19. Can I Kiss U

419 45 1
                                    

Entah mengapa Xiaojun sekarang nampak berbeda dengan Lucas, ia terkesan lebih tenang dari pada dengan Hendery. Lucas datang menjenguk Xiaojun sudah beberapa menit yang lalu, sedangkan Hendery dan Mark pulang untuk beberapa urusan.

"Aku minta maaf sekali lagi, andai malam itu aku tak mengajakmu pergi."

"Itu bukan salah mu, Lucas. Ini salahku karena tak berhati-hati." Xiaojun masih menatap lurus, ia tak melihat Lucas. Bahkan cahaya setitik pun. Ia benar-benar buta sekarang, menyedihkan.

Lucas mengelus surai Xiaojun. "Cepat sembuh, ya. Biar bisa main sama aku lagi."

"Hm, kau tidak malu punya teman buta seperti ku?"

"Untuk apa, malu?"

"Aku tak sempurna, aku tak bisa melihat apapun. Aku tak bergu ...."

"Ssttt! Cukup!" Lucas meletakkan jarinya di depan bibir Xiaojun.

"Kamu sempurna, kamu cantik, dan kamu hebat. Jangan bicara seperti itu, Xiaojun. Aku masih di sini."

Xiaojun ingin menangis, menangisi nasibnya yang menyebalkan. Sudah cinta tak terbalas, dan sekarang? Ia buta. Hatinya sakit ketika mengingat bagaimana Hendery malam itu, walaupun Hendery mengatakan jika ia salah paham. Ia masih sakit hati, terlepas dari pernyataan cinta Hendery kemarin.

"Xiaojun."

"Em?" Xiaojun megerjap pelan, mata itu masih sama, dengan tatapan indah nan bersinar. Lucas selalu suka memandang keindahan mata Xiaojun, sangat suka.

"Mungkin kamu akan membenciku setelah ini, tapi ... sekarang aku tak ingin membohongi diriku. Aku sangat sadar ini bukan waktu yang tepat, Xiaojun. Tapi ini kesempatan terakhir ku, sebelum aku benar-benar pergi."

Lucas menghela napasnya, ia menatapkan diri untuk mengatakan yang sebenarnya pada Xiaojun. Semua tentang kebenaran, dan perasaan.

"Aku mencintaimu."

Deg!

Jantung Xiaojun terasa seperti berdetak, apa lagi ini? Pernyataan cinta Hendery saja masih terasa seperti mimpi. Dan sekarang, Lucas?

"Lucas ..."

"Maaf, Xiaojun. Mungkin kamu tak nyaman dengan hal ini, aku hanya tak ingin memendam ini lebih lama. Aku dan Hendery pernah ingin bersaing mendapatkanmu, namun ku rasa aku sadar jika hatimu tak pernah untukku. Lupakan tentang pernyataan tadi, aku tak memaksakan perasaan mu untuk membalas perasaan ku."

"Hendery sebenarnya sudah lama punya rasa padamu, hanya saja ia terlalu naif dan gengsi. Ia selalu menunjukkan cintanya padamu dengan penolakan, karena ia selalu enggan menjawab 'iya'. Dan sekarang aku cukup lega sudah mengatakan yang sebenarnya padamu, Xiaojun."

"Lucas..." Xiaojun tak bisa berkata-kata selain memanggil nama cowok itu, ia meraba sekelilingnya. Berharap bisa menemukan badan Lucas untuk diraih.

"Maafkan aku, Lucas." Xiaojun menangis, ia sepertinya sudah salah memilih tempat bercerita tentang rasanya pada Hendery. Ternyata Lucas selama ini berusaha baik-baik saja.

Xiaojun memeluk Lucas dengan tangis. "Maafkan aku, t-tapi kau mau ke mana?"

"Aku akan kembali ke Hongkong, Kakekku sedang sakit keras. Jadi aku terpaksa pulang, dan sepertinya tak akan kembali ke mari lagi."

"Jadi ini terakhir kali? Dan di saat terakhir kali ini, aku tak bisa melihat mu. Bahkan tak bisa membalas perasaan mu." Xiaojun semakin merasa bersalah.

"Xiaojun." Lucas memanggil nama Xiaojun lirih, menangkup wajah si manis yang masih menangis.

