Sakura berjalan gontai menyusuri trotoar jalan kota Tokyo. Pikirannya melambung entah kemana. Ia melangkah dengan pandangan kosong. Masih terekam kuat di memorinya, bagaimana kejadian terakhir yang ia alami sebelum berada di tempatnya berjalan saat ini. Bagaimana syoknya ia mendengar pengakuan dari kakak sulungnya tentang kenyataan sebenarnya yang terjadi pada pemuda itu. Kenyataan yang juga melibatkan orang-orang tak terduga yang berpengaruh pada hidupnya. Kenyataan yang juga menyeret sang ayah sebagai seorang yang mempunyai andil besar terciptanya semua malapetaka ini.
Yah. Sakura menganggap semua ini adalah malapetaka. Sang ayah yang amat di elu-elukan, yang amat dibanggakan, yang amat dipujanya, berubah menjadi sosok monster perusak yang amat mengerikan. Mungkin bukan dirinya yang telah dirusak. Tetapi secara tidak langsung Sakura merasa jiwanya telah rusak. Perasaan bersalah yang mendalam. Perasaan yang timbul karena ia merupakan anak dari sang perusak. Perasaan sebagai pihak pewaris rasa bersalah ini. Bukan dirinya penyebab semua ini. Tapi bagaimanapun, ayahnya adalah penyebabnya. Sebuah beban yang membuat hatinya teramat perih.
Pikirannya melambung pada sang kakak. Ia tersenyum miris. Apa yang dilakukannya pada pemuda itu selama ini sangat memalukan. Amat tidak berperasaan. Ia selalu menyalahkan sang kakak karena perbuatan sang kakak membunuh ayahnya. Ia selalu menaruh semua beban rasa bersalah pada pundak kakaknya itu tanpa mempedulikan apa yang sebenarnya terjadi. Dalam hati ia mengutuk kebodohannya yang begitu cepat mengambil kesimpulan tanpa berpikir panjang dahulu. Mengapa selama ini tidak terbersit sedikitpun pertanyaan di otaknya alasan kenapa sang kakak membunuh sang ayah? Mengapa tidak sedikitpun terbersit keinginan untuk menanyakannya pada Pein?
Ia menelan pahit salivanya. Ingin rasanya ia menangis sekeras-kerasnya di depan pemuda itu dan meminta maaf atas perlakuaannya pada kakak sulungnya itu selama ini. Inikah mahasiswa cerdas termuda yang selama ini dibangga-banggakan kampusnya? Hanya sesosok gadis bodoh yang tidak dewasa?
Gambaran Pein berganti dengan gambaran beberapa pemuda lain yang juga tidak asing dalam memorinya.
Deidara.
Itachi.
Dua pemuda yang selalu berada di samping sang kakak. Sakura benar-benar tidak menyangka kalau ada maksud tersendiri atas kehadiran Deidara dalam hidupnya. Ia tersenyum miris. Pemuda yang pernah menolong hidupnya. Inikah balasannya untuk pemuda itu? Menganggap dan memperlakukannya layaknya hama pengganggu dalam hidupnya? Sangat tidak berperasaan. Seharusnya Deidara membencinya. Harusnya Deidara membiarkannya dikeroyok anak-anak nakal waktu itu. Mungkin dengan demikian ia bisa mengobati luka hati yang telah dibuat oleh ayahnya.
Sakura mendengus sinis.
Ya. Harusnya.
Namun kenapa tidak ia lakukan?
Pikiran sakura melayang pada kejadian di apartementnya beberapa hari yang lalu. Memikirkan kata-kata yang diucapkan pemuda itu. Deidara memikirkan dirinya. Deidara memikirkan empat mutan yang lain.
Entahlah.
Sakura sendiri tidak begitu mengerti apa maksud pemuda itu. Hanya saja ia merasa pemuda itu seolah hendak selalu ingin melindungi dirinya.
Melindunginya?
Melindungi anak orang yang telah mengacaukan hidupnya? Apa Sakura bisa mempercayai itu? Sakura benar-benar ingin mengubur dirinya hidup-hidup saat memikirkan hal itu. Bagaimana ia bisa sebegitu egoisnya dengan tidak memikirkan perasaan orang yang telah menyelamatkannya? Bahkan berpikir untuk menyelamatkan empat mutan yang lainnya.
Itachi.
Hati Sakura berdenyut nyeri saat mengingat pemuda itu. Pemuda yang selalu membelanya di depan Pein. Pemuda yang selalu menghiburnya. Pemuda yang memberinya perasaan hangat yang tidak pernah ia dapatkan dari kedua kakaknya -Sakura selalu berpikir seperti itu-. Pemuda yang secara tidak langsung, sudah menyatakan cinta padanya. Apa ia pantas mendapat semua cinta pemuda itu? Atau Itachi hanya mengigau? Atau itu semua hanyalah sebuah rencana pembalasan dendam padanya? Itachi ingin mempermainkannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
MONSTERS
RomanceSakura, member band rock terkenal. Gadis garang, keras kepala dan pembangkang. tidak ada yang ditakutinya kecuali Pein, kakaknya. Bagaimana kalau Sang Kakak yang ditakutinya, memaksanya masuk organisasi keluarga mereka yang membuat Sakura mengetahui...