8. Penolakan

348 58 1
                                    

"Hendery!!!!"

Xiaojun memekik keras saat menemukan keberadaan Hendery di kantin, namun yang  dipanggil namanya hanya diam saja, besikap seolah-olah ia tak mendengar teriakan melengking tersebut.

Xiaojun kesal pada awalnya, tetapi ia mendekati Hendery di meja makannya. Anak itu tengah bersama Mark, pemandangan anehnya tiga sejoli, Mark, Hendery, Lucas, kini tak sebangku. Melainkan Lucas duduk di bangku yang lumayan jauh dari mereka.


"Hendery." Xiaojun tersenyum manis sambil membawa kotak bekal.

Hendery memandang Xiaojun heran, sedangkan Mark bersikap biasa-biasa saja. Ia sudah hafal apa yang akan terjadi, bak penulis skenario drama romantis, Mark sedang membayangkan hal yang akan terjadi selanjutnya di dalam otaknya.

"Ini bekal untukmu!" Xiaojun mengulurkan bekal didepan Hendery. Sudah Mark duga, apa yang ada di pikirannya benar-benar terjadi.

Namun tak ada sahutan dari Hendery, anak itu masih setia memakan roti ditangannya dengan lahap.

"Hen, Terima!" Mark menginterupsi.

"Tidak lihat aku sedang makan?" Justru kalimat pedaslah yang keluar dari mulut Hendery.

Xiaojun heran, kemarin Hendery bisa bersikap sangat manis dan lembut. Tapi sekarang kenapa kepribadian anak itu berubah lagi? Apakah Hendery menginap penyakit kepribadian ganda?

Tanpa mereka sadari, Lucas tengah menatap drama tersebut. Tak banyak anak lain juga menyaksikannya.

"Ya sudah, nanti dimakan ya. Aku letakkan disini okey!" Xiaojun tersenyum manis sambil meletakkan kotak bekalnya.

"Hmm." Gumam Hendery.

"Iya, nanti Hendery makan kok." Mark membalas sambil tersenyum, hal itu cukup membuat Xiaojun tersenyum. Namun berbeda dengan Hendery yang masih memasang wajah datar.

"Apa kau tidak ada pekerjaan lain selain membuatkanku bekal?" Hendery bertanya seolah-olah ia sudah sangat risih dengan keberadaan Xiaojun.

"Eh?"

"Hendery!" Mark terkejut saat Hendery berkata seperti itu.

"Lakukanlah hal yang lebih berguna untuk dirimu Xiaojun! Sudah berapa kali ku bilang, jangan terus-menerus mengikuti ku ataupun membuat bekal. Karena mau bagaimanapun juga aku tidak bisa membalas perasaan mu."


Xiaojun diam, hatinya sakit. Air matanya sudah di pelupuk mata, namun ia tetap tegar dan tersenyum.

"Ah, kalau b-begitu bekalnya aku bawa lagi ya. M-maaf mengganggu." Xiaojun mengulurkan tangannya hendak mengambil kotak bekal tadi.

Namun gerakannya terhenti saat kotak bekal tersebut di ambil oleh seseorang.

Lucas, sebagai pelaku utama kini mengambil kotak bekal Xiaojun. Membukanya dan tersenyum kearah Xiaojun.


"Jangan, biar aku saja yang makan. Bolehkan?" Lucas mengambil posisi duduk di samping Hendery, membuat Hendery sedikit terkejut pada awalnya.


Xiaojun dengan canggung hanya mengangguk.


"Ini enak! Bahkan masakan ibuku saja rasanya tak seenak ini." Lucas terus menerus memuji masakan Xiaojun, membuat anak itu sedikit tenang tak tanpa sadar mengulas senyum manis.


"Benarkah?"


Lucas mengangguk antusias, mulutnya masih penuh oleh masakan yang dibuat Xiaojun sesekali mengacungkan jempolnya.

"Lain kali buatkan untukku dong Jun!" Pinta Lucas.

"Kamu mau?"

"Hngg mauww." Jawabnya sambil mengunyah.

"Baiklah, lain kali kubuatkan lagi!" Jawab Xiaojun sambil tersenyum manis.

Hal itu mengundang tatapan geli dari Hendery. "Jika ingin pacaran jangan disini, merusak suasana saja!"

Setelahnya Hendery berlalu pergi meninggalkan mereka, Mark yang kebingungan hanya berlari mengikuti Hendery.

Xiaojun menatap punggung Hendery yang mulai menjauh, baru kemarin ia bahagia karena perhatian Hendery. Namun sekarang sikap pria itu berubah mejadi seperti biasanya.

"Jun!"

"Eoh?"

Lucas tersenyum. "Jangan melamun, lihat bekalmu sudah habis!" Dengan cengiran lebar khas anak itu, Xiaojun dibuat terkekeh.

"Kamu lucu ya Cas." Puji Xiaojun tanpa sadar. Membuat wajah Lucas bersemu merah.


.

.

.

.


.

.

.


"Kalian bertengkar?" Mark bertanya pada Hendery, mereka berdua tengah membolos sekarang.

"Siapa?"

"Kau dan Lucas."

"Tidak."

"Tapi kelihatannya seperti itu."

"Sudah kubilang tidak."

Mark terkekeh. "Pasti gara-gara Xiaojun."

Hendery menoleh. "Jangan sok tahu!"

Mark itu pengamat yang baik, apapun yang ada di pikirannya 80% pasti terjadi. Seperti sekarang, ia tahu jika kedua temannya sedang di landa konflik hati.


"Jangan membohongi dirimu sendiri, nanti jika Lucas yang menang baru kau menyesal." Ejek Mark.

Hendery kesal, kenapa Mark terus-menerus sok tahu?

"Memang siapa yang suka dengan bocah tengil seperti Xiaojun? Dia bukan tipeku. Seharusnya ia tak merendahkan diri hanya untuk mengemis cinta, ku pikir dia murahan." Jawab Hendery.


.

.

.

.

.

Xiaojun berniat untuk mengambil bola basket di gudang, karena sekarang jamnya olahraga.

Namun saat tak sengaja melewati taman belakang gudang, ia melihat penampakan Hendery dan Mark yang tengah membolos.

Katakan dia terlalu ingin tahu hingga menguping pembicaraan mereka, awalnya ia kaget karena yang menjadi topik adalah dirinya.

Dan ketika perkataan Hendery tentangnya terlontar, hatinya bagai dihantam ratusan belati.


"Memang siapa yang suka bocah tengil seperti Xiaojun? Dia bukan tipeku. Seharusnya dia tak merendahkan dirinya hanya untuk mengemis cinta. Ku pikir dia murahan." 

Sudah berkali-kali Xiaojun mendapatkan kalimat penolakan dari Hendery, namun kali ini, rasanya Hendery sudah sangat keterlaluan.


Ingin berbelok arah, namun nasib sial menimpanya, ia malah terbentur tiang sehingga kardus-kardus disana terjatuh dan menimbulkan kebisingan.

"Awwhh." Ringis Xiaojun saat tak sengaja tertimpa kardus.

Sontak dua orang yang sedang berbincang itu menoleh.

"Xiaojun?"



Sorry!! ; henxiaoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang