Cale mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Dia tidak menyangka kalau di kantor Jinwoo terdapat sebuah ruangan pribadi yang seperti tempat tinggal pada umumnya; ada tempat tidur, kamar mandi, hingga dapur yang disekat oleh lemari setinggi pinggang.
"Jangan bilang kau tidur di sini setiap hari?" tanya Cale sambil menyentuh selimut polos yang ada di atas kasur Jinwoo.
"Engga setiap hari juga sih, kalau lagi sibuk aja," jawab Jinwoo sambil mengenakan apron bergambar kepala kelinci.
"Ohh." Cale melihat beberapa buku yang ada di atas nakas samping kasur. Dia pun lekas meraihnya.
Rupanya novel. Tidak buruk juga untuk mengisi waktu. Cale tersenyum saat melihat sampul novel yang bergambar abstrak, ada pula yang bergambar tentara dan ada yang full hitam.
"Kau tidak menyimpan yang aneh-aneh kan?" tanya Cale sambil melihat pada laci nakas yang sedikit terbuka.
"Aneh-aneh kayak gimana emang?" tanya Jinwoo yang kini sedang memanaskan panci penggorengan.
Cale kehilangan kata-kata. Ketiga buku yang ada di tangannya berjatuhan ke karpet. Keisengan Cale membuka laci nakas membuatnya terhenyak.
"Ada apa?" tanya Jinwoo sambil menoleh.
"Katanya kau tidak menyimpan yang aneh-aneh." Cale menatap Jinwoo dengan sedikit mengintimidasi. Meski pun begitu tetap saja terlihat datar.
"Aku mema-" perkataan Jinwoo terpotong.
"Lantas ini apa?" tanya Cale sambil mengangkat beberapa kardus kecil berwarna merah. Cale tahu dengan jelas kalau itu adalah alat pencegah kehamilan.
"Terus ini apa, Bapak Ketua Komplek Emas yang Terhormat?" Cale mengeluarkan semua bungkus berwarna merah yang ada di laci. Beberapa di antaranya sampai terjatuh.
Novel ini hanya terbit di WP dan MT, kalau kalian baca di selain ini bisa dipastikan itu adalah malware webmirror. Silakan dukung penulis di sini http://w.tt/3Ijg6yx terima kasih.
"Eh?!" Jinwoo kaget. Dia kemudian mematikan kompor sebelum berjalan menghampiri Cale.
"Jangan bilang kalau kau sering enaena di sini," sindir Cale sambil tersenyum menyeringai.
"Jangan salah faham dulu." Jinwoo melepas celemeknya dan menaruhnya di atas kursi. "Cepat taruh lagi."
"Taruh?" tanya balik Cale.
"Ya."
Cale semakin menyeringai. Bukannya ditaruh kembali ke laci, Cale malah menghamburkannya ke udara hingga jatuh berceceran di mana-mana. Tentu saja hal ini membuat Jinwoo terbelalak.
"Apa yang kamu lakukan?!" tanya Jinwoo kesal. Dia kemudian terburu-buru mengumpulkan kembali apa yang telah berceceran.
"Jangan hanya diam saja. Sebentar lagi Haein akan datang." Jinwoo melirik Cale meminta pertanggungjawabannya.
"Haein?" Sebuah tanda tanya muncul di kepala Cale. Siapa Haein? Apa dia orang penting?
"Cepatlah!"
Cale menghela napas. Meski enggan, tapi dirinya pun mulai mengumpulkan kardus merah yang berceceran di sekitarnya. Sedikitnya Cale sadar kalau semua kekacauan ini adalah ulahnya sendiri.
"Yang di sana udah semua?" tanya Jinwoo.
"Kayaknya udah. Taruh di laci lagi?" tanya Cale.
"Enggak. Kasih ke aku aja. Mau dibungkus."
Cale mengkerutkan keningnya mendengar kata bungkus. Memangnya gorengan?
"Sini."
Saat Cale melangkah, dirinya tiba-tiba saja tersandung dan jatuh ke arah Jinwoo. Membuat semua bungkus kemasan kondom yang dibawa mereka kembali berceceran di karpet lantai.
"Kamu engga apa-apa?" tanya Jinwoo.
"..." Cale terdiam melihat Jinwoo yang ada di bawahnya. Dia tidak terlalu merasa sakit karena hanya terbentur di dada bidang Jinwoo.
Belum sempat Jinwoo mengatakan hal lain, pintu tiba-tiba saja terbuka. Membuat Jinwoo dan Cale serasa copot jantung.
"Eh?!" Kedua mata Haein terbelalak melihat apa yang ada di hadapannya. "Maaf." Dia kemudian menutup pintu kembali.
"Astaga..." Jinwoo menghembuskan napas lega, tapi kemudian pintu kembali terbuka dan Jinwoo kembali terkejut.
CEKLEK. Blits dari ponsel Haein berkedip.
"Sayang, nanti malam jangan lupa jemput aku kursus ya." Haein tersenyum dengan bola mata berbinar. Dia pun menutup pintu kembali.
"...." Cale dan Jinwoo terdiam tanpa kata selama beberapa saat.
"Dia Haein yang kau maksud? Dia pacarmu?" tanya Cale memastikan.
"Ya, keduanya benar."
"Dengan semua kondom ini, staminamu luar biasa, ya." Cale melihat kardus dan isi kemasan merah yang berceceran.
Jinwoo menghembuskan napas kasar. "Mana ada," bantahnya.
"Akui saja, kau suka enaena kan?" Kali ini Cale menatap kedua mata Jinwoo dengan lekat.
"Aku tidak melakukannya. Ini semua pemberian DPPKB."
"DPPKB?"
"Iya, Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana. Mereka menyuruhku membuat penyuluhan untuk warga di komplek emas ini," jawab Jinwoo
"Oh, jadi gitu." Cale mengangguk.
"Bisa minggir kah?" Jinwoo meminta Cale untuk segera bangkit dari posisinya yang tidak wajar.
"Oke." Bukannya berdiri, Cale malah merebahkan dirinya di samping Jinwoo tanpa peduli pada kardus merah kecil yang ditimpanya.
"Heh." Jinwoo menatap Cale dengan tatapan datar berbalut kesal. "Jangan seenaknya. Kalau mau tidur di kasur aja."
"Energiku habis, Jin. Angkat aku," pinta Cale sambil menengadahkan kedua tangannya.
"Aku mau masak, kamu bereskan semua ini."
"Ayolah."
"...."
Cale menatap Jinwoo dengan tatapan penuh harap. Jinwoo pun menghela napas.
"Baiklah, tapi nanti kamu bantu aku kumpulin member yang lain, ya!"
Cale mengangguk. "Okai."
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hottest Family
FanfictionIni kisah tentang para penghuni komplek yang menamakan diri sebagai Random Guy (RG) Family. Mereka tidak terlalu peduli pada penilaian orang dan sering berbuat sesukanya. Penampilan mereka yang tampan dan berkarisma membuat semua orang memberikan la...