Chapter 10

297 49 13
                                    

"Gaara.."


Cicitan Sakura terdengar bergetar kala emeraldnya tahu siapa yang kini berdiri di hadapannya. Ia mundur satu langkah tapi matanya tidak lepas dari pemuda yang kini menatap obyek di belakang tubuhnya. Sakura sudah bisa menebak siapa itu.

Sasuke.

Sakura tahu kalau saat ini Gaara pasti berusaha mati-matian untuk meredam emosinya saat Temari sang kakak memegang bahunya sambil mengatakan sesuatu yang mungkin bisa menenangkannya.

Sepersekian detik sebelum akhirnya Sakura sadar, Gaara kini telah berada di sampingnya. Ia hanya membelalakan matanya dan menoleh cepat. Dan jantungnya serasa berhenti, saat ia melihat tatapan tajam penuh intimidasi dari pemuda berambut merah, yang kemudian mencengkeram tangannya kuat. Matanya sontak memburam. Butiran kristal bening mengambang menggambarkan apa yang ia rasakan sekarang.

Rasa sakit akibat cengkeraman Gaara bahkan tidak terasa baginya saking takutnya ia akan tatapan Gaara. Pemuda itu menyeretnya pergi. Namun, baru selangkah kaki, Gaara harus lagi-lagi menoleh tajam, saat ia merasa ada yang menahan tangannya. Sakura hanya menoleh pelan menatap sang pelaku yang kini ada di sampingnya itu dengan pandangannya yang masih berkabut ketakutan.

Sasuke.

.

.

Oniks Sasuke menyipit menatap mata hijau yang kini menatapnya dengan tatapan tajam membunuh, kemudian bergulir menatap tubuh yang berdiri kaku dan bergetar di depannya. Alisnya bertemu melihat keanehan pada gadis yang baru beberapa menit yang lalu menciumnya itu.

Ada hubungan apa mereka?

Namun pertanyaan itu sirna begitu saja saat matanya kini membelalak kaget. Seingatnya hanya sedetik ia melepaskan pandangannya dari pemuda itu. Tapi kenapa ia bisa dengan tiba-tiba sudah berada di sisi Sakura dengan waktu secepat itu? Ia menahan nafasnya. Siapa sebenarnya pemuda ini?

Belum sempat jawaban itu terjawab olehnya, ia melihat pemuda berambut merah itu mencengkeram kuat tangan Sakura dan menyeretnya pergi.

Entah insting darimana, reflek ia langsung menahan tangan kokoh itu. Sang pemuda sontak langsung menoleh menatapnya dengan pandangan tajam mematikan. Tapi tidak berpengaruh padanya. Dengan datar ia balik menatapnya.

"Kau menyakitinya, Tuan,"

Hanya sedetik sebelum ia sadar sebuah tangan melayang cepat ke arah wajahnya, sebelum tangan lain menahan tangan itu. Suara jeritan khas perempuan menyadarkannya dari kekagetannya.

Ia membelalakkan matanya.

Pemuda berambut merah itu hendak memukulnya.

Dan ada orang lain yang menahannya, sebelum ia berhasil dipukul pemuda itu.

Ia menoleh cepat ke arah penolongnya. Tubuhnya menegang.

Pemuda ini.

"Sai"

Beriris putih?

Suara yang bergetar menahan tangis di sampingnya menjawab semua pertanyaan di benak Sasuke tentang identitas pemuda penolongnya ini.

Ia menoleh ke arah Sakura kaget dan semakin terkejut melihat reaksi gadis tersebut. Sebenarnya ada apa dengan mereka berdua? Kenapa ia jadi begitu ketakutan.

"Sudah pernah ku katakan Sabaku-san, jangan pernah membuat Sakura menangis lagi. Kau akan ku buat tidak berbentuk jika itu terjadi,"

Sasuke kembali melirik ke arah pemuda yang berdesis lirih tadi. Lagi-lagi matanya membelalak kaget. Ia berani bersumpah kalau tadi iris pemuda ini berwarna putih. Tapi...

MONSTERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang