4. Kotak Bekal

385 61 5
                                    

"Kamu dengar apa kata saya?" Pak Shindong sudah naik darah saat mengahadapi Hendery.


Anak itu bahkan tanpa merasa bersalah bermain game online saat pelajaran Pak Shindong dengan alasan yang tak jelas.



Menurut Hendery Pak Shindong membosankan, dan saat menerangkan tak dapat masuk ke otak dengan baik. Dan mungkin itu berlaku hanya di otak Hendery.




"Ini sudah yang kesekian kalinya, saya akan memanggil wali kamu nanti."



"Panggil saja!" Hendery sangat acuh ketika Pak Shindong mengancam nya. Jujur ia sebal saat melihat wajah Johnny, namun bagaimana jeleknya Johnny. Ia adalah Ayahnya.




.


.


.


.



.



"Kalian lihat Hendery?" Xiaojun bertanya pada orang-orang disekitar, dan kali ini ia bertanya pada Mark.


Mark menggeleng. "Tidak, tapi tadi ia diseret Pak Shindong. Tidak tahu dibawa kemana. "


"Hendery kenapa? Dia berulah lagi?"



Mark mengangguk. "Ya, untuk apa mencarinya?"



Xiaojun hanya tersenyum. "Rahasia. " Lantas pergi meninggalkan Mark yang menggelengkan kepalanya tak percaya.



"Dia kemana ya?" Xiaojun masih setia membawa sekotak bekal yang ia masak dengan sepenuh hati untuk Hendery.



Matanya tak henti menelisik setiap jengkal tempat untuk mencari keberadaan Hendery, namun saat ia baru menginjakkan kakinya di depan kantor guru ia tak sengaja melihat sosok tinggi yang sepertinya tengah berdebat dengan Hendery.



"Siapa?"



Xiaojun terlampau penasaran sehingga berjalan mendekat untuk sekedar menguping.



"Kamu itu anak yang tak berguna! Dad malu setiap datang kemari dengan undangan dari gurumu!" Johnny marah, namun Hendery seakan tak peduli.


"Makannya jangan datang!"



'bugh!'


"Kurang ajar! Jika ibumu yang sakit-sakitan itu tak memaksaku datang, aku tak akan datang brengsek!"


Hendery memegang pelipisnya yang berdenyut nyeri akibat pukulan Johnny.




"Kau lebih brengsek!" Dan setelah mengatakan itu, Hendery berlalu pergi meninggalkan Johnny yang menyugar rambut frustasi.




Tanpa mereka ketahui, Xiaojun melihat semuanya. Dari awal, hingga Hendery memutuskan untuk pergi.


"Itu Ayahnya?" Xiaojun bergumam sambil menatap Johnny dari jauh, sekarang ia tahu darimana paras tampan Hendery itu berasal. Ayahnya saja tampan, pantas jika Hendery juga seperti itu.



Ia menoleh kearah Hendery pergi, lantas berniat untuk mencari laki-laki tersebut.



"Eh?" Xiaojun terkejut saat sampai di belakang gudang tak terpakai, ternyata disana ada taman yang sejuk dengan pepohonan rindang. Ia baru tahu jika ada tempat seperti ini.




Matanya mencari dimana Hendery, dan tak lama kemudian ia berhasil menemukan lelaki itu tengah duduk di bangku usang dibawah pohon beringin.



"Untukmu!" Xiaojun menyodorkan sebuah kotak bekal dengan sebotol air.



Hendery yang tadinya menunduk memegang tengkuknya dari belakang, spontan menoleh menatap pelaku sang pemberi kotak bekal.



"Untuk apa kemari?"


Xiaojun duduk di samping Hendery, namun pria itu sedikit menjauh dari Xiaojun.



"Aku tadi melihatnya, maaf." Lirih Xiaojun. Ia merasa bersalah karena menguping masalah orang lain.



"Apa?" Hendery masih tak peduli dan malah memainkan dedaunan kering disana.



"Ayahmu."



Satu kata yang membuat Hendery berhenti dari aktivitas nya, menatap Xiaojun lamat-lamat yang kini juga menatapnya.






"Aku minta maaf, aku tak sengaja melihat nya. Aku janji akan tutup mulut Hendery, tapi tolong jangan marah padaku!" Xiaojun memberi gestur memohon sambil menunduk.




"Untuk apa minta maaf?" Hendery kini kembali duduk dengan tenang.




"Kamu tak marah?" Xiaojun mengerjap polos.




Hendery menatap lurus ke arah pohon. "Kenapa marah? Semua orang tahu hubungan ku dengan nya tak baik."




Xiaojun mengangguk, merubah raut yang awalnya sedih menjadi ceria kembali.



"Terima ini!" Kembali menyodorkan makanan yang ia bawa.


Namun tak ada respon, uluran tangan Xiaojun kini semakin melemah karena hal itu.


"O-oke, baiklah jika tidak mau!" Saat Xiaojun ingin menarik kembali makanan yang ia bawa. Tiba-tiba sebuah tangan menarik paksa kotak bekal tersebut, membuka dan mulai memakan dengan lahap makanan yang ia buat.



Tanpa sadar senyuman Xiaojun mulai mengembang, menatap Hendery dengan wajah berbinar.



"Makan yang banyak ya!" Xiaojun tanpa sadar mengulur kan tangannya ke kepala belakang Hendery, mengelus surai hitam Hendery.



.


.


.



.



.




.





"Enak tidak tadi?" Sepertinya Hendery menyesal menerima bekal Xiaojun, seperti sekarang ini Xiaojun tak hentinya bertanya soal rasa masakannya. Bahkan sampai mereka pulang sekolah anak itu masih bertanya.




"Hendery!"



Terlampu kesal, akhirnya Hendery berhenti dan menatap Xiaojun yang lebih pendek darinya.




"Iya enak. Puas?!" Masih dengan raut wajah dinginnya.



Xiaojun tersenyum lebar mendengar jawaban Hendery. "Aku akan sering-sering memasak lagi untukmu!"



"Hendery aku mencintaimu!!!!!" Xiaojun memekik keras, namun Hendery tak peduli dan masih berjalan menjauh dari tempatnya tadi. Bahkan ketika Xiaojun berteriak jika anak itu mencintai nya.



Namun tanpa Xiaojun ketahui, di balik itu Hendery mengembangkan senyum di bibirnya. Menggeleng kecil lantas memasuki mobilnya dan pulang.















T.b.c

A/N

Aakhhh dasar tsundere lo Hendery!!!!!

Sorry!! ; henxiaoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang