Alaskar berjalan dikoridor sekolah dengan wajah yang dingin dan gagah perkasa. tak heran jika banyak sekali wanita mengangguminya, pria itu selain tampan ia juga pintar dalam hal apapun. seperti sekarang ini, dirinya dibuat pusing oleh ciwi-ciwi yang meminta nomor telponnya memberi gombalan maut dan masih banyak lagi Alaskar bisa saja pergi dari sini, tapi sulit baginya apalagi ia berada ditengah-tengah dan tidak dikasih jalan keluar.
"PERGI!"Lantang seorang siswi yang bermake-up cukup tebal, dan seragam ketat pastinya itu bukan ashilla. Gadis itu menghampiri Alaskar, menariknya agar keluar dari sana.
"Lo gapapa kan kar??"Tanya Ardilla dengan nada khawatirnya.
Alaskar melepaskan tangan Ardilla yang sedari tadi mengenggamnya."not bad."
"Oh iya kar, gue boleh minta tolong gak?"Ardilla menatap Alaskar penuh harapan, pria itu hanya mengangkat sebelah alisnya.
Ardilla mengambil buku di tasnya lalu menyodorkan pada Alaskar."Bisa ajarin gue ini ga? Soalnya gue belum paham, dan hari ini ada pelajarannya"
Alaskar melihat tugas Ardilla, ia mengangguk-angguk. Pria itu menjelaskan semua materinya berbeda dengan Ardilla bukannya mendengarkan dan memahami tapi ia sibuk memandangi ketampanan wajah Alaskar yang sangat manis.
"uda ngerti belom?"Tanya Alaskar menatap Ardilla yang masih bengong.
"Lo ngerti gak?"Alaskar menjentikan jari telunjuk dan jempolnya, membuat Ardilla terkejut.
"Eh, iya uda kok. Makasih yaa"Alaskar hanya mengangguk lalu beranjak pergi.
"lo uda sarapan belum?"Tanya Ardilla seraya berdiri sejajar pada Alaskar. Alaskar hanya menggeleng.
"sarapan bareng gue aja mau gak?"
"gue ada janji sama Ashilla, lo sendiri aja."
"Ashilla hari ini gamasuk deh kayaknya"
"Kenapa gitu?"
"ya biasalah dia kan anaknya pemales, dan hoby banget tidur pasti jam segini dia belum bangun!"
"kok lo bisa tau? lo siapanya?"
Mari kita pancing...
"gue kan adik tirinya Ashilla, tapi dia gapernah anggap itu kar. gue sedih deh"Ardilla memasang wajah sedihnya.
"pasti ada sebabnya kan?"
"mungkin karena mami gue itu seenaknya sama dia dan sering hukum dia jadi dari situ gue gaperna dianggap adik apalagi papi dia sayangnya sama gue doang.."Jelas Ardilla tak malu-malu bercerita aib keluarganya pada Alaskar.
"Lo tau ga kenapa papinya tuh sayang sama gue doang?"
"Why?"
"ya karena ashilla anaknya boros, suka melawan pemales dan sering banget main sama cowok. Jadi gitu deh, papinya lebih percaya gue ya gimana ngga kan gue anak paling rajin hehe.."Ucapnya membanggakan dirinya sendiri. Alaskar tersenyum paksa, mungkin Ardilla pikir alaskar akan kagum tapi nyatanya tidak.
"yaudah deh kar, gue duluan yaa. Thanks"Ardilla melenggang pergi, meninggalkan Alaskar yang masih berjalan santai.
•••
"Zay ini kucing lo bukan?"Ashilla menyodorkan kucing yang digendongnya, ozay hanya mengangguk."Gue kasih racun kira-kira mati ga ya??"
"coba aja sama lo duluan gobl*k"
"Dih cing, babu lo emosian banget"
"HAI GUYS GUE DATENG"Seru Ardilla seraya memasuki kelasnya.
"gaada yang nanya"Jawab Ashilla pandangannya tetap pada kucing ozay. Ardilla hanya meliriknya sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASHILLA & ALASKAR
Teen FictionKetika laki-laki dan wanita bersahabat, tidak mungkin diantara keduanya tak memiliki perasaan spesial atau bisa saja dua-duanya memiliki itu tapi ragu untuk mengungkapkan. Seperti, Alaskar dan ashilla persahabatan mereka sudah beranjak hampir 15tahu...