021 - Its Done, Right?

1.7K 246 8
                                    

"Selesai kan?" Cale tersenyum setelah mengirimkan satu pesan pada banyak orang. Lebih tepatnya orang-orang yang ada di dalam list dokumen milik Jinwoo.

"Cale, kamu beneran enggak salah nyuruh mereka datang sore ini?" tanya Jinwoo dengan tatapan tidak percaya.

"Bukankah lebih cepat akan lebih bagus? Kau bahkan tidak perlu menemui mereka satu persatu."

"Masalahnya malam ini aku harus jemput Haein kursus."

"Kan masih ada aku." Cale menepuk dadanya. Dia seolah lupa kalau dirinya pernah memelas pada Jinwoo agar tidak banyak melakukan apa pun.

"Memangnya tidak apa?" Jinwoo meragu.

"Kalau begitu beri aku uang jajan." Cale menyodorkan tangan kanannya pada Jinwoo.

"Aku tidak punya uang." Jinwoo menaruh pisin berisi bakwan di tangan Cale. Saat ini mereka memang baru saja selesai makan siang.

"Bukan ini." Cale menaruh pisin di meja.

"Memangnya mau jajan apa?" Jinwoo mengerutkan keningnya.

"Terserah aku dong mau jajan apa juga."

Jinwoo menghela napas. "Kalau ada yang ingin dibeli bilang aja, nanti aku belikan sekalian jemput Haein."

"Nggak usah repot deh. Zaman sekarang kan bisa beli online." Cale menyilangkan kedua tangannya di dada.

"...." Jinwoo tidak tahu harus berkata apa lagi.

"Mana?" Cale kembali menengadahkan tangannya.

"Nggak ada receh," jawab Jinwoo sambil menggelengkan kepalanya.

"Lu pikir gue tukang ngamen apa? Receh cukup buat apa?" sewot Cale.

"Kan lumayan bisa buat beli permen, kalau nggak ya beli bakwan."

"Ngapain gue beli bakwan kalau elu udah bikinin banyak?" kali ini Cale makin sewot.

"Iya juga sih."

"Bukannya malam ini kau harus pergi kan? Serahkan saja sisanya padaku. Kau hanya perlu memberiku modal saja." Cale menyeringai.

Jinwoo berdehem. Dia kemudian mengambil dompetnya, mengeluarkan sebuah kartu prioritas berwarna hitam lalu memberikannya pada Cale.

"Beli saja apa yang diperlukan, tapi jangan terlalu boros."

"Serahkan saja padaku." Cale tersenyum puas saat mengambil kartu atm prioritas milik Jinwoo. Sebuah kartu yang Cale pun tahu sendiri kalau biaya admin bulanannya saja mencapai 500rb. Setan yang ada di hadapannya ini sebenarnya kerja apaan sih? 

**

Novel ini hanya terbit di WP dan MT, kalau kalian baca di selain ini bisa dipastikan itu adalah malware webmirror. Silakan dukung penulis di sini http://w.tt/3Ijg6yx terima kasih.

**

Di tempat lain yang berisi banyak buku, seorang anak laki-laki terdiam menatap ponselnya sendiri.

"Ada apa, Gongja?" tanya Black Dragon Witch yang menyadari ekspresi Gongja yang berbeda dari biasanya.

"Ti-tidak ada apa-apa," jawab Gongja sembari tertawa kaku.

Black Dragon Witch menatap Gongja dengan sinis. Tentu saja dirinya tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Gongja.

"Mau beli mie tektek nggak?" tanya Gongja mengalihkan pembicaraan. Dia sebenarnya bisa saja memberitahu kalau dirinya mendapat pesan aneh, tapi bagi Gongja hal ini tidak terlalu penting untuk diobrolkan dengan Black Dragon Witch.

"Kau tidak punya saran lain kah?" Black Dragon menatap Gongja risih. Dia jenuh selalu memakan mie tektek setiap hari karena hanya itu yang ada di dekat perpustakaan.

"Kalau tidak salah di lantai 1 ada cafetaria. Mau coba makan di sana?"

"Kau gila? Mereka akan membuatmu memakan mie instan rebus dan toppingnya pun keras saat digigit." Black Dragon semakin mengerutkan keningnya.

Gongja menghela napasnya. "Kalau begitu bagaimana kalau kita pergi makan di luar?"

"Hmm." Black Dragon berdehem. "Sepertinya tidak masalah, lagipula sebentar lagi jadwal jaga perpus kita sudah selesai."

"Sip." Gongja tersenyum.

"Memangnya kau mau ajak aku makan di mana?" tanya Black Dragon yang seketika membuat Gongja kebingungan sendiri. Tentu saja, Gongja hanya berbicara sekenanya tanpa punya rencana sedikit pun.

"Ah, itu. Aku ingin pergi ke kantor kepala komplek emas. Sepertinya di sekitar sana ada banyak tempat makan yang enak," celoteh Gongja beralasan.

"...." Black Dragon menatap Gongja dengan mata berbinar. "Kau ternyata update juga. Di sana ada cafe yang viral. Aku pun ingin mencoba muffin di sana. Katanya rasanya lezat sekali."

"Sungguh kah?" Gongja memiringkan kepalanya tertarik. "Kalau begitu, bagaimana kalau kita pergi sekarang?"

"Setuju." Black Dragon menggenggam kedua tangan Gongja dengan erat. "Kita bisa serahkan sisa pekerjaan kita pada Viver. Kulihat dia sudah datang."

"Oke."

BERSAMBUNG

The Hottest FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang