Entah perasaan Suhyeok saja atau memang benar hari ini Cheongsan terus bersikap aneh. Dari pagi uring-uringan layaknya anak gadis yang sedang PMS. Dan baru setelah makan siang, Suhyeok sadar apa penyebabnya.
"Lo suka sama Onjo?" tanyanya.
Dugaan Suhyeok benar, karena Cheongsan langsung menatapnya tajam.
Suhyeok sampai tak bisa menahan tawanya.
"Kalau suka bilang, jangan terjebak friendzone dari TK," ledeknya.
Yang membuat raut Cheongsan makin terlihat tidak bersahabat.
"Onjo sukanya sama lo," gumamnya pelan. Ada emosi yang kentara.
Dan Suhyeok masih cukup mendengarnya dengan jelas.
"Lo kira gue nggak tau kalau Onjo ngasih name tag-nya ke lo? Itu berarti dia nyatain perasaaannya, tapi lo malah ngegantungin dia," lanjut Cheongsan jadi menumpahkan kekesalannya.
"Oh name tag, gue lupa naruh di mana. Besok gue cari."
Suhyeok bahkan sampai lupa tentang name tag Onjo. Tapi ia sungguh akan mencarinya.
"Dan gue nggak gantungin. Gue mau jawab tapi lo keburu datang," jelasnya.
Cheongsan harus tahu cerita sebenarnya biar tidak salah paham. Selama ini Suhyeok hanya menganggap Onjo tak lebih dari teman sekelas.
"Apa gue harus nolak Onjo sekarang?" tanyanya.
Yang langsung dipelototi Cheongsan. Jelas ia khawatir dan cemas memikirkan Onjo. Ia tidak mau Onjo patah hati tapi ia juga tidak mau Onjo berharap pada Suhyeok. Benar-benar dilema.
"Gue suka orang lain."
Cheongsan lekas menoleh tapi pengakuan Suhyeok itu belum sepenuhnya ia percayai.
"Ketua kelas," lanjut Suhyeok nyaris berbisik.
"Ketua kelas? NAMRA?!"
Namun dibalas Cheongsan hampir memekik. Untung Suhyeok lebih dulu menahannya.
"Sejak kapan?" bingung Cheongsan.
Seorang Suhyeok yang mantan berandalan menyukai murid teladan sungguh mengherankan.
Tapi senyum malu-malu Suhyeok yang terlihat menggelikan bagi Cheongsan itu memperlihatkan kalau itu memang benar.
"Sejak dulu. Namra itu seperti cinta pertama yang harus gue jaga. Gue suka memperhatikan dia diam-diam. Gue sering mengagumi dia dari jauh. Dan gue sedang memantaskan diri buat dia."
"Alay."
Hanya itu komentar Cheongsan. Tapi ia tersenyum lega.