"Kalian pacaran?"
Pertanyaan Daesu yang membuat Namra buru-buru melepas genggaman tangan Suhyeok padanya.
"Belum, doain," jawab Suhyeok. Ia memilih duduk di samping Woojin dan memberi isyarat agar Namra duduk di sebelahnya.
"Lo yang suka Namra kenapa gue yang harus berdoa."
Daesu menggerutu sendiri seperti biasa. Ia duduk diapit Woojin dan Joonyoung. Disamping Joonyoung ada Isak lalu Cheongsan dan Onjo yang tepat berada di sisi Namra. Mereka duduk melingkar seolah tengah mengelilingi api unggun.
"Lo ditolak Namra?" tanya Joonyoung.
Tentu Suhyeok langsung menyangkal.
"Nggak, dijawab aja belum."
Kini semua mata jadi tertuju pada Namra yang membuatnya terpojok. Ia bingung harus bagaimana. Namra hanya bisa menatap Suhyeok meminta pertolongan.
"Suruh Cheongsan nembak Onjo dulu."
Enteng sekali Suhyeok mengatakannya.
"Mana ada gitu," protes Cheongsan. Diliriknya Onjo yang menatapnya penuh tanya.
Onjo memang paling tidak suka kalau ia sendiri adalah satu-satunya orang yang tidak paham.
"Apa maksudnya?"
"Nanti kita bahas di rumah."
Mentang-mentang rumahnya sebelahan dijadikan alasan Cheongsan untuk menghindar.
"Nggak, jelasin sekarang."
Rasanya Cheongsan mau mengumpat pada Suhyeok yang membuatnya berada pada posisi terdesak seperti ini.
"Ngaku aja gue bilang, daripada terjebak friendzone 12 tahun."
Woojin sama saja, sejenis dengan Suhyeok yang minta digampar.
"Gue suka sama lo."
Meski terbata akhirnya kata keramat itu keluar juga dari mulut Cheongsan. Kini ia menunggu reaksi Onjo.
"Jangan bercanda."
"Gue nggak lagi bercanda."
"Nggak lucu."
"Gue nggak lagi ngelucu."
"Nggak mau denger lagi, gue bingung."
Bukan cuma bingung, Onjo hampir linglung dibuatnya.
"Gue nggak nyuruh lo jawab. Gue bilang nanti kita bahas di rumah."
"Oke," angguk Onjo setuju. Ia belum sepenuhnya paham jadi lebih baik menghindar.
Namra yang sejak tadi memperhatikan mereka jadi tersenyum lebar.
"Kalian lucu," ucapnya.
Ternyata begini rasanya punya teman.
"Namra, dulu gue pikir kalau lo benci sama kita-kita," tunjuk Isak.
Namra lekas menggeleng.
"Gue kira kalian yang nggak suka sama gue."
"Bukan nggak suka, lebih tepatnya gue iri dan dengki," sahut Joonyoung.
Karena Namra yang selalu membuatnya menjadi nomor dua.
"Harusnya lo bersyukur daripada Woojin sama Suhyeok. Otak mereka berdua digabungin jadi satu jadi seperempat otak Namra aja nggak nyampai."
Daesu mulai bersikap sok bijak sebelum Woojin dan Suhyeok menyerangnya hingga terjengkang. Ricuh dan berhasil membuat Namra tertawa.
Ia memang harus berterimakasih pada Suhyeok. Suhyeok satu-satunya yang mendekatinya saat yang lain menjauh. Suhyeok satu-satunya yang datang padanya ketika yang lain pergi. Dan Suhyeok juga yang membuatnya punya teman.
"Udah sore, bubar sebelum atap dikunci!!" teriak Daesu nyaring. Mentang-mentang ia bercita-cita jadi penyanyi.
Tapi memang waktu berlalu tanpa terasa. Satu persatu mereka menuruni tangga hingga tersisa Suhyeok dan Namra.
Begitu Namra berniat turun, Suhyeok lebih dulu mencegahnya.
"Namra, gue minta jawaban."
Iseng bikin ini...
Sedang tergila-gila Namra-Suhyeok dan nggak terima endingnya 🥰🥰🥰🥰🥰