.
.
.
Setelah pulih dari keterkejutannya, Incitatus segera saja menendang Yoshi dari samping yang membuat pemuda itu terbang kearah Karina dan Winter. Ningning kaget dan segera saja bergegas-gegas menuju Yoshi. Dia sudah pasti bisa mengecek keadaan Yoshi jika Incitatus tidak menendang tulang rusuknya.
"Wah, wah." Incitatus mencermati Ningning yang terduduk di aspal sambil memegangi rusuknya yang memar. "Maaf mengganggu kegiatan sok kerenmu. Tapi, urusanku bukan denganmu. Lupakan saja dan berhenti bermain-main, berikan Minjeong kepadaku dan kulepaskan kalian."
Ningning bersusah payah bangkit lalu menggeram sambil mengepalkan tangan. Dia melihat mobil rusak yang tadi Incitatus injak karena bertarung dengan Yoshi. Dia mengerahkan sihir nya untuk mengangkat mobil itu dan secepat kilat, mobil itu menimpa Incitatu tanpa pertahanan.
Ningning melihat kearah Karina dan Winter. "Kak Rin, bawa Winter sembunyi!" teriaknya. Karina segera saja menarik tangan Winter untuk berlari. Incitatus mulai bangkit kembali dan terkekeh melihat Karina dan Winter yang lari.
"Lari? Dasar bocah ingusan. Anak-anak kecil tidak berguna seperti kalian itu tidak seharusnya mengganggu pekerjaanku!" geram Incitatus. Sekarang dia sangat marah.
Ningning yang sudah berdiri tegak mendengus. "JANGAN PANGGIL GUE ANAK KECIL JARAN!" ia lalu menutup matanya sebentar, lalu tidak lama kemudian api menyelimuti tubuhnya. "RASAIN INI SIALAN!" teriak Ningning sambil melemparkan bola-bola api kearah kuda itu dengan cepat.
Incitatus dengan lihai menghindar dan berlari maju kearah Ningning. Saat Incitatus berputar untuk memnya dengan api , Ningning melompat ke punggungnya dengan api yang masih menyelimuti badan kecil Ningning. Incitatus kepanasan dan melompat-lumpat.
"NAH, MAKAN TUH BADAN LO GOSONG!" teriak Ningning dari atas tubuh Incitatus.
Selama Ningning bertengkar dengan Incitatus, Karina yang tadi berlari dengan Winter pun tidak menyadari jika mereka sudah dekat bendungan.
"K—kak! Itu! Bendungannya!" teriak Winter.
Karina menoleh kearah yang di tunjuk Winter. Dia begitu terkejut karena ternyata mereka berdua lari selama itu. Bagaimana keadaan Yoshi dan Ningning saat ini?
Karina langsung berhenti mendadak yang otomatis menghentikan Winter juga, tetapi dengan menabrak punggung Karina.
"Winter, gawat! Kita udah kejauhan!" gelisah Karina. "Gimana kalau Ningning malah kenapa-napa?! Yoshi juga tadi pingsan Win!" khawatir Karina.
Winter menangkupkan kedua tangannya ke pipi Karina agar tenang. "Kak, kak denger! Kita harus lihat dulu apa yang ada di bendungannya, oke? Kalau semisalnya keadaan bisa kita atasi, kita bisa selesaiin ini dengan cepet. Apalagi, kak Hani bilang, dia ngasih aku hadiah kan? Bisa aja dia masih bantu kita!"
"Winter! Kamu terlalu percaya sama Hani! Emangnya dia siapa?! Siapa tahu kan hadiah yang dia maksud itu, Incitatus? Siapa tahu dia—"
"Kak Rin!"
Karina terdiam. Winter memegang kedua pundaknya sekarang, "Kak Rina, Kak Hani bukan yang ngirim Incitatus! Hadiah dari kak Hani adalah, dengan kembalinya ingatan aku sedikit demi sedikit!"
Deg!
"Apa?" Karina melepas kedua tangan Winter di pundaknya. "Ingatan kamu? Dikembalikan dia?"
Winter mengangguk mantap. "Saat di jalan, pas kita lari. Aku ngeliat Kak Hani sekelebat. Setelah itu kepala ku pusing dan sambil lari ... potongan memori kembali sampai aku tahu kalau ..."
Karina menggenggam kedua tangan Winter. "Kalau apa, Win? Sampai mana?"
Winter menghela nafasnya sambil menatap kedua manik Karina.
"Kalau ternyata dari awal ... Kak Giselle, orang yang nyelametin aku ... dia bukan berkorban demi aku, Kak. Dia ... berkorban demi Kakak. Demi Karina."
"Kak Rina."
"Apa ... yang selama ini kakak lakukan?"
.
.
.
.
.
.
Balik ke keadaan Ningning, dia sekarang sudah terkapar di jalanan bersama Yoshi. Incitatus meringkik khas kuda sambil menapak-napakkan kakinya di aspal. "Sudah kubilang, tidak ada gunanya."
Ningning mencoba bangkit. Di sampingnya, jari-jari tangan Yoshi mulai bergerak.
Wajah Ningning memerah menahan marah. Dia berdiri tegak lalu mengepalkan tangan kanannya yang penuh dengan asap hitam. "GUE BELUM KALAH!"
Di depannya, kuda itu mendengus. "Sayang sekali. Kekuatanmu besar, Hecate mengajarimu dengan baik. Seharusnya kau memanfaatkan itu dengan berada di pihak kami." Kuda itu melangkah kearah Ningning, "tapi karena kau menyusahkan, lebih baik matilah!"
Incitatus mengangkat 1 kakinya untuk menginjak dada Ningning. Tapi, sebuah sabit menyabet kakinya.
"Nggihhkkkk!!!"
Incitatus terlompat-lompat ke belakang. Ningning melihat Yoshi sudah mulai bangkit sambil mencengkram sabitnya.
"Gak akan gue biarin lo lukain temen gue!" teriak Yoshi. Dia lalu memutar sabitnya dan maju menyerang. Ningning tidak tinggal diam. Dia melayang keatas lalu menembakkan beberapa asap hitam. Incitatus mulai kewalahan. Dia menendang Yoshi lalu mundur.
Ningning mengira Incitatus akan lari. Dia mulai menutup matanya sebentar, berkonsentrasi untuk mengeluarkan apinya, lalu melemparkan bola api seukuran 6 kepalan orang dewasa kearah nya.
Incitatus terbakar. Dia mulai meringkik keras lalu menghilang diantara asap-asap kelabu.
Yoshi menghela nafasnya yang dari tadi ngos-ngosan. Dia melihat Ningning yang perlahan turun dari atas lalu berjalan gontai kearah Yoshi.
"Lo gapapa? Lo udah bisa nguasain sihir Hecate?" tanya Yoshi.
Ningning hanya diam lalu saat sampai di depan Yoshi, dia mengangguk. "Lumayan. Kak Rina sama Winter udah duluan ... kayaknya ... mereka ..."
Sebelum menyelesaikan ucapannya, Ningning ambruk ke pelukan Yoshi yang masih membawa sabit berlumuran darah dari kaki Incitatus.
KAMU SEDANG MEMBACA
[02] The Hades Curse - Winrina ✓
FanfictionYoo Jimin atau Karina, idol yang sedang naik daun itu terpaksa menjalani kehidupan non-normal lagi setelah 4 tahun ditinggalkan oleh Kim Minjeong. Entah apa yang ia lakukan selama itu, yang pasti hal itu membuat dirinya menjadi Karina yang beda dari...