
"Makasih ya, Bang," ujar Dokja setelah membayar martabak miliknya. Jaeha tidak usah ditanya, dia sudah lunas duluan.
Sekembalinya ke dalam mobil, Dokja melihat Joheon yang sedang tidur bersandar ke kursi dengan wajah yang ditutupi topi.
"Ah, punyaku!" Dokja menemukan ponselnya yang ada di karpet. Hampir saja kakinya menginjak ke sana.
"Nasib baik kau. Kalau kuinjak pasti pecah layarmu," ujar Dokja pada ponselnya sendiri.
"Kalau pecah, kau bisa hubungi aku aja, nanti aku benerin," sahur Jaeha.
"Heleh, gimana mau ngehubungin kalau udah pecah duluan?"
"Oh iya ya, kalau gitu ya datang aja ke tempatku kerja. Aku bisa benerin."
"Waw. Serbaguna sekali dirimu."
"Haha." Jaeha hanya tertawa. Dia kemudian mulai melajukan mobil ke jalan.
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hottest Family
Hayran KurguIni kisah tentang para penghuni komplek yang menamakan diri sebagai Random Guy (RG) Family. Mereka tidak terlalu peduli pada penilaian orang dan sering berbuat sesukanya. Penampilan mereka yang tampan dan berkarisma membuat semua orang memberikan la...