"Gwinam dikeluarkan dari sekolah!"
Kehebohan yang dimulai Nayeon pagi ini. Lalu desas-desus akar masalahnya yang mulai terbongkar. Pantas Gwinam dikeluarkan karena yang dilakukannya sudah termasuk tindak kriminal. Membully, melecehkan, hingga memperkosa Heesu sampai hamil.
"Gwinam beneran gila."
Kali ini Nayeon menoleh bangku kosong di belakang Namra. Bahkan yang ia dengar Heesu sudah melahirkan.
Yang menghebohkan lagi, ternyata yang membongkar kebusukan Gwinam adalah Namra. Heesu yang memberitahunya sendiri saat terakhir kali masuk sekolah. Tentu Namra langsung melaporkannya pada guru. Itulah alasan kenapa Gwinam murka.
"Ketua kelas, kenapa lo nggak bilang sama gue? Tau gitu gue ikutan nyekik si Gwinam," lanjut Nayeon masih emosi.
"Kalau dia bilang memangnya lo bakal percaya? Memangnya lo bakal peduli?"
Bukan Namra yang jawab melainkan Suhyeok.
"Lo juru bicaranya Namra?" tanya Nayeon ketus.
"Bodyguard-nya," sahut Gyeongsu.
Tentu diacuhkan Nayeon karena di kelas mereka memang dikenal sebagai musuh bebuyutan.
"Bukan, yang bener dia cheerleader-nya Namra," imbuh Cheongsan di pojok.
Hampir Suhyeok melemparnya dengan buku kalau saja ia tidak melihat senyum simpul Namra.
"Ketua kelas, lo itu kalau senyum ternyata cantik," puji Woojin.
"Yah!"
Suhyeok langsung memelototinya.
"Lo juga aslinya ganteng tapi sayang otaknya cuma setengah," lanjut Woojin, antara memuji atau meledek.
"Karena yang setengahnya lagi gue bagi sama lo."
Isak yang sejak tadi mendengar pembicaraan tidak bermutu itu jadi mendesah panjang.
"Kenapa ya cowok ganteng di sekolah kalau udah sekelas jadi nggak ganteng lagi," gumamnya heran.
"Karena kita udah tahu aibnya. Yang satu tukang kentut, yang satunya suka nyeker."
Onjo tertawa setelah mengatakannya. Begini rasanya berdamai dengan diri sendiri. Ia sampai tidak tahu kalau Cheongsan tengah menatapnya dengan perasaan lega.
"Nyadar nggak? Suhyeok itu lebay kalau udah menyangkut Namra," timpal Nayeon.
"Itu karena...."
Bahkan Suhyeok seperti kehilangan kata-kata.
"Karena?" ulang Daesu. Ia kesal sendiri saat Suhyeok tidak melanjutkan kalimatnya.
"Karena dia suka ketua kelas," sambar Cheongsan cepat.
Tidak terlalu mengagetkan karena memang terbaca dari sikap Suhyeok. Justru Namra yang jadi panas dingin sampai Onjo mendekatinya.
"Namra hati-hati, Suhyeok otaknya cuma setengah. Yang setengah dimakan zombie," ucapnya lalu tertawa.
"Gue bilang yang setengah gue bagi ke Woojin."
Ucapan Suhyeok jadi memelan di ujung kalimat saat tahu Cheongsan kini menatapnya tajam. Artinya ia tidak boleh membentak Onjo, baiklah.