"Nona [Name], mulai lusa anda sudah dapat mengajar di universitas—" ujar William, mendatangi [Name] yang ternyata sedang mendengarkan penjelasan dari Louis dengan saksama. [Name] yang merasakan kehadirannya, menoleh kepadanya.
"Tuan William! Maaf aku terlalu fokus mendengarkan Louis, ahaha..." ia mengusap-usap tengkuknya.
"Omong-omong, kalian berdua sedang apa memangnya?"
"Aku sedang mencatat resep-resep masakan dari Louis, mungkin aku akan mencobanya lain kali dan membawanya ke sini lagi. Kudengar dari Louis, yang lain juga mencoba kue buatanku, sehingga kupikir aku akan membawa yang lain nantinya."
"A-Ahaha... begitu ya..." William menjadi teringat dengan kejadian tempo hari.
•••
"Bagaimana ini? Harus kita apakan sekarang?" tanya Bond ke semuanya.
"Bond, bantu aku! Fred juga!" Moran sudah bersiap-siap untuk menyingkirkannya, mengajak Bond dan Fred untuk ikut serta.
Keduanya menyetujuinya, sampai muncul orang yang tak inginkan kehadirannya.
Louis itu sendiri.
"Kalian... sedang apa?"
"Ah... Louis, kapan pulangnya...? Bukankah masih hujan di luar...?" Albert yang biasanya mudah menyadari kehadiran seseorang, bahkan tak sadar dengan kehadiran adiknya sendiri.
"Ku dengar tadi kamu bersama Nona [Name], di mana ia sekarang?" Tanya William.
"Baru saja berhenti hujan di luar, setelahnya aku mengantar [Name] kembali sebelum ke sini."
"Hoo... sudah saling memanggil dengan nama depan ya..." ledek William kepada adiknya.
"I-Itu— tunggu, kue yang di sini—"
"Louis, maaf. Tapi kami harus menyelamatkan nyawamu." Bond menatap Louis dengan lekat, memegang kedua bahunya.
"Ini demi kebaikanmu." timpal Fred.
"Memangnya ada apa... bisa ada yang jelaskan..."
"Itu..." Albert tak tahu ingin mulai dari mana.
"Kue yang dibuat si cewek itu nggak enak sama sekali." ujar Moran dengan terus terang.
Seluruh orang yang berada di ruangan, kecuali Louis, langsung menatap ke Moran dengan rasa ingin menghabisi pria itu secepatnya.
"Kok jadi pada lihatin aku, sih?! Memang benar, bukannya? Apa yang perlu ditutupi lagi?"
Karena rasa penasaran, Louis menyicipinya. Dan... ia sendiri setuju. Walau begitu, setidaknya ia ingin menghargai usaha [Name] yang telah membuatnya.
"Biar aku saja yang memakan sisanya. Tak baik membuang makanan yang diberikan orang, terlebih dari [Name] sendiri."
'Louis... sangat baik, ya...' batin seluruhnya, walau mereka juga sama-sama berpikir bahwa pria yang berada di depan mereka benar-benar sudah jatuh hati dengan wanita tersebut.
•••
Melihat dari jawaban [Name], sepertinya Louis tidak menceritakan reaksi yang lain pada saat mencoba kue buatannya. William ingin memberitahukan mengenai hal tersebut, tetapi ia mengurungkan niatnya. Mungkin karena William senang melihat Louis yang terlihat bahagia ketika berinteraksi dengan [Name]. Ia merasa dapat melihat kilauan ketertarikan yang terpancar dari adiknya, begitu juga dengan [Name] yang selalu dengan antusias membalas.

KAMU SEDANG MEMBACA
promise | louis j. moriarty
Fanfiction[ slow update ] Louis yang merasa bahwa pertemuan mereka adalah ketidaksengajaan terindah.