Sebelas

5.1K 338 50
                                    

"Kalau malam ini Mas minta hak, apa kamu memberinya?" Abi harap-harap cemas saat menunggu jawaban Dira. Abi tak tahu bagaimana Dira menjawabnya. Mau atau malah menolaknya. Apa pun itu, Abi menghormati keputusan Dira.

Wajah Dira memerah. Inilah yang ia tunggu-tunggu. Eh, bukan, maksudnya inilah yang harus mereka bahas setelah didesak kedua belah pihak.

Dira menipiskan bibirnya. "Gak mungkin 'kan, kalau Dira menolak," jawab Dira pelan, memberi lampu hijau pada Abi bahwa Dira sama sekali tak menolak keinginan Abi.

Abi terperangah, ia kira Dira akan menolaknya. Nyatanya istrinya mengiyakan. Jadi, apakah nanti malam mereka melakukan malam pertama yang tertunda?

"Kamu serius?" tanya Abi memastikan. Dira pun mengangguk dan tersenyum malu-malu. Rasanya sangat deg-degan, apalagi mereka akan menyempurnakan pernikahan mereka.

"Kamu gak bohong 'kan?" tanyanya lagi. Kali ini, Dira tak lagi senyum. Ia menatap Abi kesal.

Apa memang begini sifat Abi?

"Mas kok ngeselin sih." Dira beranjak dari duduknya, berjalan menuju ke kamarnya. Rasa malu-malunya menguap begitu saja. Harusnya adegan romantis dong. Gini amat punya suami.

"Maaf, cuma Mas mau mastiin aja. Takutnya Mas salah dengar," ujar Abi mengikuti Dira dari belakang.

Abi merutuki dirinya karena ia seperti orang bego. Jadi begini 'kan jadinya. Dira marah dengan dirinya.

"Mas tau gak sih, Dira tuh butuh keberanian bilang iya." Biar tak kelihatan ganjen banget.

"Maaf Dir, bukan maksud Mas bikin kamu kesel," melas Abi.

Dira menahan senyumannya. Gini nih kalau tak menahan rasa marah lama-lama.
"Iya deh. Dira maafin." Dira mengangguk.

Abi tersenyum. Ia bedeham sebentar sebelum mengeluarkan suara.
"Jadi malam ini kita beribadah ya."

Malamnya.

Setelah mengatakan iya pada Abi, saat ini Dira deg-degan, gerogi, bercampur takut. Dira duduk dipinggir ranjang seraya menunggu Abi selesai mandi.

"Semoga saja semua berjalan dengan lancar," lirih Dira.

Dira duduk menegak saat mendengar pintu kamar mandi terbuka. Abi keluar dari kamar mandi.

Astagfirullah.

Abi mendekati Dira setelah berganti pakaian. Ia duduk di samping Dira dan mereka sama-sama gerogi.

"Dir, apa kamu siap?" tanya Abi seraya menoleh ke arah Dira.

"Siap Mas," sahut Dira. Malu-malu Dira tuh.

"Sebelum itu, kita salat dulu ya," ajak Abi diangguki Dira.

Mereka pun salat bersama sebelum memulai ke tahab selanjutnya. Setelah itu, Abi membimbing Dira ke ranjang, menyentuh ubun-ubunnya seraya membaca doa.

"Kalau sakit, kamu bilang ya."

"Iya, Mas."

Abi memulai ritual malam pertama yang tertunda. Mereka pun akhirnya melakukannya.
Dira, telah menjadi wanita seutuhnya. Memberi mahkotanya pada Abi, sang suami. Dan menyempurnakan pernikahan mereka.

****

Perlahan kelopak mata Dira terbuka, Ia segera menyandarkan punggungnya di ujung ranjang. Ia menghela napas saat tak melihat Abi di samping ranjangnya. Dira tersenyum tipis, pernikahan mereka telah sempurna dan semoga kabar baik akan segera datang. Yah, Dira tak sabar mengandung.

"Kamu udah bangun?" Pintu kamar terbuka, sosok Abi perlahan masuk.

"Udah, Mas," sahut Dira.

"Aku tadi beli bubur, kita sarapan bareng ya."

"Iya, Mas."

Dira beranjak dari ranjang menuju ke kamar mandi. Meski ia merasakan sakit saat melangkah, Dira tak meminta bantuan Abi. Dira masih malu dengan kejadian semalam.

