"Ibu ada rapat dengan Kepala Sekolah, catat apa yang ada di papan tulis, jangan ribut, jangan ada yang keluar sampai jam istirahat, mengerti?"
Suara ibu Park, guru Bahasa Inggris yang seketika membuat kelas menjadi riuh. Begitu ibu Park menghilang dari pandangan, catatan di papan tulis jadi terabaikan. Semua mulai sibuk sendiri-sendiri.
Nayeon, si biang gosip, kini dikerubungi teman-temannya karena menceritakan guru sains yang anaknya dibully.
"Gue denger Hyeonju cuma pura-pura sakit karena takut ketahuan ikut membully."
Ia terus bercerita antusias. Hyeonju, teman sekelas mereka yang kini sedang dirawat di rumah sakit memang satu geng dengan pembully yang terkenal di sekolah.
"Masa?" tanya Isak memastikan.
Tentu ia tidak mau percaya Nayeon begitu saja. Beberapa hari yang lalu juga Nayeon bilang guru sains bau mayat. Entah ada dendam pribadi apa sampai terus menggosipkannya.
Isak jadi saling pandang dengan Onjo.
"Coba lo tanya Suhyeok," suruhnya.
Karena ia adalah satu-satunya orang yang diberitahu Onjo kalau sahabatnya itu menyukai Suhyeok. Meski ia membocorkannya pada Cheongsan.
"Nggak mau," geleng Onjo yakin.
"Kan dulu dia temenan akrab sama Gwinam."
Iya, Gwinam adalah salah satu anggota geng pembully dan dulu Suhyeok berteman dengannya.
"Kan dulu, sekarang udah nggak."
Memang kenyataannya sekarang Suhyeok telah berubah. Ia berhenti berkelahi, ia berhenti membolos meski nilainya masih pas-pasan. Entah apa yang membuatnya tiba-tiba bertaubat.
Onjo lalu melirik keberadaan Suhyeok di sudut kelas.
Suhyeok yang diam dengan tatapan teduh tanpa sedikitpun beralih pandang.
Onjo jadi ikut menoleh mengikuti ke mana mata Suhyeok mengarah. Dan ia mulai resah sendiri. Onjo seperti tertampar keras. Karena ia tahu siapa yang Suhyeok pandangi sedalam itu. Satu-satunya orang yang masih memikirkan pelajaran saat ini, Ketua Kelas, Namra.