Chapter 12

266 44 8
                                    

I was a dreams are meet..

The man who played with his feeling..

Sakura menggeliat saat salah satu lagu rock andalan bandnya, menjerit nyaring dari ponselnya, menandakan adanya panggilan masuk untuknya. Ia hanya mengubah posisinya tanpa ada niat untuk bangun.

This for you to hold my hand...

This is for you to hugs my body...

Ia melenguh saat suara ponselnya itu tidak juga berhenti dan semakin menggangu tidur panjangnya. Hell yeah. Kemarin adalah hari terakhir masa magangnya setelah tiga bulan waktunya terkuras untuk mengurusi berbagai hal. Dan siapa jahanam yang berani menghancurkan deklasi bangun siangnya kemarin dengan menghubunginnya di pagi buta begini. Ia bahkan tidak sadar kalau ini sudah hampir jam 8.

This is for you to kiss my lips...

But you can't make me yours...

Dengan kesal, tangannya bergerak liar di atas nakas mencari ponselnya yang seingatnya diletakkannya semalam di situ.

"Moshi-moshi.."

"Sakura! Jangan lupa jam 8 nanti malam kita akan take off dari bandara! Jangan lupa juga nanti siang kita latihan! Jadi jangan terlambat, kau mengerti?!"

Sakura mendengus mendengar suara yang amat sangat dikenalnya ini. Ino. Ah, ia ingat sekarang kalau seminggu lagi akan ada festival musik di korea. Ia dan rombongan di minta untuk datang lebih awal karena akan menghadiri beberapa acara dengan pejabat negara gingseng itu sebelum tampil di acara festival itu.

Cih, ia bersumpah akan menggilas Jiraiya-sama kalau ada maksud tersembunyi antaranya dengan para pejabat tentang acara yang dimaksud tersebut, mengingat skandal peraturan dibawah umurnya yang masih belum ada kejelasan sampai sekarang. Tapi lagi-lagi ia mendengus dan tersenyum masam karena ia tahu Jiraiya-sama bukan orang yang seperti itu. Ia saja yang terlalu berlebihan. Pasti Jiraiya-sama sudah punya penyelesaian tentang masalah itu.

"Hmm, aku tahu..."

Dan setelah berkata seperti itu, tanpa ba bi bu, ia langsung memutuskan pembicaraa mereka dan kembali bergelung di balik selimut dan melanjutkan mimpinya yang sempat tertunda.

Namun, itu tidak bertahan lama saat seseorang kembali mengetuk pintu kamarnya kemudian masuk dan menghampirinya.

"Nona Sakura, sudah pagi Nona. Anda harus bangun. Saya sudah menyiapkan air mandi untuk anda..."

Sakura hanya menggeliat dan melenguh sebentar kemudian menarik selimutnya hingga menyelimuti seluruh kepalanya. Sang penggangu yang nampaknya adalah seorang pelayan hanya menghela nafas maklum kemudian kembali mencoba membangunkannya.

"Nona, anda sudah di tunggu Pein-sama untuk sarapan bersama..."

"Oh my God! Apa tidak bisa aku dibiarkan tenang untuk sehari saja?! Kenapa raja setan tua itu suka sekali membuatku sengsara?!"

Sakura mengerang frustasi. Ia bangun dengan mata yang masih terpejam sambil mengacak-ngacak rambutnya. Sang pelayan hanya tersenyum geli melihatnya. Hampir dua bulan bersama nonanya yang satu ini, membuatnya mengerti sifat blak-blakan Sakura.

Alasan yang tepat yang dapat membuat nonanya mengalah. Karena ia dengar, seorang pelayan pernah dipecat oleh Pein di depan Sakura, saat gadis itu tidak mengindahkan perintah Pein untuk selalu sarapan. Pelayan yang bertugas khusus untuk melayaninya harus menerima hukumannya. Walau sempat memprotes, Sakura akhirnya hanya bisa menatap penuh rasa bersalah pada pelayan yang kemudian keluar dari kediamannya. Semenjak itu, Sakura tidak pernah berani lagi mengabaikan sekecil apapun perkataan yang keluar dari mulut Pein.

MONSTERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang