"Ada apa dengannya?" [Name] yang sedang merapikan buku ajarnya, melihat Dean yang lesu di mejanya.
"Aku dengar semalam ia terus-menerus minum hingga mabuk parah... lalu ia dibawa pulang oleh temannya yang memiliki rumah dekat sini. Untungnya jam mengajarnya masih lama, jadi ia bisa istirahat untuk sementara." jelas Emma yang entah dari mana mendapatkan informasi yang cukup detil.
[Name] yang cukup khawatir melihat keadaan temannya, lalu mendekatinya. Ia menyamakan posisi wajah lawannya dengan sedikit berjongkok.
"Kau terlihat buruk sekali... mau kubuatkan sesuatu?"
Dean yang daritadi menutup wajahnya dengan jarinya, sedikit membukanya dan mendapati wajah sang wanita berada cukup dekat. Hal ini tentu membuat pertahanan dirinya menjadi runtuh.
"Aku tak apa-apa..."
"Hmm, baiklah. Kalau butuh sesuatu, kau bisa memanggilku. Setelah ini aku ada jadwal mengajar."
Setelah ditinggalkan, Dean sesekali memijat pelipisnya karena masih merasa pusing akibat tindakan tanpa pikir panjangnya semalam. Selain sudah lama karena tak minum, mungkin ia sudah sadar betul bahwa dirinya tak memiliki kesempatan.
Jika dulu kemampuannya mengetahui bahasa-bahasa bunga karena pernah bekerja sebagai tukang bunga merupakan kebanggaan, maka sekarang tidak lagi.
Warna-warna bunga carnation itu menghantui pikirannya semenjak kemarin. Sudah jelas bahwa perempuan itu jatuh cinta terhadap seseorang.
Mengingat perkataan Bond kemarin tentang dirinya yang harus menyerah atau tidak, ia tampaknya memilih untuk menyembunyikan perasaannya. Dan memperlakukan [Name] tetap seperti biasa agar hubungan keduanya tidak canggung. Jika memungkinkan, ia akan memberitahukan perasaannya...
Kesampingkan masalah itu, nanti saja akan ia pikirkan. Karena masih merasa tak enak badan, ia memiliki pergi ke klinik kampus untuk beristirahat.
•••
Di waktu yang sama kediaman Moriarty cukup sunyi, hanya ada suara dari benda-benda yang sedang Louis bersihkan. Setelah selesai membersihkan perabotan, Louis mengganti bunga yang ada pada vas di wisma. Sebelumnya ia juga membeli bunga pagi ini, untuk diletakkan di beberapa ruangan.
Mengenai bunga yang kemarin [Name] berikan, ia menyimpannya di kamarnya sendiri. Walau ia menaruh beberapa tangkainya pada vas di ruangan lain. Dan tentang cutlery set, ia pajang pada sebuah rak yang ada di kamarnya sehingga ia bisa sesekali melihatnya.
Setelah selesai dengan semuanya, sekarang ia membersihkan ruangan terakhir yaitu ruang kerja milik William. Kakaknya hanya memercayakannya untuk membersihkan ruangannya mengingat banyaknya dokumen sekaligus hal-hal penting lainnya.
Saat ia merapikan kertas-kertas yang berserakan di meja, yang kebanyakan merupakan rencana pergerakan mereka selanjutnya, ia kembali teringat bahwa wanita yang menetap di kediaman mereka tidak —atau belum— mengetahui identitas mereka sama sekali.
Untungnya penyusupan mereka sebelumnya tidak diketahui olehnya, tetapi tak diketahui apakah ia menaruh rasa curiga. Sampai sekarang William masih bersikap biasa saja dan tidak berkeinginan untuk melakukan pergerakan lagi, karena situasi di Durham tidak menunjukkan adanya tanda-tanda aneh. Dan sepertinya mereka akan menetap di sini hingga libur musim panas yang akan datang.
Sepertinya hanya tinggal tunggu waktu saja.
Louis menyimpan kertas-kertas tersebut dengan baik, dan meja kerja kakaknya pun menjadi rapi. Ia keluar dari ruang kerja, dan mendapati Bond yang sepertinya mencari dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
promise | louis j. moriarty
Fanfiction[ slow update ] Louis yang merasa bahwa pertemuan mereka adalah ketidaksengajaan terindah.