17. Keberadaan Lucas

290 45 3
                                    

Hari ini, Hendery memantapkan hatinya untuk jujur pada Xiaojun. Entah bagaimana responnya nanti, langkah Hendery kini berhenti di depan ruangan dimana Xiaojun dirawat. Namun, sebelum dirinya membuka pintu, ia melihat Lucas dari luar. Lucas meletakkan sekuntum bunga di nakas, memandangi wajah Xiaojun sejenak.

Hendery yang melihat itu merasa tak suka, namun ia berusaha menahan rasa tak sukanya. Hendery spontan sembunyi saat Lucas berniat untuk keluar, Hendery bersembunyi di samping pot bunga besar di sebelah ruangan Xiaojun. Berharap Lucas tidak melihatnya dalam posisi konyol seperti ini.

Hendery bernapas lega saat Lucas tanpa curiga langsung melewati dirinya, Hendery kemudian masuk ke ruangan Xiaojun. Si manis masih setia tertidur pulas, hal yang membuat Hendery cukup sesak.

Meletakkan sekotak coklat di nakas, Hendery memandang bunga yang tadi dibawa oleh Lucas. "Buang?" Rasanya Hendery ingin sekali membuangnya. Namun ia urungkan niat jahatnya, ia sudah berjanji untuk bersaing secara sehat bukan?

Kali ini Hendery menoleh ke arah Xiaojun yang masih terpejam di ranjang rumah sakit, bibir si manis yang biasanya semerah cherry sekarang menjadi pucat. Hendery masih ingat betul bagaimana rasanya bibir Xiaojun, jika boleh jujur setelah kejadian waktu itu, ia selalu dibayang-bayangi rasa manis dari bibir Xiaojun. Tunggu, kenapa kau berpikir mesum?

"Jun, gak mau bangun?" Hendery mengelus tangan Xiaojun pelan, tangannya terasa dingin dalam genggaman Hendery. Sejenak Hendery terkekeh kecil saat menyadari ukuran tangannya dengan tangan Xiaojun berbeda jauh. Jari-jari si manis tampak kecil dan lentik, berbeda denda jarinya yang lebih berurat.

"Eh, Hendery? Mama ganggu gak?" Sicheng datang sambil membawa sekotak makanan.

Hendery menggeleng. "Tidak, Ma."

Sicheng tersenyum, ia meletakkan makanan yang tadi dibawanya. Ia juga berpura-pura tidak melihat banyak hadiah di nakas. Membuka kotak makanan tersebut, "kamu mau? Mama belum sarapan, jadi beli diluar "

"Tidak perlu, saya sudah sarapan dirumah tadi." Tolak Hendery.

Cukup lama mereka terdiam, rasanya canggung. Hendery masih setia menggenggam tangan Xiaojun. Sicheng yang melihat hal itu tentu saja senang, ia senang karena tahu anaknya sekarang tengah di cintai oleh seseorang.

Sicheng yang tidak ingin mengganggu acara anak muda itu akhirnya memilih pamit untuk pergi, membiarkan mereka punya waktu bersama.

Setelah kepergian sicheng, Hendery berdiri dari tempatnya. Mendekatkan wajahnya ke arah kening Xiaojun. Ia bahkan mendaratkan kecupan ringan di sana, cukup lama sebelum Hendery melepasnya.

"Kamu gak mau bangun, jun? Kalo kamu bangun aku bakal ngungkapin hal yang selama ini kamu tunggu-tunggu."

"Rasanya memang sangat terlambat untuk menyadari perasaan ini, dan aku menyesal. Menyesal kenapa aku baru menyadarinya di saat seperti ini." Hendery menunduk, ia tak tega melihat kondisi Xiaojun.

.

.

.

.

.

"Senyum, Der! Jangan sedih terus. Xiaojun gak akan suka kalo tahu kamu kayak gini." Mark menarik paksa sudut bibir Hendery agar tersenyum.

Hendery rindu bagaimana ia di perlakukan spesial oleh Xiaojun, sekarang rasanya kosong ketika cowok itu masik terbaring lemah di ranjang rumah sakit.

"Menyesalnya baru sekarang ya?" Ledek Mark, Mark tahu jika Hendery pasti akan marah. Jadi cowok itu mengantisipasi menjauh dari Hendery.

Tapi nyatanya yang dipikirkan Mark salah besar, Hendery malah berlalu begitu saja dari tempatnya duduk.

"Mau kemana?" Teriak Mark.

"Bolos."

"IKUT DONG!"

Jangan kaget, mereka memant sudah terkenal sesat sejak dulu. Hanya saja jika mereka biasanya bertiga, kali ini hanya berdua. Hubungan Hendery dan Lucas tidak cukup baik karena mereka tengah mencintai satu orang yang sama. Berita ini mudah menyebar di penjuru sekolah, banyak yang iri dengan Xiaojun karena cowok itu dengan mudah memikat hati Hendery dan Lucas.

Saat Mark dan Hendery asik merokok di rooftop, ponselnya berdering. Nomor Xiaojun? Hendery terkejut bukan main.

"Siapa?"

"Xiaojun."

Hendery menjawab panggilan tersebut. "Hallo."

"...."

"Baik, saya akan ke sana!"

Pip!

"Siapa?"

"Mamanya Xiaojun, dia bilang Dejun udah sadar."

"Eh,  mau kemana?" Tanya Mark saat Hendery memakai hoodienya.

"Ke RS, lah."

"Ikut!"

Dan benar, mereka membolos demi ke rumah sakit. Mereka juga meninggalkan kendaraan pribadi mereka dan memilih melompat pagar, mencari keberadaan umum untuk sampai ke tempat tujuan mereka. Masa bodoh dengan urusan sekolah, yang ada di otak hendery sekarang hanya Xiaojun.

Sorry!! ; henxiaoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang