s e m b i l a n

4.5K 367 78
                                    

Ini chapter terpanjang, semoga tidak bosan karena hampir mencapai 4000 kata.

Selamat membaca!

__

"Kau boleh kembali."

Sukuna melangkah kan kakinya memasuki mansion setelah kepergian Ijichi yang seharian ini menemaninya.

Cahaya temaram menyinari ruang utama.

Melihat jam kecil mahal yang masih melingkari tangan bertato, menunjukkan pukul sebelas malam, Sukuna sudah menerka bahwa semua maid sudah kembali ke rumah belakang.

Kakinya tetap melangkah, samar mendapati siluet seseorang yang terbaring di sofa sana.

Benar saja, Itadori Yuuji tidur terlelap sembari memeluk boneka beruang yang tempo lalu ia belikan untuknya.

Terlihat lucu.

Badan kekar yang masih mengenakan kemeja itu merendah, memperhatikan wajah tenang milik pemuda manis itu.
Kemudian mendecak.
Dirinya berspekulasi bahwa Yuuji menunggunya pulang lagi.

"Yuuji.."

Pipi yang sedikit dingin itu di usap. Tidak ada pergerakan dari sang empu.

"Hei bangun.."

Dia ingin sekali menggendong tubuh ini lalu menindurkannya di kamar dengan tenang, tapi dirinya tidak mau kejadian kemarin-kemarin terulang, dimana Sukuna tidak membangunkan Yuuji ketika pulang dan berakhir dengannya yang merajuk.

Tapi berhasil dibujuk dengan dibelikan semangkuk besar es krim rasa vanilla.

Sukuna menghela nafasnya, Yuuji sangat sulit di bangunkan.

"Yuuji, aku menyerah, kau sulit sekali di bangunkan."
Ucapnya sedikit keras, dengan tangan yang tak berhenti mengelus namun sesekali menepuk pelan pipi lembut miliknya.

Sedikit cubitan diberikan, sang pemilik mengaduh dengan suara serak.
Caranya berhasil, perlahan Yuuji mendudukkan diri dengan tangannya yang kurus mengucek kedua mata madu.

"...Sukuna-san?"

Sukuna tersenyum tipis mendengar namanya di sebut.

"Okaeri.."

Yang lebih tua mengangguk,
"Sekarang ayo tidur, kau terlihat mengantuk."

Tangan bertato di raih, Sukuna menoleh mendapati Yuuji yang menggeleng.

"Mau menghangatkan makanan dulu."

Sukuna menyerngit,
"Untuk apa? Kau— tunggu, jangan bilang kau belum makan malam?"

Yuuji mengangguk di sela kantuknya, membuat Sukuna geram.

"Kenapa—

"Mau makan bersama Sukuna-san, tidak enak kalau sendirian."

Pria dewasa itu kembali menghela nafasnya, rambut merah muda di acak pelan.

"Ayo."

Dan kini, mereka makan bersama dengan Yuuji yang menguap di sepanjang makannya.

"Bukankah sudah ku bilang untuk makan tepat waktu dan jangan menungguku pulang?"

Yuuji mendongak, memperlihatkan matanya yang sayu karena mengantuk.

"Aku kan sudah bilang juga, mau makan bersama Sukuna-san."

Akhirnya Sukuna mengalah dari perdebatan yang sepertinya tanpa ujung itu, kemudian teringat sesuatu.

"Tadi Shoko kemari kan? Apa katanya?"

Yuuji menelan potongan telur gulungnya,
"Kata Ieri-san, semuanya baik-baik saja. Hari ini usia kandunganku tepat tiga bulan— apa Sukuna-san tahu? Mata dan hidungnya sudah terbentuk! Sebentar lagi akan jelas terlihat jenis kelaminnya!"

want a baby | sukuita [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang