"Ibu pulang saja ya, nak"
Yuuji menghentikan aktifitasnya tatkala mendengar suara serak sang ibu yang kini terbaring lemah di ranjang rumah sakit.
Dia melangkahkan kakinya menuju tempat ibu dan ikut serta membawa mangkuk berisi bubur.
Pemuda bersurai pink salem itu mendudukkan dirinya. Dia tersenyum lembut namun tak memungkiri ada raut khawatir sekaligus lelah di matanya.
"Ibu... Yuuji nggak mau kalau ibu seperti ini... Ibu di sini saja, biar cepat sembuh." Ucapnya seraya menyodorkan sesendok bubur dan langsung diterima oleh wanita paruh baya itu.
"Maafkan ibu, karena ibu sakit, kamu jadi harus mengorbankan masa depanmu dengan beker—
"Sudah ibu, Yuuji sudah bilang untuk tidak membahas ini bukan? Sekarang ibu makan siang dan minum obat ibu." Potong Yuuji lembut dan kini menyuapi ibunya bubur terakhir lalu ia juga memberinya obat.
Obatnya hampir habis.
Yuuji menggigit bibir bawahnya ketika menemukan hanya tersisa untuk dua kali minum. Berarti sampai besok siang karena obat ini di minum sekali sehari.
"Ibu... Yuuji berangkat kerja dulu ya, nanti sore Yuuji akan menjenguk ibu lagi." Wanita bernama Sakura itu mengangguk dan tersenyum pedih.
Anak manisnya yang kini baru menginjak sembilan belas tahun sudah diharuskan bekerja sana-sini untuk membiayai rumah sakitnya. Kalau jantungnya tidak bermasalah, dia pasti akan melarang anak itu.
Pintu kamar inap itu di tutup pelan. Senyuman teduh Yuuji luntur ketika merasa tidak ada yang melihat dirinya.
Obat ibunya habis. Dia harus mencari uang lagi agar bisa menebus obat ibunya yang baru.
Di tengah pikirannya yang berkecamuk, terdengar suara langkah kaki mendekatinya, Yuuji mendongak, mendapati pria tinggi yang bersurai kuning kecoklatan dan jas dokter membalut tubuh atletisnya.
"Nanamin-san?" Sapa Yuuji lirih dan dokter itu mendudukkan diri di samping Yuuji.
"Bagaimana ibu mu?" Suara rendah itu mengudara.
"Lebih baik dari sebelum meminum obat pemberian Nanamin-san." Jawab Yuuji apa adanya.
Surai pink lembut itu di usap pelan. Yuuji mendongak menatap mata sipit yang tertuju kepadanya.
"Kau butuh bantuan? Ada yang membenani pikiranmu?" Tanya Nanamin lembut. Walau tanpa bertanya, ia tahu pemuda yang belum genap berumur dua puluh tahun itu banyak pikiran. Tapi, kini dia mencoba berbasa-basi.
Yuuji diam sebentar mendengar kalimat Nanamin, dan kini dia merasa mempunyai seorang kakak berkat kehadiran dokter muda itu.
"Obat ibuku..." lirih Yuuji yang masih bisa di dengar oleh pria dewasa lainnya.
"Kenapa tidak bilang dari tadi? Ayo sekarang—
"Tidak Nanamin-san, kau sudah tiga kali seperti ini, dan semuanya belum bisa ku kembalikan. Jangan lagi..." Ucap Yuuji dengan mata yang berkaca-kaca.
Nanamin tersentak di hadapannya.
"Kau mau menunggu kondisi ibumu menurun dulu lalu mau menerima bantuanku?" Ucapnya sedikit kesal. Bagaimanapun, sudah hampir satu tahun ibu Yuuji di rawat di sini dan Yuuji sudah ia anggap sebagai adik sendiri."Bukan begitu... aku tidak mau merepotkan mu..." jawab Yuuji dan kini ia hampir menangis.
Nanamin menghela nafasnya.
"Lalu bagaimana?" Dia kasihan dengan Yuuji. Yuuji itu anak baik, wajahnya manis, dia lemah lembut dan terlalu feminim untuk ukuran seorang laki-laki. Dia terkadang takut tubuh kecil itu sakit jika terlalu keras bekerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
want a baby | sukuita [END]
FanfictionYuuji harus menerima tubuhnya dipakai Sukuna untuk mengandung anak orang itu. Warning! Cerita yaoi, bxb, boyslove, 21+ content. Tag! Rated M, semi M-preg, smut, OOC. Disclaimer : Jujutsu Kaisen > Gege Akutami. • Pairing : Ryomen Sukuna x Itad...