Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
--
2 hari telah berlalu. Dan selama dua hari terakhir, Dara menghabiskan waktunya dengan melamun.
Nana dan Ara bosan dengan keadaan ini. Apalagi, Dara sama sekali tak mau cerita apa masalah yang sedang ia hadapi.
Nana sudah mencoba menghubungi Dirga, untuk menanyakan apa yang terjadi pada Dara. Namun, Dirga juga tak tau. Karena memang tiga hari terakhir, ia berada di Bogor.
Saat ini, Nana dan Ara memilih untuk terus mengekori Dara kemanapun ia pergi. Selama dua hari, ia sudah memberi Dara waktu untuk sendiri. Mungkin masalahnya memang berat, maka dari itu mereka biarkan saja dulu.
Tapi sampai saat ini, Dara sama sekali tak punya niatan untuk memberitahu mereka apa masalah yang sedang di hadapinya.
Ara menggertakkan giginya kesal. "Ck, Lo mau kemana sih Dar?"
Nana memutar bola matanya malas. Sedari tadi, Ara mengoceh tak karuan.
Dara yang mendengar decakan Ara, seketika menghentikan langkahnya.
Ara yang berada tepat di belakang Dara, meringis kala dirinya membentur punggung Dara.
"Lo kalau mau berhenti bilang dulu Napa sih!"
"Kaget nih, gue." Sambungnya lagi.
"Kenapa ngikutin gue?"
Ara membulatkan matanya sempurna, "kenapa ngikutin, Lo bilang? Ya kita khawatir, lah Dar sama Lo."
"Kalian ngga cape ngikutin gue mulu? Mending kalian duduk manis di kantin dan makan yang kenyang."
Sungguh, Dara benar-benar jengah dengan kedua sahabatnya ini. Selama dua hari, mereka selalu mengikuti kemanapun ia pergi.
Kalau Nana sih, Dara biarkan saja. Sedangkan Ara, selama berjalan ia tak henti-hentinya mengoceh. Dara risih.
"Ngga seru Dar, kalau ngga sama Lo." Ara mulai gemas sendiri dengan Dara.
"Gue mohonnn banget sama kalian. Gue cuma mau sendiri. Tolong kasih gue waktu!" Dara menatap keduanya dengan tatapan memohon.
"Lo yakin ngga mau cerita? Gue ngga maksa, tapi Lo tau, kan, memendam masalah itu sama aja kek Lo nyakitin batin Lo Dar!" Nana yang sedari tadi hanya diam, kini mulai membuka suara.
Dara tersenyum, "gue ngga siap Na!" Ujarnya lirih.
"Oke kalau emang Lo belum siap. Tapi gue mohon, jangan menyendiri kek gini. Jangan buat gue sama yang lain khawatir!"
"Maaf," satu kata yang mampu di ucapkan oleh Dara.
Dengan cepat, Nana merengkuh hangat tubuh Dara dan di ikuti oleh Ara.