Mungkin bagi Namra, jatuh cinta adalah ketika otak di bagian hipotalamus melepas zat kimia seperti dopamin, serotonin, dan oksitosin, yang akan memunculkan perasaan bahagia.
Tapi bagi Suhyeok, jatuh cinta adalah saat ia tiba-tiba tersenyum tanpa alasan dan bertingkah di luar nalar di hadapan Namra.
Gadis itu yang selalu sibuk dalam dunianya. Buku pelajaran di tangan dan hapalan yang tak henti ia rapalkan. Bahkan dipanggil pun tak akan menyahut.
"Ketua kelas!"
Tepukan kecil Suhyeok yang akhirnya membuat Namra menoleh.
"Airpods nggak bagus buat telinga kalau dipakai lama-lama."
Sekedar mencari topik pembicaraan harus Suhyeok akui sangat sulit ketika mengajak bicara Namra.
"Tau."
Karena Namra hanya akan menjawab dengan sepatah dua patah kata. Ia lekas membuka airpods yang sejak tadi menyumpal telinganya.
"Pulang sekolah mau nengok Hyeonju ke rumah sakit?" ajak Suhyeok.
Cuma alasan, bahkan ia tidak begitu mengenal Hyeonju meski mereka sekelas.
"Kenapa gue?"
"Karena lo ketua kelas."
"Gue dipilih jadi ketua kelas setelah nyokap gue ngasih sumbangan besar ke sekolah. Karena itu anak-anak nggak pernah nganggep gue sebagai ketua kelas. Jadi, buat apa gue lakukan?"
Menyedihkan, itu yang Namra rasa. Selama ini ia merasa tidak pernah dianggap, tidak pernah dihargai, keberadaannya antara ada dan tiada.
Ia memang si peringkat satu kebanggaan sekolah, kesayangan guru, tapi tak ada yang mau berteman dengannya atau sekedar mengajaknya bicara.
Kecuali manusia di hadapannya ini yang justru tersenyum sendiri.
"Kenapa?" heran Namra. Mungkin menurut Suhyeok dirinya aneh.
"Gue takjub."
Namun jawaban itu yang Namra dengar.
"Baru kali ini gue denger lo ngomong panjang. Biasanya nggak lebih dari lima kata," angguk Suhyeok.
Tanpa sadar, Namra mengulum senyum mendengarnya. Sesuatu yang langka karena senyum Namra terlalu mahal. Namun dalam hitungan detik senyum itu lenyap kembali ke raut angkuhnya.
Tanpa pamit, Namra bahkan melenggang pergi meninggalkan Suhyeok yang masih terpaku.
"Susah, susah, susah," gumamnya berulang.
Katanya usahanya tak pernah mengkhianati hasil. Nyatanya ada yang selalu usaha tapi belum juga berhasil.