Lucas meneguk ludah nya kasar ketika sadar wajahnya terlampau dekat, ketika melihat bibir itu. Dan begitu Xiaojun, ia merasa gugup ketika merasakan napas Lucas di wajahnya.

"Untuk terakhir kali kita bertemu, can i kiss u?"

Jantung Xiaojun berpacu dua kali lipat lebih kencang, sebelum akhirnya ia mengagguk kecil. Dan setelah itu, tanpa ragu lagi Lucas mulai memangut bibir Cherry Xiaojun.

Melumatnya penuh kasih, Xiaojun bisa merasakan ketulusan dan kehangatan di sana. Ia membalas lumatan Lucas sambil menangis, ia akan kehilangan Lucas bukan? Lucas akan pergi.

Beberapa menit setelahnya, Lucas melepas tautan bibirnya. Mengusap ujung bibir Xiaojun yang bengkak karena ulahnya.

"Jaga dirimu baik-baik, Xiaojun!" Sambil mengecup kening si manis.

Bahkan karena terlalu asik dengan kegiatannya, mereka tak sadar jika seseorang sedari tadi berdiri di depan pintu. Menatap dari kaca kecil di sana dengan perasaan marah luar biasa.

Berbalik arah dan ingin segera pergi dari sana, namun baru beberapa meter ia melangkahkan kakinya, suara seseorang menghentikan langkahnya.

"Jangan salah paham lagi!"
"Aku hanya meminta salam perpisahan sebelum aku benar-benar pergi, aku akan pulang ke Hongkong, Hendery. Dan sepertinya aku akan menatap di sana."

"Ya, itu bagus." Jawabnya sambil membalikkan badannya.

"Itu bagus, karena tak akan ada lagi yang akan menggangguku dan Xiaojun di sini. Maka dari itu, cepatlah pulang!" Hendery merasa perkataannya keterlaluan, hanya saja ia memang sedang marah pada Lucas. Yang dengan seenaknya mencium Xiaojun, bahkan di bibir! Ingat! Di bibir!

"Ah begitu ..." Lucas menunduk.

"Aku minta maaf Hendery, aku hanya ingin memperbaiki hubungan kita sebelum aku benar-benar pergi. Namun sepertinya kita terlalu banyak masalah hingga itu terasa berat, aku tak mempermasalahkan hal ini. Hanya saja, aku ingin kamu bisa menjaga Xiaojun dengan baik. Jaga dia, cintai dia dengan tulus! Jangan permainkan dia lagi Hendery!"

Hendery menatap Lucas dengan tanda tanya, seperti mau pamit dari dunia saja perkataan Lucas ini.

"Dia sangat mencintaimu, dan kau juga kan? Maka akui saja! Aku tak masalah cintaku tak terbalas, asal Xiaojun bisa bahagia bersamamu saja, aku sudah bahagia."

"Hm, ya?" Hendery hanya merespon demikian.

"Aku tak punya banyak waktu sebelum jam terbang, aku hanya bisa mengatakan demikian. Ku harap kita bisa bermain boxing lagi lain kali, ku pastikan kau akan kalah dariku."

Hendery mengagguk. "Ya, ku harap begitu." Walau terdengar seperti nada tak ikhlas darinya.

"Sampaikan salamku pada Bibi Ten, dan jagalah dirimu dari Paman Johnny. Jangan luka, karena kau masih punya Bibi Ten dan Xiaojun untuk kau lindungi!"

"Ah benar, aku terlalu banyak bicara. Aku pamit, Hendery!" Lucas menepuk bahu Hendery pelan, sebelum cowok itu benar-benar berjalan menjauh dari Hendery.

Dan setelah punggung Lucas benar-benar pergi, Hendery mengangkat bahu tak peduli. Apakah ia harus datang ke kamar Xiaojun lagi? Ah sepertinya begitu.

Ceklek!

Hendery membuka pintu kamar Xiaojun, membuat anak itu yang tadinya berbaring kini terduduk. "Duduklah, tak apa. Ini aku Hendery."

"Untuk apa kemari?"

"Apakah aku tak boleh menjenguk kekasihku?"

"A-apa?" Mengapa Hendery berkata demikian? Memang sejak kapan mereka berpacaran?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 10, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sorry!! ; henxiaoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang