8

737 125 15
                                    

Kereta yang membawa ketiganya pun akhirnya sampai di Durham. Setelah keluar dari kereta, ketiganya menunggu kereta kuda yang sudah Louis pesan sebelumnya. Mereka pun menaikinya, dan kendaraan tersebut membawa mereka ke kediaman Moriarty di Durham.

Selama dalam perjalanan, tak banyak adanya interaksi di antara ketiganya hingga sampai di tempat tujuan. Ketiganya pun masuk ke dalam.

"[Name], biar aku antar ke ruanganmu terlebih dahulu." Louis mengarahkan wanita tersebut ke lantai atas, dan [Name] diantarkan ke sebuah kamar kosong.

Walau sepertinya kamar tersebut sudah lama tidak ditempati, furnitur-furnitur di dalamnya terawat dengan baik. Dapat terlihat bahwa rumah ini terurus dengan baik, meskipun tampaknya sedang jarang ditempati.

"Terawat dengan baik, ya..." [Name] meletakkan kopernya di lantai, dan duduk di tempat tidur yang ada.

"Tunggu sebentar, aku akan mengambilkan kotak obat dulu."

[Name] mengangguk dan ia melihat adanya jendela. Dibukalah jendela tersebut agar dapat terjadi pertukaran udara. Ia disambut dengan pemandangan pepohonan hijau dari taman belakang, dan dapat terdengar juga suara burung yang sesekali berkicau.

Langkah kaki Louis yang terdengar semakin mendekat, dan ia kembali ke posisi semula. Pria tersebut lalu mengobati luka di telapak tangannya,  dan ia sesekali merintih.

"Tolong tahan sebentar lagi." ujar si pria, lalu membaluti tangan wanita di depan dengan perban.

"Terima kasih, Louis."

"Sama-sama. [Name] istirahat dulu saja, nanti akan kubangunkan jika sudah mau makan."

[Name] mengangguk dan Louis meninggalkannya, tak lupa menutup pintu. Ia mengistirahatkan dirinya di tempat tidur, dan menghelakan napas panjang. Tak lama ia pun terlelap dalam tidur.












• • •













"Louis, baru saja aku ingin memanggilmu." kata William yang sedang membaca-baca suatu dokumen.

"Aku habis mengobati luka [Name]." Louis lalu duduk di depan sang kakak.

"Coba kau baca ini."

Si adik mengambil dokumen yang berada di depannya, lalu membacanya. Ekspresi tenang yang awalnya terpatri di wajahnya, sedikit menunjukkan perubahan setelah membaca tulisan yang ada.

"Kak William, ini..."

"Benar. Aku bermaksud mengajakmu dalam rencana ini. Selain itu juga Bond akan datang nanti malam. Sebenarnya aku menyuruhnya untuk ke sini juga beberapa hari yang lalu, tetapi tidak bersama kita. Selain karena dia baru, setidaknya untuk mengawasi [Name] jika ia melakukan sesuatu yang mencurigakan."

"Kak William... boleh aku mengatakan sesuatu?"

"Tentu saja."

"Apa baik-baik saja... jika [Name] berada di sini sekarang? Aku takut jika ia akan menghalangi rencana Kak William.."

William sempat terdiam sesaat. Ia meminum teh yang ada, kemudian meletakkan cangkirnya kembali di meja sebelum ia lanjut berbicara.

"Awalnya aku cukup skeptis melihat wanita tersebut yang tiba-tiba muncul dan mengenalmu. Aku takut kamu ditipu wanita jahat." William sedikit terkekeh, sementara Louis merasa sedikit jengkel karena sang kakak masih memperlakukannya seperti anak kecil.

"Tetapi setelah mendengar pendapatnya mengenai kita, aku rasa akan baik-baik saja. Walau seiring waktu, ia akan mengetahui tentang kita. Mengenai penempatan Bond di sini, itu untuk memperlambat waktu ia mengetahui tentang kita dengan cepat." William menunda bicaranya sebentar, lalu menatap ke Louis yang sedari tadi menyimak perkataannya.

promise | louis j. moriartyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang