Sakura tak pernah tahu rasanya terbuang. Ia mencoba untuk mengingat-ingat, apa ia pernah mengalami sebelumnya dan ia tak berhasil menemukannya. Ia memang tak pernah mengalami sebelumnya. Dan ini adalah pertama kalinya. Apa rasanya memang sesakit ini?
"Aku memilih Itachi..."
Suara itu menembus gendang telinganya dan menghancurkan hatinya seketika.
"Dia lebih berguna daripada gadis tidak berdaya yang hampir mati itu."
Ia ingat setelah kematian ibu dan ayahnya, dirinyalah yang memutuskan untuk meninggalkan kedua kakaknya. Dia pernah berpikir kedua kakaknyalah yang tidak peduli padanya. Pada perasaannya. Menghancurkannya, saat ia melihat Pein membunuh ayahnya. Dan semua pandangannya itu berubah saat ia mendapati, Peinlah yang telah dikhianati sang ayah.
Ia telah salah menilai Pein.
Namun, tak ada penyesalan dalam dirinya yang sudah meninggalkan kedua kakaknya. Meninggalkan mereka tanpa mempedulikan kabar mereka. Tanpa mempedulikan kesehatan mereka. Bahkan tak mengakui mereka dengan mengganti nama keluarganya.
Kini keadaan berbalik menyerangnya. Semua hal yang dilakukannya pada masa lalu seolah kini menjadi senjata Pein untuk menyerang balik dirinya. Menghancurkannya secara perlahan.
Pein tak mau mengakui dirinya sebagai adikknya di depan umum. Dan–
Pein lebih memilih Itachi daripada dirinya.
Adakah hal lain yang lebih menghancurkan daripada ini?
Bolehkah kini ia kembali bersikap egois?
Dengan menyalahkan Pein atas apa yang ia rasakan saat ini? Sama seperti saat hatinya yang hancur melihat pemuda itu membunuh ayahnya tanpa mau tahu apa yang membuat Pein melakukan itu semua? Apa semua kata-katanya ini juga ada maksud lain? Maksud untuk menolongnya mungkin? Atau ia memang tak berguna kalau dibandingkan Itachi?
Tentu saja.
Itachi jauh –sangat jauh– lebih baik darinya. Itachi itu jenius. Dia seorang penembak jitu. Penegosiasi yang baik. Dan dia kuat mental dan fisik. Dan jangan lupakan –
Dia setia.
Sakura tersenyum kecut tenggelam dalam pemikirannya sendiri.
Setia?
Yah, Itachi itu setia. Tidak seperti dirinya.
Tidak seperti dirinya yang meninggalkan kedua kakaknya.
Jadi –
Beginikah rasanya ditinggalkan?
Beginikah rasanya dibuang?
Beginikah rasanya tak dianggap penting?
Oleh Pein.
Oleh Sasuke.
"Apa-apaan kau?"
Sakura masih mampu mendengar desisan penuh amarah itu. Sasuke menatap Pein dengan pandangan yang campur aduk. Antara marah, tak percaya dan bingung. Ia pikir gertakannya bisa membuat Pein menyerah dan membunuh Itachi.
Apa gadis yang sedang berada dipelukannya ini begitu tak berharga bagi pemuda itu? Apa ia hanya memanfaatkan Sakura? Itu yang membuatnya bingung dan tak percaya. Dan lagi, dia kehilangan kesempatannya membunuh Itachi. Itu yang membuatnya marah.
"Aku tak main-main, Akasuna! Bunuh Itachi kalau kau tak ingin gadis ini mati di hadapanmu!"
Pein melirik ke belakang. Ia sedikit menarik sudut bibirnya saat melihat Sasuke kini mengancungkan senjata ke arahnya. Ialah yang paling tahu apa yang akan dilakukan kedua pemuda, yang saat ini terlibat permasalahan pribadi mereka. Tentu saja. Ia yang memancing mereka melakukannya. Mereka telah menyeret Sakura ke dalam masalah mereka. Dan ia tak akan membiarkan hal itu terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MONSTERS
RomanceSakura, member band rock terkenal. Gadis garang, keras kepala dan pembangkang. tidak ada yang ditakutinya kecuali Pein, kakaknya. Bagaimana kalau Sang Kakak yang ditakutinya, memaksanya masuk organisasi keluarga mereka yang membuat Sakura mengetahui...