"Lo main dong, kerumah gue! Sombong banget si dek"
"gue kangen bangeett... Main yaa besok atau kapan aja deh terserah lo"
"Abang lo yang tampan ini kangen shill."
"BANGGG!!"
Ashilla terbangun dari tidurnya dengan nafas ngos-ngosan seperti terkejar setan. gadis itu mengambil segelas air putih lalu meneguknya, ia kembali duduk diatas kasur mengingat-ingat mimpi tadi dan ucapan kakak laki-lakinya yang sudah lama telah tiada. Tanpa diundang, air mata itu menggelincir membasahi pipi mulus milik ashilla.
"besok gue main, gue lebih kangen loo hiks..."Ashilla menenggelamkan wajahnya dibantal yang sedang berada di pangkuannya. Gadis itu menangis disana.
"Merindukan seseorang yang sudah tiada jauh lebih menyakitkan."
'lo jangan nangis dek, jelek!'
Setiap ashilla menangis, ia selalu mengingat ucapan itu dari abangnya karena dari itu dirinya tak pernah nangis sampai berjam-jam.
***
Sepulang sekolah Ashilla dan Alaskar tidak langsung pulang kerumah melainkan kerumah Aska Ravendra yaitu kuburan. Ashilla mengusap-usap papan nisan yang bertuliskan nama abangnya, bibirnya tersenyum tipis ia tidak mau menangis takut Aska disana khawatir dan tidak tenang. Alaskar merangkul bahu ashilla berusaha menguatkan gadis itu."Bang? gue dateng. Maaff. Baru bisa jenguk lo lagi, jujur baru sekarang gua tau rumah baru lo ternyata omongan papa gamain-main."Ashilla bercerita tentang Papanya yang berniat memindahkan makam Aska. ia menarik nafas beratnya. "Gue kangen, gue mau peluk lo gu--"Ashilla tak kuasa menahan tangisnya, ia menunduk dalam.
Alaskar menyeka air mata Ashilla seraya memeluk tubuh gadis itu."Nangis disini aja, jangan sampai air mata itu jatuh dirumah Aska oke?"
Ashilla mengangguk, ia membiarkan air matanya mengalir deras membasahi seragam yang dikenakan Alaskar. setelah merasa puas menangis, Ashilla menatap sendu ke arah makam itu."Bahkan uda 10 tahun lamanya, gue masih sering kangen sama lo. Gue cengeng kaa! Lo jahat!!"Omelnya pada Aska yang masih diam disana.
"Shilla uda yuk, kita kirimin doa aja dan taburin bunga untuk Aska. kalau lo gini terus Aska disana sedih, mau?"Ucap Alaskar. Dia juga merasakan rindu terhadap sahabatnya itu, tapi bagaimana lagi disini Alaskar harus dewasa menghadapi kenyataan.
Ashilla mengangguk apa yang dikatakan Alaskar memang benar. Gadis itu tersenyum manis tak seperti tadi, setelah berdoa untuk Aska ia menaburkan bunga diatas gundukan tanah dan menyiraminya dengan air mawar. "Aska Abang gue yang paling baik dan tampan sedunia kemauan lo uda gue turutin sekarang, tapi jangan pernah berhenti untuk datang ke mimpi ya? gue masih mau denger suara lo! Mis u bang."Ujarnya mengungkapkan perasaannya.
"Ayok kar kita pulang!"Ajak Ashilla
"lo duluan, gue mau ngomong dulu sama Aska."Balasnya, ashilla hanya mengacungkan jempol lalu pergi. bukannya langsung ke motor dia malah mengumpat dibalik pohon, menguping pembicaraan Alaskar.
"Kalau gue nangis, lo bakal ketawain gue gak? uda pasti itu mah yaa gak!"Alaskar tertawa hambar berusaha menghibur dirinya sendiri.
"Aska Ravendra, gue cuma mau sampein salam dari silent boom mereka kangen sama lo. mereka sampe sekarang masih berharap lo itu masih ada, dan masih ngebayangin kalau lo gaikut ketika papa Lo ajak jalan-jalan pasti semuanya gaakan kayak gini.."Jelasnya panjang lebar, ia mengusap papan nisan milik Aska."Kaa. Kita semua masih beruntung ada adik lo, iya ashilla. dia gadis kuat ka, dia mandiri sama kayak lo." Lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASHILLA & ALASKAR
Teen FictionKetika laki-laki dan wanita bersahabat, tidak mungkin diantara keduanya tak memiliki perasaan spesial atau bisa saja dua-duanya memiliki itu tapi ragu untuk mengungkapkan. Seperti, Alaskar dan ashilla persahabatan mereka sudah beranjak hampir 15tahu...