Chapter 3

850 113 9
                                    

Sinar matahari pagi yang menerobos masuk melalui sela-sela tirai jendela kamar Sakura sedikit mengusik tidur gadis itu. Ia menggeliat nyaman di atas tempat tidur. Perlahan-lahan ia mengerjap berusaha menyesuaikan matanya dengan sinar yang masuk. Dan saat matanya terbuka sempurna ia sadar kalau ini bukan kamarnya. Ia sangat terkejut dan mencoba bangun. Namun rasa sakit di sekujur tubuhnya -terutama di bagian perutnya, membuat gerakannya tertahan. Hal itu membawa ingatannya melayang pada kejadian terakhir sebelum ia mendapati dirinya berada di tempat ini. Kejadian, perkelahiannya dengan Sasori dan anak buahnya. Ukh, mengingat kakaknya itu, kemarahan sampai naik sampai ke ubun-ubunnya.

Ia bergegas menyibak selimutnya dan turun dari tempat tidur. Ia agak heran melihat baju tidur yang dipakainya, namun segera di tepisnya. Setengah berlari ia meraih kenop pintu dan berjalan keluar kamar. Hal pertama yang dilihat adalah sebuah ruang besar seperti kubah yang memiliki dua lantai. Dan saat ini dia berada di lantai dua. Di depannya ada sebuah pagar yang membatasi lantai dua. Ia sangat kagum melihat kubah yang melengkung di atap rumah itu. Bentuk lantai atas ini melingkar. Ia mendapati lima pintu kamar yang berjejer melingkar. Namun dua kamar terpisah dari kamar yang lain oleh sebuah jendela kaca besar yang ternyata bersambung dari lantai bawah. Setelah dua kamar itu, Sakura bisa melihat sebuah ruangan terbuka yang sepertinya adalah sebuah ruang keluarga dengan sofa putih dan TV 40 inci di depannya.

Mata Sakura berhenti di sebuah ruang makan terbuka dengan kulkas dan meja makan yang berada tepat di samping kamarnya tadi. Dan beberapa langkah dari ruang makan itu ia bisa melihat sebuah tangga yang menuju lantai bawah. Sakura mengikuti perintah otaknya yang memerintahkan untuk menuruni tangga. Ia berjalan sambil menggali memori otaknya tentang rumah itu. Rasanya rumah ini sungguh familier. Namun belum sampai ia mendapat ingatan tentang rumah itu, percakapan beberapa orang membuyarkan lamunannya.

"Apa dia sudah bangun?"

Sebuah suara bariton memasuki gendang telinganya membuat dahinya berkerut seketika. Sepertinya ia mengenal suara itu. Tapi yang jelas itu bukan Sasori maupun Itachi. Ia tahu betul bagaimana suara mereka berdua. Walaupun dingin, nada bicara Sasori sedikit terkesan santai dan cuek. Sedangkan Itachi walau dingin nada bicaranya terkesan tenang dan lembut. Tapi suara ini di telinga Sakura sangat dingin dan cenderung menakutkan. Karena penasaran ia semakin mendekati sumber suara.

"Entahlah, sepertinya belum. Tadi Konan mengatakan baru saja melihatnya. Ia masih tertidur pulas. Bahkan posisinya tidak berubah sama sekali dari tadi malam, seperti batu."

Kali ini suara bariton yang jauh berbeda dari suara sebelumnya memasuki gendang telinganya. Suara ini jauh dari kesan dingin dan terdengar cenderung jahil dan ceria. Tapi entah mengapa Sakura merasa pemilik suara ini sangat menyebalkan.

"Hm, itu wajar mengingat apa yang dilakukannya kemarin."

Sakura mengenal pemilik suara itu. Dingin, tenang dan lembut. Itu suara Itachi. Ia semakin mempercepat langkahnya karena merasa senang setidaknya ada yang di kenalnya di tempat asing ini.

"Hn, benar-benar anak keras kepala."

Ia langsung cemberut ketika mendengar suara yang tidak lain milik Sasori itu. Saat hampir mencapai lantai dasar ia melihat para lelaki itu ruangan keluarga di tengah-tengah lantai bawah rumah itu. Ruangan ini tidak memiliki sekat dan hanya berupa empat buah sofa tunggal dan sebuah sofa panjang yang dengan karpet berbulu berwarna krem di bawahnya. Di depan sofa-sofa itu ada sebuah TV. Kini Sakura dapat melihat wajah Sasori yang duduk menghadap ke arahnya juga Itachi dan seorang pria cantik berambut pirang panjang yang tampak familiar di matanya, duduk menyamping. Namun seorang pria lagi tidak dapat di lihat wajahnya karena duduk membelakanginya. Sakura benar-benar kesal saat melihat wajah kakak berambut merahnya itu. Dia tidak peduli dengan yang lain. Yang diinginkan sekarang adalah menghajar kakaknya yang kemarin membawanya dengan paksa itu. Sedikit menghentak-hentakkan kakinya, Sakura mendekati para lelaki itu.

MONSTERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang