Chapter 16

290 54 19
                                    

Sasuke melangkah cepat memasuki hotel tempat persembunyian Orochimaru. Di belakangnya beberapa anak buah Orochimaru yang mengenalnya mengikuti langkahnya. Banyak hal yang berkecamuk di dalam benaknya. Kemarahan, frustasi, cemas, rasa takut. Yang semuanya berpusat pada sumber yang sama.


Sakura.

Semua hal yang telah terjadi diantara mereka membuatnya frustasi. Ia ingin melampiaskannya, tapi ia sendiri tak tahu harus melampiaskannya pada siapa. Pada Orochimaru? Ini semua bukan sepenuhnya salah pria tua itu. Sasuke punya kehendak bebas. Dan kehendak bebasnya memilih untuk menyakiti Sang Gadis itu, demi nafsu dendamnya pada kakaknya. Keputusan yang sungguh sangat brengsek setelah ia menyadarinya.

Memikirkan hal itu membuat hatinya panas akan rasa marah. Marah pada dirinya sendiri. Tanpa sadar ia langsung memukulkan salah satu guci di lorong tersebut dan menendang sampai jebol bufet kecil tempat guci itu berada sebagai pelampiasan kemarahannya. Membuat orang-orang yang mengikutinya spontan kaget dan saling pandang satu sama yang lain.

Terengah sesaat karena terbakar emosi, Sasuke kemudian mengusap darah di tangannya dan kembali berjalan. Mengabaikan semua orang yang terkejut karena aksinya, dan merasa was-was dengan apa yang akan ia lakukan pada Tuan mereka nantinya. Mengabaikan denyut sakit di tangannya. Dalam hati ia mengutuk semua yang sudah ia lakukan. Kini ia merasakan bagaimana efek perbuatan tanpa pikir panjangnya. Sakura menolaknya, mungkin membencinya. Takut padanya. Dan entah mengapa dadanya terasa sakit memikirkannya.

Dan kini ia tahu, ia harus mencari akar dari semua masalah ini. Orochimaru. Ia akui ia memang salah. Tapi semua ini tidak akan terjadi jika pria busuk itu tidak menculik Sakura dan memancingnya untuk berbuat nekad seperti ini. Ia harus tahu apa alasan pria busuk itu menculik Sakura. Tidak mungkin hanya sekedar ingin membantunya membunuh Itachi. Ia bahkan tak tahu rencana penculikan itu, pasti ada yang lainnya.

Pintu di depannya ia dobrak kecil. Menimbulkan suara yang sedikit gaduh kala onyxnya kini menangkap pria separuh baya yang tampak duduk tenang melihat kedatangannya. Walau memang tampak santai, Sasuke dapat menyadari raut waspada di wajahnya. Mungkin karena melihat raut Sasuke yang tak menunjukkan sikap santainya.

"Ada apa mencariku, Sasuke-kun?"

Sasuke menggeram. Seminggu sudah ia mencoba mencari pria ini untuk bicara tapi selalu gagal dan apa tanggapannya setelah kini mereka bertemu? Ada apa mencariku?

"Jangan pura-pura tidak tahu, brengsek! Apa tujuanmu menculik Sakura, hah?!"

Pria itu terkekeh, seolah apa yang Sasuke katakan adalah sesuatu yang lucu. Membuat Sasuke menggertakan giginya penuh amarah. Spontan saja, pemuda itu langsung menggebrak meja di hadapannya, membuat Orochimaru menghentikan tawanya dan menyeringai sinis.

"Kau bertingkah seolah kau tidak senang akan hal itu, Uchiha."

Tubuh Sasuke menegang mendengarnya. Ia menatap tajam mengancam pada Sang Pria, yang sayangnya tak berpengaruh sama sekali padanya. Orochimaru malah semakin memperlebar seringainya.

"Bukankah kau juga memanfaatkan gadis itu? Untuk membunuh kakakmu? Kau lupa?"

Sasuke menundukkan kepalanya perlahan. Menyembunyikan bias amarahnya yang sudah tak terbendung lagi. Melampiaskannya pada tangannya yang mengepal kencang, mencoba menahan luapan murkanya.

"Kau sungguh munafik, Sasuke-kun."

"Katakan apa yang kau inginkan dari Sakura?"

Orochimaru menatap dalam pada pemuda di depannya ini masih dengan seringai yang menghias wajahnya. Sebenarnya ia sangat senang mempermainkan perasaan pemuda Uchiha itu, mengingat tampaknya Sang Pemuda menyimpan perasaan pada gadis yang diculiknya kemarin. Tapi rasanya untuk kali ini tak ada gunanya ia bermain-main lagi. Ia sangat paham dengan watak Sasuke. Lagipula sepertinya ia memang membutuhkan pemuda itu untuk memuluskan rencananya.

MONSTERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang