e n a m

5.1K 446 54
                                    

Mengenaskan.

Satu kata yang tepat untuk menggambarkan kondisinya saat ini.

Yuuji terbaring dengan selimut yang menutupi tubuh telanjangnya.
Kejadian semalam tentu saja masih teringat jelas.

Orang itu, orang yang sekarang enggan Yuuji lihat wajahanya, semalam menggaulinya dengan kasar. Seingatnya, sebelum tak sadarkan diri, dirinya melihat jam yang menunjukkan pukul empat pagi.

Semalaman penuh dia habiskan dengan menangis dan menjerit. Bahkan saat ini, untuk bersuara pun tenggorokkannya terasa sakit.

Ini pukul enam pagi, Yuuji terisak tanpa suara. Dia masih berada di kamar orang itu. Semenjak bangun dia sudah tidak melihat keberadaannya.

Disertai ringisan, dirinya berhasil duduk.

Dengan masih memegang selimut yang menutupi tubuhnya, sekarang dia harus mencari cara untuk berjalan lancar menuju kamarnya.

Yuuji melihat ke sudut ruangan, piama yang semalam ia kenakan tergeletak jauh di sana.

Dirinya berhasil berdiri, sekarang bagaimana caranya berjalan? Jarak kamarnya dan kamar Sukuna terbilang cukup jauh jika melihat kondisinya saat ini.

"Ssshh."

Dengan susah payah, dirinya kini berhasil berdiri di depan pintu, sebelah tangannya berusaha meraih knop pintu yang sedari awal tertutup.

Ceklek.

Pintu terbuka sebelum Yuuji menyentuhnya, dengan tergesa memundurkan langkahnya.

Sukuna berdiri di depan sana dengan membawa nampan yang entah berisi apa.

"Sudah bangun?" Suara itu bergema.

Yuuji diam tidak menjawab, suaranya tidak keluar, berasumsi bahwa sepertinya dia memiliki trauma karena semalam.

Cara orang itu menyentuhnya, astaga, badan Yuuji kembali bergetar.
Kakinya melemas, badannya hampir limbung, dan Sukuna yang menyadari, segera menaruh nampan yang tadi ia bawa dan menangkap tubuh ringkih itu.

"T-tidak, lepas... lepaskan... jangan sentuh."

Yuuji meronta lemah di pelukan itu, Sukuna menyerngitkan dahinya merasakan tubuh pemuda ini sangat panas.

"Yuuji, kau tidak baik-baik saja. Patuhlah—

"Hiks j-jangan menyentuhku! Hiks lepas!"

Dengan gerakan cepat, Sukuna berhasil menggendong Yuuji dengan posisi bridal style.
Yuuji memukuli lemah dada bidang itu.

Sementara sang pelaku, mengulum bibir bawahnya. Semalam dia terlalu kasar ya?

Suara serak itu perlahan hilang, Yuuji kembali tak sadarkan diri, berada di gendongan Sukuna.

"Akari!"

Dirinya lantang memanggil Akari, yang dipanggil segera kalang kabut memenuhi.

Wanita itu tak kalah syok melihat Yuuji yang kini terbungkus selimut dan masih berada di gendongan Sukuna.

"Cepat panggil Shoko kemari."

Dengan tergesa dia mematuhinya, dan beberapa jam setelahnya, karena jarak mansion dan rumah sakit jauh, Ieri Shoko, sang dokter, baru saja tiba.

Dia memeriksa keadaan Yuuji dengan ditemani Bibi Sato. Sementara Sukuna dan Akari menunggu di luar.
Pemeriksaan tetap dilakukan di kamar Sukuna.

Pintu megah itu terbuka, mempersilahkan keduanya untuk masuk.

want a baby | sukuita [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang