- 02

1.5K 213 15
                                    


Apa yang kalian pikirkan jika mendengar kata taman?

Bunga-bunga indah bermekaran? Kolam yang terlihat jernih dengan angsa yang berlalu lalang di permukaannya? Atau, karpet-karpet piknik barangkali? Tapi, taman yang Karina dan Winter singgahi kali ini sungguh berkebalikan dengan taman yang kalian pikirkan.

Memang, semuanya tampak sama. Hanya saja, perasaan kedua perempuan itu yang beda. Karina dan Winter duduk di sebuah bangku panjang berwarna putih. Karina mengerjapkan matanya yang masih terlihat seperti menangis berhari-hari, berminggu-minggu, atau berabad-abad. Winter mengelus lengan Karina dengan perhatian. Keheningan menyertai mereka, tidak ada yang berani membuka pembicaraan sampai akhirnya Karina memutuskan untuk meminta penjelasan.

Dia menghela nafasnya pelan. "Jadi, gimana bisa kamu ..."

"Balik lagi ke dunia manusia? Aku gak tahu." Winter menelaah langit, seperti mengingat caranya datang ke dunia waktu itu. "Aku mendarat di tempat tidur, di rumah. Tapi, gak tahu rumah siapa. Aku gak inget apapun waktu itu. Kenapa aku disana, dimana itu, dan ... siapa yang ngirim aku kesana."

Karina mengalihkan pandangannya yang sedari tadi merenung kearah Winter. "Kamu gak ketemu orang jahat kan?"

Winter menggeleng. "Yang kuinget cuman, nama aku ini ... Kim Minjeong. Dan ... tentu saja, Yoo Jimin." Jawabnya lalu menelusupkan jari-jarinya ke tangan Karina.

Karina hampir menangis lagi. Dia memang sangat merindukan Winter, tapi dengan adanya Winter di dunia ini, Karina tidak bisa menerimanya. Semenjak semua yang Winter lalui di kehidupannya yang dulu, tidak adil kalau dia harus kembali lagi ke dunia hanya untuk hukuman bagi Karina.

Semua makhluk di dunia ini memang berhak mendapatkan kesempatan kedua, seperti Winter. Memang, Karina sangat bahagia karena Winter kembali lagi ke dunia manusia. Tapi, dengan adanya Winter, bukankah itu sangat menetang kehendak Takdir? Bagaimana kalau semua ini pertanda buruk bagi Winter maupun Karina? Bagaimana kalau semua ini terjadi karena Karina dan semata-mata untuk Karina?

"Kamu tahu ... dan kamu inget tentang aku," Karina menyeka air matanya, "dan kamu langsung pergi ke agency ini."

Winter menggeleng. "Aku udah dateng sejak kemarin. Di rumah yang aku tempati saat ini, ada sepasang suami istri yang bilang aku ini anak mereka. Agak aneh, karena aku gak lihat adanya kemiripan diantara kami."

"Nama mereka siapa?" tanya Karina.

Winter hendak menjawab, namun tiba-tiba seperti sesuatu menghentikannya. Dia menelengkan kepala sambil mengerutkan kening. Dia memejamkan mata lalu menggeleng. "Akhir-akhir ini setiap aku inget-inget yang penting, semuanya lari pas udah di ujung lidah."

Karina sedikit menyemburkan tawanya. "Lidah kamu pahit mungkin."

Winter merenggut kearah Karina. "Cuman kamu yang aku inget di dunia ini bukan berarti kamu bisa—"

Ucapan Winter terhenti saat Karina menempelkan jari telunjukknya ke bibir mungil Winter.

"Aku bakal bantu kamu dapetin ingatan kamu balik, Win." Janjinya. Dia tidak akan memafkan Dewa Hades jika benar Winter ke dunia ini hanya untuk menghukum Karina atas perbuatannya.

Winter tersenyum manis, senyuman yang selalu dia berikan kepada Karina sekitar hampir 4 setengah tahun yang lalu sebelum dia ... kalian tahulah ... menghilang.

"Aku gak bisa bebanin kamu sama masalah aku, Kak. Tapi, ada sesuatu yang harus kita pikirin kali ini." Ucapnya dengan nada khawatir.

Karina mengerutkan kening. "Sesuatu? Masa depan kita?"

[02] The Hades Curse - Winrina ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang