"Selamat pagi ketua kelas. Apa tidurnya semalem nyenyak? Apa memimpikanku?"
Sapaan Suhyeok yang membuat Namra mengernyitkan kening. Dan rasa herannya sudah terwakilkan oleh pertanyaan Daesu.
"Kesambet apa lo?"
Dosa apa Daesu masih pagi harus menyaksikan kegilaan Suhyeok yang sedang jatuh cinta.
"Daesu, titip Namra sebentar. Gue mau ke toilet."
"Gue bukan barang," protes Namra.
Meski Suhyeok tak menggubrisnya karena buru-buru ke toilet.
"Kok lo mau sama dia? Atau lo terpaksa? Coba dipikirkan lagi." tanya Daesu.
Mimiknya begitu lucu yang membuat Namra tertawa.
Sejak dulu Namra tahu kalau Daesu memang orangnya selucu itu. Ia sering melihat Daesu ribut dengan Woojin di depannya dan hanya bisa menertawai dalam hati. Tapi sekarang tidak lagi, Namra bisa tertawa lepas.
"Daesu, boleh nanya?"
Meski agak ragu, Namra harus melakukannya mumpung Suhyeok sedang tidak ada.
"Onjo itu orangnya gimana? Isak, Jimin, Hyoryung?" sambungnya. Sengaja supaya tidak terlihat kalau ia hanya penasaran tentang Onjo.
Daesu tampak berpikir sebelum menjawab.
"Di mana ada Onjo di situ ada Cheongsan. Onjo baik tapi Cheongsan lebih baik karena suka ngasih diskon ayam goreng di restoran ibunya. Isak sama Hyoryung iya-iya aja, nurut-nurut aja. Jimin, agak menyebalkan kayak Nayeon," ucapnya, lalu celingukan takut ada yang mendengar.
Meski terdengar tidak memuaskan, Namra memilih untuk tidak bertanya lebih banyak lagi. Ia biarkan saja Daesu terus mengocehkan banyak hal.
"Kalau Woojin, biasa aja, nggak baik-baik banget, nggak pinter juga. Mau muji tapi dia nggak ada bagus-bagusnya, mau jelekin tapi gue suka kakaknya."
Daesu seketika menutup mulut begitu Woojin datang bersama Joonyoung. Ia juga memberi isyarat pada Namra untuk diam. Tak elak Namra tertawa dibuatnya.
"Kenapa?" bingung Woojin. Ia menatap Joonyoung penuh tanya. Mungkin saja ada yang tidak beres dengannya. Tapi sepertinya tidak, Joonyoung tidak berkata apa-apa. Mungkin otak Daesu yang sedang tidak beres.
Mereka jadi ikut duduk di samping Daesu dan Namra sampai Suhyeok kembali dari toilet.
"Kenapa kalian deket-deket cewek gue?"
Tentu saja mereka protes ditanya begitu.
"Gue udah mandi," kesal Woojin.
"Lo sendiri tadi yang minta gue jagain Namra," jelas Daesu. Barangkali Suhyeok hilang ingatan.
"Nilai matematika gue terakhir cuma beda nol koma lima dari Namra," imbuh Joonyoung.
"Apa hubungannya?" bingung Woojin. Pertanyaannya justru ditujukan untuk Daesu bukan Joonyoung.
"Hubungannya mungkin saudara ipar kayak kita."
Dan jawaban Daesu yang tidak Woojin harapkan.
"Kalian ini kenapa," heran Namra.
Pembicaraan mereka memang tidak ada manfaatnya sama sekali.
"Mending kalian belajar biar pinter kayak Namra," suruh Suhyeok. Niatnya memang mengusir secara halus.
"Ngaca," decak Woojin.
"Gue sekarang rajin belajar, jangan kaget kalau semester ini gue masuk lima puluh besar paralel."
Sebenarnya Suhyeok cuma asal bicara, tapi Namra malah menanggapinya.
"Gue tunggu," katanya.
Tentu saja Suhyeok jadi gelagapan sendiri. Bagaimana bisa masuk lima puluh besar seangkatan jika biasanya ia dan Woojin langganan di ranking seratus sekian.