Buru-buru Dira masuk ke kamar mandi karena tak kuat menahan rasa ingin buang air kecil. Dan juga ia akan mandi besar barulah ia bergabung dengan Abi. Setelah beberapa saat, ia sudah selesai dan keluar dari kamar mandi. Suaminya masih di kamar dan tak bekerja karena hari minggu.

"Ayo sarapan, Mas," ajak Dira ketika perutnya berbunyi.

"Ayo."

Siang hari, Dira jadi bosan karena tak tahu mau ngapain lagi.
"Mas, gimana kalau hari ini kita jalan-jalan?" usul Dira setelah memikirkan semua. Pasti nanti di rumah hanya begitu-begitu saja.

"Ke mall?" tanya Abi.

"Terserah Mas, suntuk banget di rumah," keluh Dira. Semasa ia belum menikah, saat libur bekerja pasti Dira akan menghibur diri dengan belanja ke mall bersama teman-temannya.

"Tapi gak papa? Kamu 'kan masih sakit."

Dira cemberut saat ia menyadari bahwa berjalan saja ia masih belum bisa. gimana nanti mau jalan-jalan, coba?

"Ya udah deh, kapan-kapan aja," putus Dira pada akhirnya. Meski sedih karena tak bisa jalan-jalan seperti yang ia harapkan, Dira juga memikirkan kondisi yang tak memungkinkan.

Abi menghela napas, ia mendekati Dira dan memeluknya.
"Mas janji deh, nanti kalau kamu agak mendingan, kita jalan-jalan. Gimana kalau kita nonton aja di rumah?"

Senyum Dira terbit, ia mengangguk. Melihat Dira tak keberatan, Abi melepas pelukannya tadi untuk mengambil laptopnya. Setelah itu ia duduk di samping Dira.

"Enaknya nonton apa?" tanya Abi.

"Apa aja, Mas."

"Horor, action?" tawar Abi.

Bibir Dira mengerucut, Dira mengambil laptop Abi untuk mencari film atau drama yang bagus. Dan pilihan Dira adalah romance. Mana mau Dira menonton horor apalagi action.

"Dari pada keduanya, mending romance aja, Mas."

Akhirnya mereka menonton bersama dan pilihan Dira. Karena hari ini Abi ingin Dira berada di kamar saja agar tak bergerak banyak. Abi pun memilih memesan makanan jadi lewat online.

"Kayaknya pesanannya udah sampai, Mas ke depan dulu ya," ujar Abi sambil bergerak turun dari ranjang.

Abi membuka pintu depan, menerima pesanannya dari kurir. Setelah membayarnya Abi mengucapkan terima kasih, Abi pun segera menutup pintu rumah.

Abi berjalan menuju ke dapur, mengambil piring dan menaruhkan makanan itu di atasnya. Setelah itu barulah ia membawa ke kamar. Namun saat membuka pintu, ia mendengar suara tangisan dari dalam. Buru-buru ia membukanya dan melihat Dira menangis sesenggukan.

Khawatir karena ada apa-apa, Abi menaruh makanan itu di meja lalu mendekati Dira.

"Ada apa? Kok kamu nangis?" tanyanya heran.

"Hiks," isak Dira menghapus air mata dan ingusnya. Abi tambah khawatir melihatnya.

"Dira?" panggil Abi sembari menyentuh pundak Dira.

"Sakit hati aku, Mas," isaknya sesenggukan.

"Sakit hati kenapa?" Abi jadi bingung, perasaan ia tak melakukan apa-apa. Memangnya ia berbuat apa sehingga Dira sakit hati?

"Lihat Mas? Drama ini bikin hati Dira sesak banget. Tega sekali dia buat istrinya menderita. Sudah tak cinta, membawa wanita lain di rumah. Benar-benar jahat itu suami." Dira meluapkan emosinya. Beginilah Dira, saat menonton drama atau film sedih ia akan menangis, emosi, dan lain-lainnya.

Abi tak bisa berkata-kata. Abi pikir, kenapa istrinya tiba-tiba menangis. Ah, ternyata Dira terbawa perasaan oleh drama yang dia tonton.

Gini amat punya istri.

****
13/02/22

Thanks udah stay di cerita ini.

Kalau boleh tau, yang baca cerita aing, emak² atau mbak-mbak ya? 🤭🤭

𝐌𝐞𝐧𝐢𝐤𝐚𝐡 𝐃𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐈𝐩𝐚𝐫 (𝐄𝐍𝐃)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang