Chapter 5

1.4K 120 46
                                    

Sakura menatap pantulan dirinya di cermin. Sebuah kemeja putih kebesaran dengan dua buah kancing yang sengaja dibiarkan begitu saja, mempertontonkan dadanya yang hanya terbalut bra hitam. Sempat ia bertanya kenapa kemeja itu bisa ada di dalam lemari ini. Namun Sakura tampak tidak peduli. Mungkin kemeja itu milik Sasori yang salah masuk lemari. Dan sebagai bawahan sebuah hotpants hitam yang sangat kontras dengan paha putihnya. Satu polesan terakhir, ia mengikat asal rambutnya yang membuat leher jenjangnya yang putih terekspos. Puas menatap dirinya, ia segera memakai sneaker putih, yang terlihat paling layak di matanya di antara puluhan high heels yang berderet-deret di lemari khusus sepatunya itu.

Setelah yakin semua sudah dilakukan ia melirik jam di samping tempat tidurnya. Sudah lima menit sejak Itachi keluar kamar itu. Itu berarti ia masih punya waktu untuk melaksanakan rencananya. Kabur. Tentu saja itu rencana yang disusun olehnya sejak tadi. Klasik memang, tapi dia yakin ini pasti berhasil. Dengan keyakinan itulah ia segera membuka jendela kamarnya dan melempar tali panjang yang ia buat dari beberapa buah seprei yang ia sambung menjadi satu. Setelah memastikan tidak ada yang melihatnya, ia kemudian turun. Sedikit melompat dipenghujung tali akhirnya ia menapakkan kakinya ditanah, membalikkan badannya dan sudah akan berjalan menuju pintu gerbang, sebelum suara berisik gerbang yang di buka dan deru beberapa mobil yang masuk beriringan menghentikan langkahnya seketika.

Rautnya berubah panik. Ia menengok kekanan mencari tempat bersembunyi dan mendapati sebuah tanaman hias yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri sekarang. Tanpa pikir panjang ia segera berlari ke tanaman hias itu. Namun ia tidak menyadari kalau aksi tanpa pikir panjangnya itu malah membuat sepasang mata yang sedang berdiri di dekat pintu masuk utama rumah itu menyadari keberadaannya.
Sakura tidak melepaskan pandangannya dari iring-iringan mobil yang masuk. Sebuah sedan hitam diikuti limousine putih dan dua sedan hitam lagi di belakangnya. Ia kemudian mengamati sekitarnya. Halaman rumah ini luas sekali. Ia memperkirakan jarak dari tempatnya ke pintu gerbang ada sekitar tiga ratus meter. Matanya bergulir kearah gerbang yang menjadi target utama. Ia sedikit terpaku saat melihat pintu pagar rumah ini. Ia menyadari sesuatu. Pintu pagar itu menggunakan sistem kontrol remote. Dan membutuhkan waktu yang agak lama untuk membuka atau menutup. Ia menyeringai. Sebuah ide melintas di benaknya.

Ia kembali melirik ke arah iring-iringan mobil tersebut. Mobil yang pertama masuk berhenti dan beberapa orang bebaju hitam keluar untuk membukakan pintu limousine yang juga sudah memarkirkan diri di dekat mobil pertama. Dua orang laki-laki berambut merah dan cokelat juga seorang wanita berambut pirang yang pernah dilihatnya beberapa waktu lalu, keluar dari mobil tersebut dan berjalan pelan menuju jalan setapak utama rumah itu. Sakura mengalihkan pandangannya dari ketiga orang itu untuk menatap mobil terakhir yang baru masuk lalu kembali menatap pintu gerbang. Pintu itu sudah bergerak untuk menutup dengan pelan.

"Ini saatnya," desisnya pelan. Sakura benar-benar melihat ini adalah suatu peluang baginya untuk kabur. Ia memanfaatkan pintu yang lama terbuka itu untuk kabur. Saat pintu hampir tertutup ia akan berlari sekuat tenaga dan menyelinap keluar dengan tubuh kecilnya. Dan sudah bisa dipastikan walaupun ada penjaga yang menyadarinya mereka tidak akan bisa menangkapnya karena badan mereka yang kekar. Dan menurut sepengetahuan Sakura pintu pagar dengan sistem control remote tidak bisa langsung secara otomatis terbuka jika belum tertutup sempurna. Dan itu menguntungkannya. Itu berarti para petugas keamanan itu harus menunggu pintu menutup dulu kemudian baru bisa dibuka kembali. Dan ia yakin sekali saat para petugas itu berhasil keluar ia sudah tidak bisa di lihat lagi.

Belum semua terealisasi, sebuah senyum kemenangan tercetak jelas di wajahnya. Ia tidak melepaskan pandangannya dari pintu gerbang itu. Namun saking fokusnya ia tidak memperhitungkan sekelilingnya. Ia masih tidak sadar dengan mata yang kini menatap tajam kearahnya. Mata itu menatap arah pandang Sakura saat gadis itu sudah mengambil posisi hendak berlari. Pintu yang setengah tertutup. Mata dari seseorang yang kini tersenyum tipis seolah mampu membaca apa yang tengah ia rencanakan.

MONSTERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang