Xiaojun menatap Bella dengan sendu, melihat anak anjing itu makan membuat nya sedikit rileks.
"Huuhh!" Xiaojun membanting diri di sofa didekatnya.
"Bella! Ih aku kesal!" Sang anjing masih tak peduli dan tetap memakan makanannya.
Xiaojun menggigit bantal gemas. "Susah sekali untuk melupakannya! Kenapa aku selalu mencintai nya?"
Xiaojun kesal karena masih mengharapkan Hendery, apalagi saat pria itu berkata jika mereka sama. Cukup menyadarkan dirinya jika ia memang salah.
Tapi yang namanya cinta itu bisa datang dengan tiba-tiba, bahkan dengan siapapun.
.
.
.
.
.
.
Hendery menatap Louis dan Leon yang sedang lahap memakan makanan yang ia bawa, Leon dan Louis adalah kucing liar yang ia bawa oulang.
Hendery itu penyuka kucing, ia selalu tak tega saat melihat banyak kucing di buang sembarangan. Ia menyugar rambutnya kebelakang karena poninya menutupi mata.
"Sudah pulang?"
Hendery terkejut, akhirnya ia menolah melihat siapa yang datang.
"Mom." Hendery berdiri menghadap orang yang kini ia panggil Mom.
"Hendery!" Ten berjalan tertatih menuju Hendery, Hendery yang melihat hal itu tentunya berjalan menuju Ten. Berniat membantu sang ibu.
"Johnny menyakiti mu lagi?" Hendery bahkan dengan tak sopan memanggil nama Ayahnya dengan nama saja, tanpa embel-embel Ayah.
"Tetaplah sopan Hendery, dia ayahmu!" Tegur Ten.
"Cih omong kosong. Seorang ayah tak akan tega memukuli anaknya dan menganiaya istrinya sendiri. Itu namanya bajingan!"
Jujur hubungan keluarga Hendery sangat runyam, setelah sang ayah bangkrut pria itu malah semakin seperti orang gila. Tak segan-segan memukul Hendery dan Ten ketika pria itu mengamuk ataupun butuh uang.
"Mom! Mom baik?" Hendery panik karena Ten terbatuk-batuk.
Ten hanya menggeleng. "Jangan khawatirkan Mom, fokuslah untuk sekolah. Jangan membuat ulah disekolah agar Ayahmu tidak marah karena terlalu sering mendapatkan surat undangan."
"Dia tak akan mempedulikan ku jika ia tak mendapat surat undangan dari sekolah."
Memang benar apa kata Hendery, ayahnya adalah workaholic. Dari kecil ia jarang bisa bermain dengan ayahnya, dari ia kecil ia sudah kerap melihat Johnny memukul Ten, namun yang lebih parah adalah sekarang. Ia bahkan juga menjadi objek kekerasan Ayahnya.
"Mom harus beristirahat, jangan lupa obatnya di minum." Hendery mengingatkan ibunya agar tetap meminum obat.
Sejujurnya Ten punya perusahaan yang ia kelola tanpa sepengetahuan Johnny, dan Hendery yang mengelolanya. Ia tak ingin suaminya itu tahu dan mengambil seluruh asetnya. Sejujurnya Ten adalah seorang yang pintar dan tak mudah di kecoh, hanya saja hati dan fisiknya lemah untuk melawan Johnny. Cinta membuat nya seperti ini.
Ten memeluk Hendery. "Jaga dirimu baik-baik!"
Hendery tersenyum, mengangguk lantas membantu Ten untuk naik keatas.
Baru selesai mengantarkan Ibunya kekamar, dirinya sudah dihadapkan dengan pemandangan Ayahnya yang baru saja datang.
"Dimana ibumu itu? Aku butuh uang lebih banyak!" Johnny mendorong tubuh Hendery.
Kebiasaan Johnny untuk judi ini semakin parah, bukannya mencari pekerjaan tapi malah berjudi.
"Kubilang dimana ibumu!" Johnny membentuk nya. Ia berdoa semoga ibunya tak mendengar.
"Jangan minta uang padanya! Jika kau butuh uang kerja! Bukan memeras uang istrimu sialan?" Hendery sudah geram.
"Berani sekali kau!" Johnny menyeret Hendery, membanting putra satu-satunya itu di lantai. Mengambil stick golf di samping tangga.
"Kau ayah yang brengsek Johnny!"
"Tutup mulut mu!" Johnny mulai melayangkan beberapa pukulan pada Hendery, anak itu hanya bisa merintih kesakitan saat merasaka kerasnya stick golf.
"AGHHH! LEBIH BAIK AKU TAK PULANG!" Johnny membuang stick golf tersebut dan berteriak kesetanan keluar rumah.
Hendery merasakan sakit di sekujur tubuhnya, ia terlalu takut memukul ayahnya. Benar kata yang ia lontarkan memang tak pantas, namun tetap saja untuk memukul ayahnya ia tak bisa. Karena ibunya terlalu mencintai ayahnya.
"Aku menginap ditempat mu malam ini." Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Hendery kembali mematikan ponselnya. Berjalan tertatih keluar rumah.
Para pelayan hanya diam saja melihat tuan mudanya seperti itu, mereka terlalu takut.
.
.
.
.
.
.
.
"Laporan saja pada polisi, ini kekerasan!" Lucas naik pitam karena melihat tubuh Hendery penuh luka lebam.
"Shh." Hendery meringis pelan merasakan perih saat Lucas mengobati lukanya.
"Aku tak bisa, ibuku terlalu mencintai nya. Bahkan ketika Johnny menyakiti nya, ia selalu membela."
"Cinta memang buta." Gumam Lucas.
"Tiba-tiba aku ingat Xiaojun." Perkataan Lucas membuat Hendery diam.
"Kenapa kamu menolaknya? Ia baik Hendery, bahkan sangat tulus padamu."
Hendery terdiam. "Aku tahu."
"Lalu kenapa kau selalu menolaknya?"
"Aku takut menyakiti nya."
"Takut jika aku akan menyakiti nya seperti Johnny menyakiti Mom."T.b.c
A/N
Kasian Ten dan Hendery, Xiaojun juga kasian😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry!! ; henxiao
FanfictionXiaojun itu aneh menurut Hendery, disaat banyak orang menjauh darinya karena ia adalah trouble maker. justru Xiaojun malah terang-terangan menyatakan perasaan padanya. "Aku mencintaimu!!!" "Dasar aneh." Walapun sudah sering tertolak, tetap saja yan...